Permata Ibu Pertiwi dan Impian Azwan untuk Anak Pekerja Migran di Malaysia

ADVERTISEMENT

Permata Ibu Pertiwi dan Impian Azwan untuk Anak Pekerja Migran di Malaysia

Kristina - detikEdu
Minggu, 05 Jun 2022 16:00 WIB
Azwan, anak eks PMI di kebun sawit Sabah Malaysia.
Azwan, anak PMI di perkebunan sawit Malaysia saat kuliah di UNY. Foto: Dok Azwan

Merintis Komunitas Permata Ibu Pertiwi yang Menaungi Anak PMI

Pada 2018, Azwan mulai ikut dalam kegiatan Yayasan Pendidikan Sabah Bridge (YPSB), sebuah yayasan non profit yang bergerak dalam bidang pendidikan untuk membantu anak-anak PMI agar bisa sekolah di Indonesia. Sabah Bridge atau SB digagas oleh salah satu guru yang dikirim dari Indonesia ke Sabah untuk mengajar anak-anak di perkebunan sawit.

Kebetulan saat kuliah Azwan berkesempatan mengajar Karya Ilmiah Remaja (KIR) di MAN 4 Bantul, Yogyakarta. Ia pun mulai membangun relasi di sana dan menceritakan kondisi anak-anak PMI di Sabah. Akhirnya ia mendapat slot beasiswa sekolah gratis di MAN 4 Bantul untuk empat anak PMI.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari situlah Azwan mulai merancang sebuah komunitas untuk mewadahi anak-anak PMI yang kelak sekolah di Indonesia. Tahun 2019, tepat di usianya yang ke-18, Azwan memikirkan kira-kira apa nama komunitas yang akan ia bangun. Akhirnya tercetus nama Permata Ibu Pertiwi (PIP).

Nama Permata Ibu Pertiwi ia peroleh dari hasil diskusi dengan inisiator Sabah Bridge, Aris Prima. Azwan bercerita kalau dulu tidak ada guru yang membantu mengurus pendidikan saat SMK, berbeda dengan sekarang yang sudah dibantu oleh Sabah Bridge.

ADVERTISEMENT

"Hingga pada akhirnya Pak Aris Prima itu bilang begini, 'Walaupun nggak ada yang urus kamu, yang namanya permata dilempar di lumpur pun akan tetap jadi permata'. Nah, muncullah idenya aku namanya komunitas Permata Ibu Pertiwi," cerita Azwan.

Azwan beranggapan bahwa semua anak-anak PMI dan semua anak-anak Indonesia adalah permata. "Kita ini adalah permatanya Indonesia dan Indonesia itu adalah pengganti dari kata Ibu Pertiwi. Lahirlah namanya Permata Ibu Pertiwi," imbuhnya.

Awal komunitas tersebut bergerak, hanya Azwan yang mengurusnya. Mulai dari membuat desain logo hingga menyusun proker ia lakukan sendiri. Sebab, belum ada anak PMI yang bisa ditarik masuk ke komunitas tersebut.

Berkat niat mulia dan ketekunannya, saat ini PIP sudah berusia tiga tahun dan mewadahi lebih dari 100 anak PMI yang sekolah di Indonesia. Tak sedikit anak-anak PMI yang masuk dalam PIP ini berhasil menorehkan prestasi, seperti halnya yang dilakukan Azwan dulu.

Azwan (tengah baju batik) dan anak-anak PMI yang hendak sekolah di Indonesia.Azwan (tengah baju batik) dan anak-anak PMI yang sekolah di Indonesia. Foto: Dok Azwan

Azwan masih memiliki impian besar terhadap anak-anak PMI yang orang tuanya bekerja di kebun sawit Malaysia. Ia ingin agar anak-anak PMI berani untuk bermimpi dan tidak takut untuk bermimpi besar. Sebab, menurutnya setiap orang itu berhak untuk bermimpi dan punya hidup yang lebih baik, salah satu caranya melalui pendidikan.

"Mimpiku ke anak-anak TKI pertama adalah mereka berani untuk bermimpi, berani untuk keluar dari ladang kemudian berani untuk tidak melanjutkan siklus buruh sawit lagi," harap Azwan.

"Karena kenapa? Benar katanya orang tuanya saya, bahwasannya mereka yang tidak punya latar belakang pendidikan sering kali dimanfaatkan, sering kali dieksploitasi, sering kali dirundung, sering kali dikucilkan. Makanya dengan pendidikanlah kita bisa termanusiakan, dengan pendidikan kita bisa merubah kehidupan keluarga kita, dan itu bisa dimulai dari kita," lanjutnya.

Mimpi Azwan ini juga selaras dengan mimpi para pendiri Sabah Bridge sebagaimana diungkapkan oleh Gebya Okta kepada detikcom beberapa waktu lalu. Gebya adalah salah satu pendiri yayasan tersebut yang tak lain teman Aris Prima.

Sabah Bridge yang berdiri pada 2014 ini bertujuan untuk memfasilitasi anak-anak PMI agar dapat melanjutkan pendidikan jenjang SMA/SMK bahkan perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Hal ini dilakukan agar anak-anak memiliki masa depan yang lebih baik.

Sabah Bridge yang awalnya merupakan komunitas pendidikan yang dibentuk oleh enam guru ini sekarang sudah membantu ratusan anak-anak PMI untuk sekolah di Indonesia.


(kri/row)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads