Hal tersebut diungkapkan Adi saat mengisi kuliah tamu di Prodi Teknologi Pascapanen Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan tema "Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Hayati di Abad Teknologi Nano" beberapa waktu lalu.
"Teknologi nano mampu menjawab masalah yang ada dari berbagai sektor seefisien mungkin, dengan memakan bahan seefisien mungkin, sehingga ketersediaan sumber daya alam serta kelangsungan makhluk hidup tetap terjaga," kata Adi, seperti dilansir dari laman ITB, Kamis (25/11/2021).
Teknologi nano adalah teknologi yang memanfaatkan bahan-bahan berdimensi sangat kecil dengan toleransi 0.1 nm - 100 nm. Peneliti sekaligus dosen lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut menjelaskan, nanosains adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari fenomena atau sifat-sifat suatu objek atau material dalam skala nanometer.
Nanosains berupa rekayasa pada tingkatan molekuler dengan tujuan mendesain dan membuat komponen dan sistem yang sangat kecil, yang dibangun di atas hukum mekanika kuantum, bukan berdasarkan hukum fisika dan kimia klasik sebagaimana rekayasa objek pada skala besar.
"Sifat unik dari bahan nano akan diwariskan ke seluruh objek komposit dari suatu bahan apabila bahan nano ditambahkan. Bahan dalam ukuran nano dengan sifat yang unik menghasilkan mesin dan perangkat yang berkemampuan ekstrem dan luar biasa," ujar Adi.
Ia memaparkan, Indonesia memiliki berbagai kekayaan sumber daya alam, di antaranya hutan sebagai gudang karbon dan serat, dan berbagai hasil tambang seperti mineral pasir besi, kuarsa, tembaga, perak, dan emas. Namun demikian, kebutuhan akan sumber daya alam semakin meningkat, akan tetapi alam semakin tergerus.
Kehadiran teknologi nano, kata Adi, mampu menjawab masalah keberadaan sumber daya alam tersebut. Teknologi ini disebut dapat membantu pekerjaan di berbagai sektor dengan lebih efisien, salah satunya dengan mendorong penerapan zero waste di industri dan meningkatkan efisiensi penggunaan energi.
Dia juga berharap, teknologi ini dapat memberikan manfaat ekonomis dan sosial bagi industri pengolahan sumber daya alam, serta mendorong penerapan teknologi nano dalam pengolahan limbah biomassa lainnya sebagai material maju.
"Jika ingin memaksimalkan sektor nanoteknologi, harus ada sinergi dari semua," ujar Prof. Adi.
Ada beberapa peralatan yang umum digunakan untuk menganalisa produk nano. Di antaranya adalah Particle Size Analyzer (PSA), Spark Plasma Sintering (SPS), Thermal Conductivity Analysis (TCA), dan lain-lain.
(kri/nwy)