Peneliti Peni Ahmadi dari Pusat Riset Bioteknologi BRIN berhasil meraih L'Oreal-UNESCO for Women in Science (FWIS) 2021. Dia melakukan riset obat anti kanker dan anti infeksi dari sumber daya laut.
Menurut Peni, laut memiliki banyak sumber daya yang bisa dimanfaatkan untuk kebaikan masyarakat. Saat ini ada 34 ribu senyawa bahan alam laut yang telah dilaporkan. Namun hanya tiga persen yang berhasil dimanfaatkan.
"Potensi yang sangat besar ini dapat digunakan untuk perawatan kanker dengan targeted terapi tanpa efek samping yang berarti. Keuntungan dari targeted therapy adalah lebih selektif dan spesifik pada kanker yang dituju tanpa merusak sel sehat. Sehingga lebih efektif dan efisien, serta diharapkan dapat menurunkan off-targeted problem," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam riset berjudul Potent Drug-lead from Indonesian Marine Invertebrates to Suppress Breast Cancer tersebut, Peni juga menjelaskan kondisi penyakit kanker payudara di Indonesia. Jumlah kasus terus meningkat tiap tahun.
Pada tahun 2002, jumlah kasus mencapai 25 ribu di peringkat pertama. Jumlah ini meningkat tajam di tahun 2012 menjadi sebesar 50 ribu kasus. Di tahun 2022, jumlahnya diperkirakan terus menanjak hingga mendekati 100 ribu kasus.
Peni berhasil meraih penghargaan di bidang life science FWIS 2021. Selain Peni, ada dua peneliti lain dari Indonesia yang meraih penghargaan serupa. Mereka adalah Fransiska Sri Herwahyu Krismatuti dan Feby Febriani.
Peneliti Fransiska berasal dari peneliti Pusat Riset Kimia, sedangkan Feby Febriani aktif di Pusat Riset Fisika BRIN. Keduanya meraih FWIS 2021 kategori non life science mencakup ilmu material, bumi, teknik, komputer, matematika, kimia, dan fisika.
Fransiska mengajukan riset Zinc oxide Nanostructures from Galvanization Waste as Chronic Wound Prognostics. Studi tersebut menggunakan nanokomposit ZnO dan pewarna alami dari kubis ungu untuk mencegah perkembangan bakteri pada luka.
Peneliti Feby melakukan studi di bidang karakteristik kerak bumi Indonesia. Riset bertujuan memetakan bahaya, risiko, dan kerentanan daerah akibat gempa di tanah air.
(nah/row)