Profil Faruq Ibnul Haqi, Peraih Beasiswa yang Jadi Koordinator PPI Dunia

ADVERTISEMENT

Profil Faruq Ibnul Haqi, Peraih Beasiswa yang Jadi Koordinator PPI Dunia

Trisna Wulandari - detikEdu
Sabtu, 07 Agu 2021 17:00 WIB
Faruq Ibnul Haqi Koordinator PPI Dunia 2021-2022
Faruq Ibnul Haqi, Koordinator PPI Dunia 2021-2022. Foto: Dok. Faruq Ibnul Haqi
Jakarta -

Faruq Ibnul Haqi terpilih menjadi Koordinator PPI Dunia (Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia) periode 2021-2022. Peraih beasiswa S2 Australia Awards (AAS) dan Beasiswa 5000 Doktor Kementerian Agama RI ini kini mengembangkan visi dan misi PPI Dunia sambil berkuliah sebagai kandidat Ph.D dalam Perencanaan Wilayah dan Kota, University of South Australia (UniSA), Adelaide.


Alumnus S1 Arsitektur Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta ini menuturkan, ia semula ingin meneruskan kuliah di luar negeri setelah ikut program pertukaran pelajar pada 2007. Saat itu, Faruq berkesempatan belajar di Bulacan State University, Filipina selama satu bulan lebih melalui program Beasiswa Unggulan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2007.


"Dapat beasiswa itu juga karena jadi aktivis di kampus. Terakhir itu Wakil Sekjen DPM (Dewan Permusyawaratan Mahasiswa) UII. Jadi saat itu kementerian mengumpulkan perwakilan BEM begitu di Malang, lalu ada kegiatan kepemimpinan. Pertukaran pelajar itu salah satunya. Kalau sekarang namanya Kampus Merdeka, ya," kata Faruq kepada detikEdu, Jumat (6/8/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Pria kelahiran 4 Maret 1986 ini menuturkan, ia semula ingin meneruskan kuliah ke Jerman. Karena kendala persiapan bahasa, ia pun membelokkan niat untuk mendaftar di kampus dengan bahasa pengantar bahasa Inggris.


"Mau masuk Universitat Hannover karena niatnya mau belajar arsitektur Eropa dan kampusnya lebih tua. Sudah diterima di Dortmund juga, tapi tidak jadi," katanya tertawa.

ADVERTISEMENT


Dari situ, kata Faruq, ia memfokuskan diri mengejar beasiswa di Australia. Beasiswa Australia Awards, tuturnya, mensyaratkan pelamar sudah bekerja. Inilah yang membuatnya terdorong untuk bekerja sebagai arsitek dan asisten dosen sebelum melanjutkan studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota di UniSA, Australia (2013-2015) dengan beasiswa.

Peneliti doktoral bidang perencanaan wilayah dan kota ini mengatakan, karena sudah bekerja sebelum kuliah S2, ia tidak memilih program pendidikan dengan masa studi singkat. Alih-alih, Faruq memilih prodi dengan masa studi lebih lama yang memfasilitasinya belajar sambil mencari pengalaman dan berjejaring.


"Saya semula apply Master of Architecture, sudah dikirimi penawaran kredit 1,5 tahun. Tapi saya maunya 2 tahun, alhasil ganti ke (prodi) Urban Planning. Sebab orientasinya beda, cari pengalaman dan koneksi. Kerjanya sudah ada," jelas dosen tetap Jurusan Arsitektur Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya ini.


Faruq menuturkan, masa studi S2 mengantarkannya untuk mengenal dan aktif di kegiatan PPI Australia (PPIA) Nasional sejak 2013. Bermula dari keaktifannya di Departemen Akademik dan Kajian PPIA Nasional, ia lalu menjadi Presiden PPIA pada 2013-2014. Aktivitasnya di PPI masih berlanjut saat meneruskan studi S3 di kampus yang sama dengan Beasiswa 5000 Doktor Kemenag.


Ia mengatakan, agar studi dan kegiatannya di PPI bisa seimbang, terutama dengan beasiswa, ia menerapkan prinsip komitmen dan disiplin yang ditanamkan sejak studi S2.


"Tugas utamanya belajar dan studi, namun di satu sisi bisa mengembangkan diri lewat organisasi. Ini juga yang diterapkan anggota PPI lainnya," kata Faruq.


"Saat S1 itu jenis beasiswanya juga beasiswa unggulan aktivis. Kualifikasi yang dilihat adalah keseimbangan akademik dan organisasi. Mahasiswa Arsitektur itu super sibuk menggambar, menjaga ritme IPK dengan batas tertentu sambil berorganisasi tingkat universitas. Lalu S2 sambil aktif di organisasi profesional, seperti di di Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi, lalu S3 sambil PPI," jelasnya.

Selanjutnya rencana PPI Dunia


PPI Dunia ke depan


Faruq menuturkan, setelah menjadi Wakil Presiden PPIA Nasional 2020-2021 dan Wakil Koordinator PPI Dunia Kawasan Asia dan Oseania 2020-2021, ia menjadi kandidat Koordinator PPI Dunia dan terpilih untuk periode 2021-2022.


Ia mengatakan, PPI Dunia punya arti penting baginya dalam belajar keanekaragaman, baik dalam hal latar belakang pendidikan dan budaya.


"Saya ingin PPI jadi berarti dan bermanfaat. Itulah kenapa dalam kampanye kemarin, saya coba membawa spirit cendekia APIK, (singkatan dari) adaptif, progresif, inklusif, dan kolaboratif," jelasnya.


Ia menuturkan, salah satu upaya Persatuan Pelajar Indonesia menjadi adaptif yakni tetap maju dan memfasilitasi pelajar Indonesia dalam negeri dan luar negeri di tengah masa lockdown.


"Ada 600 PPI dengan anggota sekitar 80 ribu. Mereka memiliki riset dengan sebagian besar topiknya terkait Indonesia. Akan bermanfaat jika disebarluaskan agar menginspirasi dan memunculkan kolaborasi lebih lanjut dengan unsur-unsur lain," kata Faruq.


Ia menuturkan, melalui visi gotong royong berkelanjutan untuk revitalisasi peran PPI Dunia bagi Indonesia, kolaborasi dengan pemerintah, perguruan tinggi, masyakat, industri, dan media menjadi sasaran yang akan dicapai ke depan.


Faruq menuturkan, PPI memiliki kekuatan di bidang sumber daya manusia. Ia mencontohkan, inkubator bisnis dengan perusahaan keuangan dan kerjasama riset untuk policy brief tengah dijajaki bersama PPI Dunia.


"Perusahaan A di solar energy berkolaborasi dengan mahasiswa PPI Australia dengan riset sejenis. Jadi banyak potensi pelajar di luar negeri tidak hanya terekspos, tetapi juga bersatu gotong royong. Tidak satu aspek saja yang dimajukan. PPI Dunia tidak eksklusif," jelasnya.


Sementara itu, terkait inklusivitas, Faruq menuturkan, dirinya mencoba merangkul para cendekia di PPI Dunia dari berbagai latar pendidikan dan ranting PPI.


"Tidak peduli PPI besar atau kecil, baru atau lama, semua didukung. Tidak peduli apakah kayak PPI Australia yang totalnya 22 ribu mahasiswa, atau PPI negara lain yang kurang dari 50 orang," kata Faruq.


Ia mencontohkan, PPI Bangladesh yang baru masuk dalam PPI Dunia Kawasan Asia dan Oseania. PPI baru didukung untuk berinovasi dalam program, diundang, dan dijadikan narasumber sesuai kecakapan.


"Agar tidak PPI yang besar saja yang jadi aktor. Ada Bangladesh, India, Thailand, Sri Lanka, butuh support agar muncul ke permukaan. Jadi ada equality, bahwa kita sama dan dan satu keluarga," katanya.


Faruq menuturkan, para pelajar di luar negeri di PPI kecil pun sangat besar potensinya, baik dari segi budaya dan kekhasan keunggulan.


"Kebetulan di Oceania, trademark-nya science and tech. Beberapa narasumber pun diundang sesuai dengan SOP-nya, minimal gelar doktor dan profesor," tuturnya.


Ia berharap, PPI Dunia menjadi progresif seiring menjadi inklusif dan berkolaborasi melalui gotong royong berkelanjutan, meluas dan meningkat manfaatnya bagi PPI Dunia dan masyarakat.


Gimana detikers, apa yang kamu nantikan dari PPI Dunia ke depan?


Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads