Profil Faruq Ibnul Haqi, Peraih Beasiswa yang Jadi Koordinator PPI Dunia

ADVERTISEMENT

Profil Faruq Ibnul Haqi, Peraih Beasiswa yang Jadi Koordinator PPI Dunia

Trisna Wulandari - detikEdu
Sabtu, 07 Agu 2021 17:00 WIB
Faruq Ibnul Haqi Koordinator PPI Dunia 2021-2022
Faruq Ibnul Haqi, Koordinator PPI Dunia 2021-2022. Foto: Dok. Faruq Ibnul Haqi


PPI Dunia ke depan


Faruq menuturkan, setelah menjadi Wakil Presiden PPIA Nasional 2020-2021 dan Wakil Koordinator PPI Dunia Kawasan Asia dan Oseania 2020-2021, ia menjadi kandidat Koordinator PPI Dunia dan terpilih untuk periode 2021-2022.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Ia mengatakan, PPI Dunia punya arti penting baginya dalam belajar keanekaragaman, baik dalam hal latar belakang pendidikan dan budaya.


"Saya ingin PPI jadi berarti dan bermanfaat. Itulah kenapa dalam kampanye kemarin, saya coba membawa spirit cendekia APIK, (singkatan dari) adaptif, progresif, inklusif, dan kolaboratif," jelasnya.

ADVERTISEMENT


Ia menuturkan, salah satu upaya Persatuan Pelajar Indonesia menjadi adaptif yakni tetap maju dan memfasilitasi pelajar Indonesia dalam negeri dan luar negeri di tengah masa lockdown.


"Ada 600 PPI dengan anggota sekitar 80 ribu. Mereka memiliki riset dengan sebagian besar topiknya terkait Indonesia. Akan bermanfaat jika disebarluaskan agar menginspirasi dan memunculkan kolaborasi lebih lanjut dengan unsur-unsur lain," kata Faruq.


Ia menuturkan, melalui visi gotong royong berkelanjutan untuk revitalisasi peran PPI Dunia bagi Indonesia, kolaborasi dengan pemerintah, perguruan tinggi, masyakat, industri, dan media menjadi sasaran yang akan dicapai ke depan.


Faruq menuturkan, PPI memiliki kekuatan di bidang sumber daya manusia. Ia mencontohkan, inkubator bisnis dengan perusahaan keuangan dan kerjasama riset untuk policy brief tengah dijajaki bersama PPI Dunia.


"Perusahaan A di solar energy berkolaborasi dengan mahasiswa PPI Australia dengan riset sejenis. Jadi banyak potensi pelajar di luar negeri tidak hanya terekspos, tetapi juga bersatu gotong royong. Tidak satu aspek saja yang dimajukan. PPI Dunia tidak eksklusif," jelasnya.


Sementara itu, terkait inklusivitas, Faruq menuturkan, dirinya mencoba merangkul para cendekia di PPI Dunia dari berbagai latar pendidikan dan ranting PPI.


"Tidak peduli PPI besar atau kecil, baru atau lama, semua didukung. Tidak peduli apakah kayak PPI Australia yang totalnya 22 ribu mahasiswa, atau PPI negara lain yang kurang dari 50 orang," kata Faruq.


Ia mencontohkan, PPI Bangladesh yang baru masuk dalam PPI Dunia Kawasan Asia dan Oseania. PPI baru didukung untuk berinovasi dalam program, diundang, dan dijadikan narasumber sesuai kecakapan.


"Agar tidak PPI yang besar saja yang jadi aktor. Ada Bangladesh, India, Thailand, Sri Lanka, butuh support agar muncul ke permukaan. Jadi ada equality, bahwa kita sama dan dan satu keluarga," katanya.


Faruq menuturkan, para pelajar di luar negeri di PPI kecil pun sangat besar potensinya, baik dari segi budaya dan kekhasan keunggulan.


"Kebetulan di Oceania, trademark-nya science and tech. Beberapa narasumber pun diundang sesuai dengan SOP-nya, minimal gelar doktor dan profesor," tuturnya.


Ia berharap, PPI Dunia menjadi progresif seiring menjadi inklusif dan berkolaborasi melalui gotong royong berkelanjutan, meluas dan meningkat manfaatnya bagi PPI Dunia dan masyarakat.


Gimana detikers, apa yang kamu nantikan dari PPI Dunia ke depan?


(twu/lus)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads