Kecerdasan buatan (AI) asal China, DeepSeek, kini tengah menjadi pusat perhatian global. Keberhasilannya tidak lepas dari peran pendirinya, Liang Wenfeng, yang kini semakin dikenal luas berkat kiprahnya dalam dunia teknologi.
Mengutip dari detikFinance, nama Liang mulai mencuat setelah pidatonya pada 20 Januari lalu dalam sebuah simposium tertutup yang diselenggarakan oleh Perdana Menteri China, Li Qiang. Pria berusia 39 tahun ini menjadi satu dari sembilan orang yang diundang untuk menyampaikan pandangannya mengenai kebijakan pemerintah China.
Dalam forum tersebut, Liang tampil berbeda di antara para akademisi senior, pejabat tinggi, dan konglomerat China. Kehadirannya dalam diskusi elit ini menegaskan pengakuan pemerintah atas peran strategis DeepSeek dalam membentuk lanskap AI global sekaligus memperkuat posisi China di industri teknologi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjalanan Karier Liang Wenfeng
Dilansir dari Reuters, Kamis (30/1/2025), Liang berasal dari Guangdong, provinsi selatan China yang mengalami pesatnya perkembangan kapitalisme pasar pada era 1980-an dan 1990-an. Meski dikelilingi oleh lingkungan yang lebih mengutamakan bisnis dibanding pendidikan, ia memilih untuk fokus di jalur akademis.
Pada usia 17 tahun, Liang diterima di Universitas Zhejiang, salah satu institusi pendidikan bergengsi di China. Ia mengambil jurusan Teknik Elektronika dan Komunikasi sebelum melanjutkan studi magister di bidang Teknik Informasi dan Komunikasi. Liang berhasil menyelesaikan program tersebut pada 2010.
Lima tahun kemudian, ia turut mendirikan sebuah dana lindung nilai kuantitatif (hedge fund) yang menggunakan algoritma matematika kompleks untuk perdagangan, menggantikan analisis manusia. Pada akhir 2021, dana yang dikelolanya telah mencapai lebih dari 100 miliar yuan (setara US$ 13,79 miliar).
Namun, pada April 2023, Liang memutuskan untuk memperluas cakupan bisnisnya. Ia mengalihkan fokus ke eksplorasi Artificial General Intelligence (AGI), yang kemudian melahirkan DeepSeek pada Mei 2023.
DeepSeek dan Dominasi AI China
AGI, sebagaimana didefinisikan oleh OpenAI, adalah sistem otonom yang mampu melampaui manusia dalam berbagai tugas bernilai ekonomi. DeepSeek pun merekrut talenta terbaik dari kalangan lulusan dan mahasiswa PhD dari universitas terkemuka di China. Menurut Liang, mereka memilih bergabung dengan DeepSeek karena tantangan besar yang dihadapi perusahaan dalam pengembangan AI.
Pekan lalu, DeepSeek meluncurkan asisten AI gratis yang diklaim lebih efisien dalam penggunaan data dan biaya dibandingkan layanan serupa yang ada saat ini. Kehadiran DeepSeek bahkan mengguncang pasar teknologi global, memicu aksi jual saham besar-besaran di sektor tersebut.
Di bawah kepemimpinan Liang, DeepSeek mengambil pendekatan berbeda dengan menghindari pembuatan aplikasi. Sebaliknya, perusahaan lebih memusatkan penelitian dan sumber daya untuk menciptakan model AI yang dapat menyaingi atau bahkan melampaui OpenAI. Fokus utama DeepSeek adalah mengembangkan model-model mutakhir yang dapat digunakan oleh berbagai perusahaan untuk membangun produk AI yang bermanfaat bagi konsumen dan industri.
Pendekatan ini cukup unik di tengah ekosistem teknologi China yang selama ini lebih dikenal dengan strategi adopsi dan pengembangan inovasi luar negeri. Dari aplikasi ponsel pintar hingga kendaraan listrik, perusahaan China sering kali mengambil teknologi asing lalu mengembangkannya dengan kecepatan yang luar biasa.
Namun, Liang memiliki pandangan berbeda. Dalam wawancaranya dengan Waves pada Juli tahun lalu, ia menyatakan, "Pengembangan AI di China tak bisa selamanya terus mengikuti (pihak lain). Kita sering mengatakan ada kesenjangan satu atau dua tahun antara AI China dan Amerika Serikat, namun kesenjangan sebenarnya adalah perbedaan antara orisinalitas dan tiruan."
Dengan visi dan kepemimpinannya, Liang Wenfeng bertekad membawa DeepSeek ke garis depan inovasi AI dunia, menjadikan China sebagai pemain utama dalam revolusi kecerdasan buatan global.
Artikel ini telah tayang di detikFinance.
(ily/sud)