Polusi Ini Bisa Bikin Manfaat Olahraga Jadi Menurun, Seberbahaya Apa?

ADVERTISEMENT

Polusi Ini Bisa Bikin Manfaat Olahraga Jadi Menurun, Seberbahaya Apa?

Siti Nur Salsabilah Silambona - detikEdu
Senin, 15 Des 2025 06:30 WIB
Polusi Ini Bisa Bikin Manfaat Olahraga Jadi Menurun, Seberbahaya Apa?
Foto: REUTERS/Bhawika Chhabra/Polusi udara di New Delhi India, Oktober 2025
Jakarta -

Ingin rutin berolahraga di luar ruangan tapi udara sedang penuh polusi? Ternyata studi menemukan bahwa kondisi ini bisa kurang baik. Udara yang tercemar disebut akan mengurangi manfaat baik dari berolahraga itu sendiri.

Studi terbaru oleh tim internasional yang mencakup para ahli dari University College London (UCL), menegaskan bahwa paparan udara tercemar dalam jangka waktu panjang, secara signifikan mengurangi manfaat kesehatan dari olahraga rutin.

Studi yang terbit di jurnal BMC Medicine pada 28 November 2025 ini, berlangsung selama lebih dari sepuluh tahun dengan meneliti 1,5 juta orang dewasa di berbagai negara, termasuk di dalamnya, Amerika Serikat, Inggris, Taiwan, China dan Denmark.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama penelitian mereka menemukan bahwa orang yang tinggal di tempat tinggi polusi udara, cenderung mengalami penurunan risiko kematian yang jauh lebih kecil. Ini berlaku untuk semua penyebab kematian, khususnya kematian akibat kanker dan penyakit jantung, walaupun sebagian manfaat berolahraga masih terasa.

Ini artinya, tempat yang tinggi polusi udara sangat mengancam kesehatan.

ADVERTISEMENT

Apa Itu Partikel Halus PM2.5?

Penelitian fokus pada kadar partikulat halus, PM2.5 yang merupakan partikel yang berukuran sangat kecil, dengan diameter 2,5 mikrometer. Karena sangat kecil, partikel ini mampu menembus ke paru-paru sampai masuk ke aliran darah.

Karena sangat mudah terhirup, partikel ini secara nyata mengancam kesehatan manusia, apabila dihirup terus-menerus.

"Temuan kami menekankan bahwa olahraga tetap bermanfaat bahkan di lingkungan yang tercemar. Namun, peningkatan kualitas udara dapat sangat meningkatkan manfaat kesehatan ini," ujar Profesor Po-Wen Ku dari Universitas Nasional Chung Hsing, Taiwan yang juga peneliti utama studi ini, dikutip dari Science Daily.

Dampak Polusi bagi Efektivitas Berolahraga

Pada orang dewasa yang berolahraga rutin setidaknya dua setengah jam lama seminggu, memiliki risiko kematian secara umum akan turun sebanyak 30 persen, dibandingkan dengan mereka yang tidak berolahraga rutin.

Namun, ketika mereka yang rajin berolahraga tinggal di kawasan tinggi polusi dengan kadar polutan tahunan (PM2.5) sebanyak 25 Β΅g/mΒ³ (mikrogram per kubik), proteksi tersebut akan turun drastis ke angka 12-15 persen saja. Ini menunjukkan bahwa manfaat berolahraga dapat melemah hanya karena menghirup udara tercemar.

Lebih parahnya lagi, ketika polusi meningkat ke angka 35 Β΅g/mΒ³, manfaat berolahraga semakin melemah dari sebelumnya, terutama manfaat berolahraga dalam menurunkan risiko kematian akibat kanker.

Seberapa Besar Permasalahan Global Ini?

Hampir setengah dari populasi global atau sekitar 46 persen orang tinggal di wilayah dengan kadar populasi 25 ΞΌg/mΒ³ dan bahkan lebih dari ini. Angka ini sungguh mengkhawatirkan, karena secara signifikan dalam kondisi tersebut polusi dapat melemahkan manfaat berolahraga.

Bahkan sekitar 36 persen populasi global hidup di wilayah tinggi polusi dengan rata-rata kadar PM2.5 tiap tahunnya lebih dari 35 ΞΌg/ mΒ³. Dalam kondisi ini manfaat berolahraga akan menurun drastis.

Seperti yang terjadi di wilayah Inggris, dengan rata-rata PM2.5 sebesar 10 ΞΌg/mΒ³ yang masih tergolong aman dan tidak melemahkan efek olahraga. Namun saat musim dingin datang polusi melonjak drastis ke ambang batas kritis, 25 Β΅g/mΒ³.

"Kami tidak ingin menghalangi orang untuk berolahraga di luar ruangan. Memeriksa kualitas udara, memilih rute yang lebih bersih, atau mengurangi intensitas pada hari-hari yang berpolusi dapat membantu Anda mendapatkan manfaat kesehatan maksimal dari olahraga Anda," ujar Rekan penulis Profesor Paola Zaninotto dari Departemen Epidemiologi & Kesehatan Masyarakat UCL.

Dalam studinya, para peneliti menyampaikan keterbatasan pada studi. Karena data yang digunakan dalam studi hanya berasal dari negara berpenghasilan tinggi saja. Maka dari itu, mungkin hasi ini tidak berlaku penuh di negara-negara berpenghasilan rendah, dengan tingkat polusi jauh lebih tinggi hingga menyentuh angka 50 ΞΌg/mΒ³.

Ditambah lagi hilangnya informasi tentang kualitas udara dalam ruangan, dan pola makan peserta, yang membuat studi ini terbatas. Meskipun terdapat kesenjangan, studi ini menghitung variabel lain seperti pendapatan, pendidikan, kebiasaan merokok, dan riwayat penyakit kronis para peserta.

Penulis adalah peserta magang Hub Kemnaker di detikcom.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads