.webp)
Guru Besar dari Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM Prof Wisnu Nurcahyo menuturkan, berdasarkan studi, orang utan punya sejumlah perilaku hidup sehat. Perilaku ini mirip dengan manusia yang aktif menjaga kesehatan.
Ia mencontohkan, orang utan yang sakit mampu mencari sendiri tanaman dan buah-buahan di hutan dengan efek penyembuhan.
"Obat-obatan tersebut berasal dari alam dan dapat dimanfaatkan untuk penyembuhan gejala sakit," ucap Wisnu, dikutip dari laman UGM, Kamis (18/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika diterapkan ke masyarakat, hal ini relevan karena masyarakat di sekitar habitat orang utan juga banyak yang mengonsumsi obat-obatan herbal, belajar dari keahlian orang utan tersebut. Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan kesehatan," sambungnya.
Bergerak Aktif
Aktif meneliti orang utan, Wisnu menjelaskan primata ini juga tak enggan bergerak. Aktivitasnya menjangkau area home range dengan luas rata-rata 5 km persegi.
Perilaku bergerak aktif serta pola makan alami tanpa bahan pengawet dan kimia menurutnya bantu menjaga kebugaran orang utan.
"Mirip jika manusia selalu aktif berolahraga setiap hari dan menjaga pola makan dengan makanan sehat, tubuh akan menjadi lebih sehat dan kuat," ucapnya.
Jaga Asupan
 Orang utan Kalimantan. Foto: Ilya Raskin |
Sorotan pada perilaku hidup sehat orang utan ini berangkat dari studi terhadap orang utan (Pongo pygmaeus wurmbii) di Kalimantan yang dipublikasi di jurnal Science Advance baru-baru ini.
Riset yang dipimpin peneliti Rutgers University-New Brunswick mengungkapkan, orang utan teratur mengelola protein. Kemudian, saat makanan yang disukainya (buah) sedang tidak banyak tersedia, orang utan justru menggunakan lemak dan asam amino dalam tubuh saja untuk menghasilkan energi.
Sementara itu, peneliti menyorot bahwa saat ini manusia sedang mengalami pandemi obesitas global. Dalam hal ini, pola makan manusia kini justru cenderung menuju makanan yang murah, padat energi, dan rendah protein.
Peneliti menyimpulkan, hewan yang terancam punah ini lebih unggul daripada manusia dalam menghindari obesitas dengan cara memilih asupan yang seimbang dan beraktivitas fisik.
"Temuan studi menunjukkan bagaimana orang utan liar Kalimantan beradaptasi pada perubahan di lingkungannya dengan mengatur asupan nutrisi, perilaku, dan penggunaan energi," kata pemimpin studi, Erin Vogel, yang juga menjabat sebagai the Henry Rutgers Term Chair Professor, Department of Anthropology, Rutgers University-New Brunswick School of Arts and Sciences.
"Studi ini menyorot pentingnya memahami pola makan alami dan dampaknya pada kesehatan, baik untuk orang utan maupun manusia," ucapnya, dikutip dari laman kampus.
Studi Vogel dan rekan-rekan didasarkan pada analisis dan pengamatan terhadap orang utan Kalimantan di area riset Tuanan, Kalimantan Tengah selama 15 tahun.
Merespons temuan studi ini, Wisnu mengakui riset mengenai orang utan belum banyak dilakukan di Indonesia lantaran tidak menghasilkan produk langsung yang bisa dipasarkan.
Namun, ia menegaskan penelitian orang utan penting untuk menjaga hewan ini sebagai aset keanekaragaman hayati bangsa.
"Orang utan harus dijaga kelestariannya dengan menjaga habitatnya, tidak memperjualbelikan, dan tidak mengeksploitasi untuk hiburan. Pola kehidupan satwa liar ini justru banyak dipelajari ilmuwan di Eropa dan Amerika yang meniru gaya hidup 'back to nature' bahwa hidup sehat, bebas polusi, makan makanan alami, dan memanfaatkan tanaman obat herbal untuk pengobatan," jelasnya.
(twu/nah)
