Primata terbesar yang hidup saat ini mungkin adalah jenis kera, yakni gorila dan orang utan. Namun, pada masa lalu, ternyata pernah hidup primata 'raksasa' yang ukurannya lebih tinggi dari gorila. Sebesar apa?
Sejauh ini, primata terbesar di dunia yang tercatat adalah gorila punggung perak (silverback gorilla) yang hidup di dalam hutan lebat di Afrika Tengah. Menurut catatan, gorila terbesar memiliki berat 390 kg dan tingginya mencapai 1,83 meter.
Meski berukuran besar, nyatanya gorilla tersebut bukanlah primata terbesar yang pernah hidup di Bumi. Sejarah mencatat, pada masa dulu, terdapat primata raksasa yang ukurannya bisa mencapai tiga meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Primata apa yang dimaksud?
Gigantopithecus Blacki
Primata terbesar yang pernah hidup di Bumi adalah Gigantopithecus blacki. Kera ini bisa memiliki tinggi lebih dari 3 meter dan berat 300-an kg.
Dengan ukuran ini, Gigantopithecus blacki otomatis lebih besar dari jenis kera lain, seperti gorila, orang utan, simpanse, dan bonobo yang hidup pada masa kini.
Diketahui, bahwa Gigantopithecus blacki lebih berkerabat dekat dengan orang utan dari keluarga Ponginae.
"Kita tidak tahu seberapa mirip G. blacki dengan orang utan, tapi yang pasti dia adalah Pongine, jadi dia termasuk dalam keluarga yang tepat. Mengenai bulu oranye, kami benar-benar tidak tahu," kata Kira Westaway, peneliti di Universitas Macquarie yang meneliti kepunahan G. blacki, dikutip dari IFLScience.
Sayangnya, keberadaan G. blacki masih minim penelusuran. Salah satu alasannya karena kurangnya peninggalan fisik. Sampai saat ini, satu-satunya bukti keberadaan mereka adalah beberapa ribu fosil gigi dan empat tulang rahang.
Para ilmuwan telah menyimpulkan skala Gigantopithecus berdasarkan ukuran dan proporsi sisa-sisa tersebut dibandingkan dengan kera besar lain yang masih hidup di Bumi saat ini.
Adapun bukti pertama Gigantopithecus terungkap pada 1935, ketika antropolog Ralph von Koenigswald menemukan spesimen yang tidak biasa di toko obat tradisional Tiongkok di Hong Kong.
Obat itu diberi label sebagai "gigi naga". Kemudian von Koenigswald menemukan bahwa gigi geraham tersebut milik spesies kera punah yang tidak teridentifikasi yang ia sebut Gigantopithecus.
Hidup di Asia Timur Sekitar 2 Juta Tahun Lalu
Para ilmuwan menyepakati bahwa Gigantopithecus ini hidup di Asia timur sekitar Tiongkok selatan dari sekitar 2 juta tahun yang lalu. Kera ini baru mengalami kepunahan pada masa Pleistosen Awal hingga Tengah, antara 300.000 tahun yang lalu dan 100.000 tahun yang lalu.
Penyebab kepunahannya, kemungkinan besar disebabkan oleh perubahan iklim di wilayah tersebut, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada Januari 2024.
Diketahui, bahwa sekitar 600.000 tahun yang lalu, lingkungan di Asia Timur menjadi lebih bervariasi karena meningkatnya kekuatan musim, sehingga menyebabkan perubahan iklim. Termasuk perubahan jenis tanaman yang tumbuh di hutan.
Iklim yang lebih musiman menciptakan periode kering sehingga sulit menemukan buah-buahan. Dalam hal ini, Gigantopithecus kesulitan melakukan transisi untuk menemukan makanan pengganti.
"Ini hanya hewan berukuran besar, benar-benar besar. Ketika makanan mulai langka, populasinya menjadi sangat besar sehingga tidak bisa memanjat pohon untuk mencari sumber makanan baru," kata Renaud Joannes-Boyau, peneliti di Southern Cross University Australia, dikutip dari phys.org.
Menurut ilmuwan, kondisi ini pada akhirnya membuat mereka tidak cukup bergerak dan tidak fleksibel untuk menerima perubahan.
(faz/nwy)