Tahukah detikers dari mana asal-usul warna oren atau oranye pada kucing ini? Sebuah studi terbaru yang terbit pada 15 Mei di jurnal Current Biology mencoba menjawabnya.
Ilmuwan genetika senior dari Universitas Stanford, Christopher Kaelin menyatakan warna oranye pada kucing oyen belum ditemukan pada hewan lain. Usai mengidentifikasi DNA, Kaelin menemukan terdapat jenis mutasi atau perubahan yang terjadi dalam kromosom (tempat gen) yang tidak biasa.
"Ini adalah jenis mutasi yang sangat tidak biasa," ungkap penulis utama studi itu dikutip dari CNN Sains, Kamis (29/5/2025).
Sebagian Besar Kucing Oyen adalah Jantan
Diketahui sebagian besar kucing yang sepenuhnya berbulu oranye adalah jantan. Karena hal ini, para ilmuwan pada beberapa dekade ke belakang memberikan kode genetik untuk warna oranye ada di bawah kromosom X.
Seperti mamalia lainnya, kucing betina memiliki dua kromosom X. Sedangkan kucing jantan memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y.
Pada kucing jantan yang membawa sifat warna oranye pada satu kromosom X-nya, bulu warna mereka akan sepenuhnya oren. Tetapi uniknya kucing betina tidak.
Seekor kucing betina perlu mewarisi sifat tersebut pada kedua kromosom X mereka agar sepenuhnya berwarna oranya. Jika hanya satu, mereka akan memiliki pola yang tidak merata dengan warna oranye, hitam, dan putih.
Meski telah mengerti penjelasan tersebut, ilmuwan ternyata masih belum tahu dari mana warna oranye bisa muncul pada kromosom X. Biasanya, mutasi yang menyebabkan warna bulu hewan berwarna kuning atau oranye terjadi di gen yang mengendalikan warna.
Namun fakta mengejutkannya, gen-gen yang mengendalikan warna ini tidak dibawa oleh kromosom X. Lalu bagaimana kucing oyen jantan bisa sepenuhnya oranye? Ini yang coba dicari tahu studi terbaru ini.
Bukan hanya menjelaskan asal muasal aneh dari warna oranye pada kucing oyen, tetapi juga mengungkap wawasan baru tentang gen yang sebenarnya sudah sangat dikenal ilmuwan.
Kucing Oyen Alami Gangguan Genetik
Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi mutasi genetik yang unik pada kucing oyen. Selama satu dekade, Kaelin sering menghadiri pameran kucing.
Ketika bertemu dengan kucing oyen, ia akan izin kepada pemiliknya untuk mengambil sampel DNA hewan tersebut melalui usapan di pipi. Tidak hanya kucing yang seluruhnya berwarna oranye, Kaelin juga tertarik pada kucing yang memiliki pola khas.
Pola ini biasanya dimiliki kucing liar seperti macan tutul dan ocelot. Dijelaskan pola khas ini dimiliki oleh ras populer seperti kucing Bengal dan Toyger.
Setelah memiliki banyak sampel, ia kemudian membandingkan DNA dan genom antarkucing. Ia dan tim akhirnya menemukan 51 variasi genetik pada kromosom X yang dimiliki oleh kucing jantan oranye, 48 variasi di kucing non-oranye, dan tiga kandidat dengan mutasi yang sulit dipahami.
Salah satu kandidat dengan mutasi yang sulit dipahami mengalami delesi kecil. Delesi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses mutasi yang menyebabkan hilangnya bagian tertentu dari kromosom.
Diketahui terdapat 5.076 pasangan basa menghilangkan sekitar 0,005% kromosom X di wilayah tertentu. Wilayah ini dijelaskan tidak mengkode protein tertentu.
Delesi biasanya terletak di dalam gen, tetapi pada kasus ini tidak. Delesi tersebut terjadi di antara dua lokasi yang saling terikat dengan sebuah gen bernama Arhgap36.
Arhgap36 bertugas mengatur jalur pensinyalan hormon penting yang digunakan hampir semua sel dan jaringan di tubuh mamalia. Gen ini tidak memiliki hubungan dengan masalah pigmentasi.
Untuk mengetahui bagaimana Arhgap 36 bisa memengaruhi warna, Kaelin mempelajarinya lebih jauh. Ia mengumpulkan jaringan hidup di klinik sterilisasi untuk melakukan eksperimen.
Hasilnya menunjukkan, entah bagaimana delesi mengaktifkan Arhgap36 dalam sel pigmen. Ketika aktif, pigmen hitam terhalang produksinya dan menghasilkan warna oranye.
Varian ini diketahui belum ditemukan pada hewan lain, termasuk kucing liar seperti harimau dan lainnya.
"Ini adalah pengecualian genetik yang telah diketahui lebih dari seratus tahun. Ini benar-benar teka-teki generik komparatif yang memotivasi minat kami pada (kucing) oranye yang terikat jenis kelamin," ungkap Kaelin.
Bisa Jadi Alat Pelacak Sejarah Evolusi Kucing Domestik
Keunikan ini menurut Kaelin mungkin terjadi sekali pada sejarah evolusi kucing domestik, kemudian prosesnya dibiakkan secara selektif.
"Kami melihat mutasi yang sama pada semua kucing oranye yang telah kami lihat di wilayah geografi yang luas. Jadi ada satu mutasi yang terjadi," jelasnya.
Ia belum tahu secara tepat kapan proses ini mulai terjadi. Menurutnya dibutuhkan bantuan spesialis DNA prasejarah untuk menjawab kapan dan di mana mutasi itu awalnya muncul.
Profesor biosains dan genetika veteriner dari Universitas Helsinki Finlandia yang tidak terlibat dalam penelitian ini, Hannes Lohi memberikan pendapat. Menurutnya penemuan ini sangat berharga untuk melacak sejarah evolusi kucing domestik.
"Varian yang diidentifikasi dapat berfungsi sebagai alat yang berharga dalam genetika populasi untuk melacak sejarah evolusi kucing domestik," katanya.
Berpengaruh Pada Sifat Kucing Oyen?
Meski banyak penelitian lanjutan yang bisa dikembangkan, Kaelin dan rekan-rekannya ingin mencari tahu bagaimana delesi kecil yang tidak terdapat pada suatu gen dapat mengubah aktivitas gen di dekatnya.
Penulis senior serta rekan Kaelin di studi tersebut yang juga profesor emeritus genetika dan pediatri, Greg Barsh menyebut tujuan mencari tahu proses itu agar ilmuwan mempelajari tentang mutasi tersebut.
"Tetapi kita juga ingin mempelajari lebih lanjut tentang mekanisme mutasi secara umum. Mengapa hal ini sangat tidak biasa dan mungkinkah mekanisme yangs ama terjadi pada hen lain yang menyebabkan fenotipe pada hewan lain?," bebernya.
Menurut Barsh ada banyak kondisi pada manusia yang juga dianggap bersifat genetik. Tetapi tidak ada mutasi genetik yang telah diidentifikasi.
"Masalahnya bukan hanya karena kita belum menemukan mutasinya, tetapi karena kita tidak memahami semua cara mutasi dapat menyebabkan sifat penyakit sejak awal," sambung Barsh.
Terakhir ada pertanyaan timbul terkait mungkinkah genetika kucing oyen yang tidak biasa menjelaskan kepribadian mereka yang unik?
Sejauh ini, Kaelin dan rekan-rekannya tidak memiliki alasan untuk berpikir demikian. Menurut Kaelin temuan studinya bisa digunakan peneliti lain untuk mencari hubungan antara perilaku dan warna bulu.
"Saya pikir kucing oranye telah benar-benar meyakinkan pemiliknya bahwa mereka berbeda, tetapi mereka belum dapat meyakinkan kita (peneliti)," tandas Kaelin.
(det/nah)