Air zamzam merupakan salah satu 'oleh-oleh' yang paling sering dibawa oleh jamaah haji dan umroh saat kembali ke Tanah Air. Keberadaan zamzam istimewa karena berasal dari Tanah Suci Makkah dan disebut sumbernya tak pernah habis. Benarkah?
Setiap bulannya, jamaah umrah yang pergi ke Makkah bisa mencapai jutaan. Belum lagi jamaah haji, yang setiap tahunnya bisa mencapai lebih dari satu juta orang.
Setiap jamaah yang pergi ke Makkah, umumnya akan meminum dan membawa air zamzam hingga 5 liter banyaknya. Namun, kenapa setiap saat diambil tapi tidak habis?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sumur Air Zamzam Digunakan Selama 4.000 Tahun
Mengutip Egypt Today, dokumen sejarah menunjukkan bahwa kedatangan Nabi Ismail AS ke Makkah pada tahun kelahirannya, sekitar tahun 1910 SM, bertepatan dengan tahun munculnya zamzam.
Sejarah air zamzam bermula ketika Nabi Ismail AS yang masih bayi dan Ibunya, Siti Hajar tengah menghadapi kehausan dan kelaparan. Keduanya bertahan di padang pasir yang gersang dan tandus.
Siti Hajar kemudian berlarian dari Bukit Safa ke Bukit Marwa untuk mencari sumber air sebanyak tujuh kali. Hasilnya, tidak menemukan sumber air di mana pun.
Kemudian keajaiban datang dari Allah SWT. Nabi Ismail AS yang kehausan menghentakkan kakinya ke tanah, lalu muncul air di telapak kakinya yang kecil.
Melihat kejadian tersebut, Siti Hajar lantas berujar, "Zamzam!" Zamzam berarti kumpul atau berkumpul, demikian dikutip dari buku Back to Sunnah karya Haerawati Idris.
Berdasarkan kalender Hijriah, jarak antara hari pertama kemunculan zamzam hingga saat ini, sekitar 4.000 tahun. Selama itu pula, air zamzam terus mengalirkan air untuk diambil oleh berbagai jamaah yang datang ke Makkah.
Kenapa Air Zamzam Tidak Pernah Habis?
Seorang profesor geologi dan sumber daya air di Institut Penelitian Afrika, Sharaqi, mengatakan bahwa sumber dari air zamzam merupakan yang dapat diperbarui.
"Tidak adanya penipisan dalam geologi berarti bahwa air tersebut adalah air yang dapat diperbarui. Air tanah dapat diperbarui, seperti yang ada di sumur Zamzam, atau tidak dapat diperbarui," jelasnya.
Ia mencontohkan, bahwa di Gurun Barat, Mesir terdapat reservoir (penyimpanan air) Batu Pasir Nubia yang terletak di oasis. Namun, reservoir tersebut tidak dapat diperbarui.
Sementara air zamzam adalah air yang dapat diperbarui. Sumber airnya berasal dari hujan yang terjadi di Makkah.
"Makkah adalah daerah pegunungan sehingga salah satu lembahnya berisi lembah Ibrahim yang menampung sumur zamzam di daerah dataran rendah," ungkap Sharaqi.
Dia menjelaskan bahwa terdapat endapan sungai sepanjang 14 meter yang disebabkan oleh air hujan di pegunungan yang jatuh ke dataran rendah dan berubah menjadi sedimen. Proses ini memakan waktu jutaan tahun untuk menciptakan sumur zamzam sepanjang 14 meter.
Di bagian paling bawah terdapat bebatuan yang berkumpul, sehingga menyebabkan sumur ini memiliki kedalaman total 35 meter, dengan 14 meter berupa sedimen dan 21 meter di dalam bebatuan.
"Dengan adanya proses hujan dan penyimpanan, air akan diperbarui," ujarnya.
Mengingat kondisi iklim yang stabil dan tidak berubah di wilayah Arab Saudi, sumur ini menjadi terus memiliki 'penampungan' air, sehingga dapat terus berfungsi sebagaimana mestinya.
Di sisi lain, faktor pemeliharaan juga menjadi pendukung. Wilayah sekitar sumur air zamzam ditutup dan terus dijaga airnya.
Sejak dibangun pemompaan untuk mengakses reservoir dan mengalirkan ke keran-keran, pihak berwenang memastikan air zamzam terjaga sehingga aman untuk terus diminum.
Lembaga berwenang juga terus melakukan uji sampel ajak untuk mengecek kemurnian mikrobiologis dan kimia yang ada di dalam air zamzam.
Menurut tinjauan studi yang terbit di PubMed Central oleh Hany Salah Mahmoud, dan kawan-kawan, air zamzam kaya akan mineral. Selain itu, khasiat kesehatannya stabil dan tidak berubah seiring waktu.
Ada empat ion logam esensial dalam jumlah besar yang ada dalam air zamzam, yakni natrium, kalium, magnesium, dan kalsium.
Liputan Kabar Haji 2025 detikcom didukung oleh Telkomsel.
(faz/pal)