Hari Buku Nasional kembali diperingati pada Sabtu, 17 Mei 2025. Peringatan ini juga bertepatan dengan tanggal berdirinya Perpustakaan Nasional pada 17 Mei 1980.
Hari Buku Nasional sendiri dicetuskan oleh mantan Menteri Pendidikan, Abdul Malik Fadjar pada 2002. Dikutip dari laman Ditjen SMP Kemendikdasmen, Hari Buku Nasional merupakan upaya pemerintah dalam membangkitkan semangat literasi di seluruh lapisan masyarakat, terutama di kalangan pelajar dan remaja. Masa remaja dinilai merupakan waktu bagi imajinasi dan pengetahuan anak berkembang pesat.
Menyambut Hari Buku Nasional, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi membagikan tiga rekomendasi buku yang wajib dibaca generasi muda. Apa saja? Simak berikut ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
3 Rekomendasi Buku dari Hasan Nasbi
1. Dari Penjara ke Penjara Karya Tan Malaka
"Tiga rekomendasi? Waduh susah ini," gurau Hasan saat ditanya detikEdu usai menghadiri Pembukaan Jakarta Model Congress 2025 di Auditorium Perpustakaan Nasional, Jakarta, Sabtu (17/5/2025).
"Pertama Dari Penjara ke Penjara," imbuhnya.
Tan Malaka adalah seorang penyair dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Meski berada di balik jeruji, Tan Malaka tetap berusaha membakar semangat perjuangan rakyat Indonesia.
Mengutip laman Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, buku Dari Penjara ke Penjara ditulis dalam dua jilid terpisah. Jilid pertama menceritakan tentang pergulatan Tan Malaka di penjara Hindia-Belanda dan Filipina. Kemudian, jilid kedua menuturkan perjalanannya dari Shanghai, Hong Kong, hingga kembali ke Tanah Air.
Dalam buku Dari Penjara ke Penjara, kedua jilid dirangkum menjadi satu. Buku tersebut dituliskan pada tahun 1948 dan masih dibaca oleh rakyat Indonesia dari generasi ke generasi.
2. Perjuangan Kita Karya Sutan Sjahrir
Buku kedua yang direkomendasikan Hasan Nasbi adalah Perjuangan Kita karya Sutan Sjahrir. Sutan Sjahrir adalah politikus ulung yang menjabat sebagai Perdana Menteri pertama Indonesia.
Di dalam Perjuangan Kita, Sjahrir membahas keadaan, kritik, program pembangunan, serta langkah perjuangan nasional selanjutnya. Buku ini menyajikan secara ringkas tentang persoalan yang dihadapi Indonesia pada waktu itu dan merupakan program untuk menghadapi Belanda.
Mengutip laman Perpustakaan NasDem, isi dari Perjuangan Kita termasuk uraian tentang kepahitan hidup rakyat Indonesia di zaman pendudukan Jepang, termasuk adanya kerja paksa, penyerahan hasil pertanian, ketiadaan hukum, korupsi dan kekejaman.
3. Capita Selecta Karya Mohammad Natsir
Sosok Mohammad Natsir dikenal sebagai seorang penulis dan juga negarawan. Semboyan NKRI Harga Mati dicetuskannya pada Mei 1950, yang kemudian disebut oleh Bung Hatta sebagai 'proklamasi kedua' setelah 17 Agustus 1945.
Dirangkum dari arsip detik.com, sosok Natsir tak lepas dari mahakarya tulisannya yang berjudul Capita Selecta. Buah pikiran Natsir itu pernah dimuat di Panji Islam, Pembela Islam, Al-Manar Medan, Hikmah, Menara Islam, Panji Masyarakat, Pedoman, dan lain-lain.
Selanjutnya, tulisan-tulisan itu dikumpulkan oleh sahabatnya sesama tokoh intelektual Masyumi, DP Sati Alimin, dan dikategorikan sesuai tema agama, filsafat, dan budaya. Bukunya pun perdana dirilis oleh penerbit Van Hoeve Bandung pada 1954, yakni Capita Selecta jilid pertama dan kedua.
Itulah tiga rekomendasi buku dari Hasan Nasbi. Selamat merayakan Hari Buku Nasional!
(nir/twu)