Ibu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti wanita yang telah melahirkan seseorang, kata sapaan untuk wanita yang sudah bersuami, ataupun orang tua perempuan. Menurut artinya, kata ibu memang lebih cocok ditujukan untuk manusia.
Tetapi ternyata di dunia hewan juga ada spesies yang memiliki naluri keibuan. Memang pada hewan, seringkali bukan kata ibu yang digunakan, tetapi induk.
Beberapa spesies induk hewan, menunjukkan keterampilan mengasuh anak yang luar biasa. Dikutip dari Mental Floss, berikut 7 di antaranya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 12 Hewan yang Mempunyai Kemampuan Berhitung |
7 'Ibu' Hebat di Dunia Hewan
1. Orangutan
Induk orangutan memiliki naluri keibuan yang menonjol dibandingkan hewan lainnya. Karena mereka memiliki dua elemen pengasuhan yang tidak bisa ditiru spesies lain.
Pertama, mereka mampu membangun sarang baru atau pindah ke sarang lama setiap malam. Kedua, bayi orangutan bisa bergantung pada ibunya selama bertahun-tahun.
Disebutkan anak orangutan memiliki periode ketergantungan terlama kepada induk mereka dari semua hewan darat. Mereka akan tinggal bersama ibu hingga usia tujuh tahun.
Seluruh anak orangutan akan diajari keterampilan mencari makanan dan membangun sarang. Tetapi anak orangutan betina mendapat pengajaran tambahan.
Pengajaran tambahan itu adalah cara mengasuh anak sendiri. Karena tambahan ini, anak orangutan betina hidup lebih lama dengan induk mereka dibandingkan anak orangutan jantan.
2. Penguin Kaisar
Baik induk maupun ayah penguin kaisar, keduanya bekerja keras untuk membesarkan anak-anak mereka. Setelah bertelur, induk penguin kaisar menitipkannya ke pasangan mereka.
Para ayah ini akan mengerami telur di bawah kaki mereka selama sembilan minggu hingga menetas. Sedangkan para ibu berburu mencari makanan.
Beberapa induk penguin kaisar bisa tidak kembali dari perburuan mencari makanan. Hal ini bisa disebabkan karena berbagai faktor, termasuk kemungkinan mereka mati saat proses berburu.
Anak penguin yang telah menetas nantinya akan tinggal dalam kelompok penguin yang disebut dengan creche. Setelah mereka berusia lima bulan, para bayi penguin ini dinilai sudah siap untuk hidup sendiri.
3. Cheetah
Cheetah biasanya memiliki tiga anak di alam liar dan delapan jika hidup di penangkaran. Setelah melahirkan, induk cheetah sering memindahkan dan menjaga anaknya agar tetap aman.
Para bayi cheetah ini akan ditinggal induknya untuk berburu mencari makanan. Ketika ditinggal inilah tingkat kematian anak cheetah tinggi, sehingga mereka harus dipindahkan.
Setelah anak cheetah mencapai usia delapan minggu, mereka akan mampu mengikuti induknya sendiri. Di waktu inilah mereka akan pindah ke tempat baru setiap hari.
Induk cheetah tidak meninggalkan anak-anaknya sampai berusia sekitar 18 bulan. Pada masa-masa ini, mereka akan diajari cara berburu hingga mahir dan mampu menghidupi dirinya sendiri.
4. Gajah
Induk gajah mengandung dalam jangka waktu yang cukup lama, yakni 22 bulan lalu melahirkan bayi raksasa. Ketika lahir, bayi gajah tidak dapat melihat dengan baik.
Sehingga mereka akan sangat bergantung pada induknya. Mereka selalu dekat dengan ibunya selama beberapa bulan pertama kehidupan.
Diketahui gajah menganut sistem sosial matriarki, di mana hampir setiap betina ikut serta dalam membesarkan anak-anaknya. Bayi gajah bergantung pada induknya untuk mendapatkan dukungan dan nutrisi hingga umur dua tahun.
Dalam jangka waktu ini, gajah juga akan diajarkan untuk mencari makan, mengambil air, dan melindungi diri sendiri. Setelah dua tahun pada dasarnya mereka bisa mandiri, tetapi ada yang terus bergantung pada induknya selama bertahun-tahun.
5. Gurita
Kecil kemungkinan bila manusia bisa menemukan sarang telur gurita. Alasanya karena gurita hanya bereproduksi sekali seumur hidup mereka.
Sekali bereproduksi, gurita mampu menghasilkan 200 ribu butir telur. Induk gurita kemudian akan melindungi semua telur ini selama waktu yang diperlukan.
Ilmuwan menemukan bahwa gurita mampu melindungi telurnya paling lama hingga 53 bulan. Selama waktu ini, induk gurita tidak makan dan hanya memastikan telurnya mendapat pasokan air dengan oksigen terus-menerus. Ketika telur menetas, induk gurita akan mati.
6. Koala
Koala memakan daun eukaliptus karena saluran pencernaan mereka dipenuhi mikroba khusus yang dapat memproses daun tersebut. Tetapi mereka tidak terlahir dengan mikroba tersebut.
Karena keadaan ini, ibu koala berusaha membangun toleransi agar anak-anaknya terbiasa ketika besar. Caranya dengan memberi makan mereka kotoran.
Bukan sembarang kotoran, tetapi kotoran dari ibu koala yang belum terbentuk. Hal ini disebut dengan "pap".
Ilmuwan yang pertama kali mengamati perilaku tersebut menemukan seekor bayi koala memakan "lendir berwarna hijau kekuningan". Para bayi dengan semangat memakan zat tersebut dari rektum (bagian tubuh sebelum anus) ibunya.
Beberapa ilmuwan percaya bahwa proses inilah yang membuat mikroba khusus hidup di tubuh koala. Tetapi beberapa lainnya berpendapat proses ini merupakan upaya induk dalam memberikan protein tambahan untuk anak koala yang sedang disapih.
Seperti yang diketahui, koala merupakan hewan berkantung. Setelah lahir, mereka menyelesaikan masa perkembangan di kantung induknya. Ketika waktu disapih tiba, barulah mereka akan memakan kotoran induknya.
7. Buaya
Buaya mungkin tidak terlihat menggemaskan, tetapi induk buaya punya berusaha maksimal untuk anak-anaknya. Mereka akan bekerja keras dengan membangun sarang dari tumbuhan busuk yang bisa memanas sendiri.
Meski tetap berburu dan berkeliaran, induk buaya juga menjaga sarang tersebut dengan perhatian maksimal.
Suhu di sarang buaya diketahui bisa menentukan jenis kelamin bayi. Sarang yang menghangat dengan suhu antara 32-33 derajat celcius biasanya menghasilkan buaya jantan.
Sedangkan sarang dengan suhu di luar kisaran tersebut cenderung menghasilkan buaya betina. Bila sarang memiliki suhu lebih tinggi, telur buaya kemungkinan akan mati.
Setelah anak-anaknya menetas, induk buaya akan menggendong di mulut raksasa mereka dengan lembut. Anak-anak ini akan dibawa ke air untuk diberi pelajaran tentang segala hal selama setahun penuh.
(det/nwk)