BMKG Prediksi Puncak Cuaca Ekstrem di Jabodetabek Terjadi pada 15 Desember

ADVERTISEMENT

BMKG Prediksi Puncak Cuaca Ekstrem di Jabodetabek Terjadi pada 15 Desember

Cicin Yulianti - detikEdu
Rabu, 11 Des 2024 19:00 WIB
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. (Dok. BMKG)
Foto: Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. (Dok. BMKG)
Jakarta -

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan statu potensi cuaca ekstrem bisa terjadi hingga 15 Desember 2024. Peringatan ini berlaku di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).

"Peringatan dini berlanjut hingga 15 Desember. Menjelang tanggal 15 Desember itu curah hujan akan meningkat secara bertahap," ungkap Dwikorita dilansir dari Antara, Rabu (11/12/2024).

Sebelumnya, cuaca ekstrem di Jabodetabek diprediksi terjadi pada 7-8 Desember 2024. Namun, nyatanya curah hujan di Jabodetabek masih tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Puncak Terjadi pada 15 Desember 2024

Dwikorita pun menyebutkan puncak cuaca ekstrem ini akan terjadi pada 15 Desember 2024. Curah hujan diperkirakan bisa mencapai 100 mm per hari.

"Kemudian puncaknya sekitar tanggal 15 Desember yang bisa mencapai 100 mm per hari, sehingga perlu diwaspadai," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Adapun penyebab dari cuaca ekstrem yang terjadi baru-baru ini dikarenakan oleh tiga faktor seperti bibit siklon 91S. Bibit tersebut terdeteksi di wilayah Samudera Hindia barat daya Lampung.

Hujan dengan curah tinggi juga dipengaruhi oleh efek La Nina. Juga sekaligus Median-Julian Oscillation (MJO).

MJO adalah gerombolan awan yang bergerak dari Samudera Hindia barat Indonesia. Awan inilah yang memicu cuaca ekstrem.

Upaya Mitigasi Bencana BMKG-BNPB

Dwikorita mengatakan BMKG bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan modifikasi cuaca. Pengurangan curah hujan sudah dilakukan hingga 30 persen.

"Jadi, kombinasi seperti itu. BMKG bersama BNPB akan terus berupaya dengan modifikasi cuaca," ujar Dwikorita.

Dwikorita masyarakat untuk tidak khawatir dengan upaya modifikasi cuaca tersebut. Tujuannya adalah untuk mengurangi potensi bencana di Jabodetabek seperti banjir.

"Sesungguhnya yang dimodifikasi itu adalah awan-awan yang masih di laut yang belum sempat masuk ke daratan," kata dia.

Selain itu, Dwikorita mengingatkan masyarakat untuk aktif memantau kabar di media sosial. Guna mengetahui potensi bencana yang bisa terjadi dekat-dekat ini.

"Perkembangannya ini perlu selalu dipantau guna keselamatan kita bersama," pungkasnya.




(cyu/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads