BMKG Prediksi 12 Juli Curah Hujan Naik, Cuaca Jabodetabek Dimodifikasi Bareng BNPB

ADVERTISEMENT

BMKG Prediksi 12 Juli Curah Hujan Naik, Cuaca Jabodetabek Dimodifikasi Bareng BNPB

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikEdu
Jumat, 11 Jul 2025 07:00 WIB
Pemerintah menggelar operasi modifikasi cuaca lanjutan pada 11-20 Maret 2025. Tiga pesawat dikerahkan untuk mengurangi intensitas hujan di Jakarta dan Jabar. (dok BNPB)
Ilustrasi operasi modifikasi cuaca (dok BNPB)
Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi curah hujan akan meningkat kembali pada 12 Juli 2025. Modifikasi cuaca bareng Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pun dilakukan.

Dalam rilis BMKG pada Kamis (10/7/2025), dikutip Jumat (11/7/2025), mulai 12 Juli 2025 diprediksi akan terjadi peningkatan kembali potensi hujan, setelah tren penurunan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.

Upaya untuk mengurangi intensitas hujan ringan hingga lebat yang berdampak pada kehidupan masyarakat di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), maka dilakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) dari Pos Komando OMC di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

OMC sudah dilakukan 24 jam nonstop sejak 7 Juli 2025. Hingga 10 Juli 2025, telah dilakukan 18 sorti penerbangan oleh dua operator, yaitu PT Alkonost dan PT Makson. Operasi tersebut berhasil menyemai 12,4 ton Natrium Klorida (NaCl) dan 3,6 ton Kalsium Oksida (CaO) ke dalam sistem awan yang berpotensi memicu hujan ekstrem.

Adapun pelaksanaan operasi sempat terkendala oleh cuaca buruk di sekitar bandara pada hari pertama, namun dapat segera diatasi melalui penambahan armada pesawat oleh BNPB. Sejak tanggal 8 Juli, operasi berjalan optimal dan mulai menunjukkan penurunan intensitas hujan di beberapa wilayah target, khususnya Jabodetabek.

"Modifikasi cuaca adalah upaya ilmiah berbasis data untuk meredam dampak cuaca ekstrem. Ini bukan lagi kegiatan eksperimental, tetapi bagian dari strategi nasional mitigasi bencana," ujar Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto.

Pelaksanaan OMC dilakukan berdasarkan pemodelan cuaca numerik dan prediksi atmosfer real-time yang diperbarui secara berkala oleh BMKG. Evaluasi harian dilakukan untuk menentukan efektivitas operasi, serta untuk memberikan masukan teknis kepada BNPB dalam merumuskan kebutuhan lanjutan.

BMKG menekankan pentingnya pemahaman karakteristik wilayah dalam mengantisipasi dampak hujan. Di daerah dengan sistem drainase dan resapan baik, hujan dengan intensitas tinggi dapat tertangani. Namun di wilayah urban seperti Jabodetabek, intensitas serupa dapat memicu banjir dalam waktu singkat.

Ditambahkan Direktur Operasi Modifikasi Cuaca BMKG Budi Harsoyo, pertumbuhan awan konvektif masih aktif terjadi, terutama pada sore hari, akibat kondisi atmosfer yang basah dan penguapan yang tinggi. Tim terus memantau secara visual maupun dengan radar pergerakan awan-awan tersebut, khususnya di wilayah utara Jawa seperti Jakarta, Karawang, dan Bekasi.

"Jika awan-awan berpotensi hujan terbentuk di atas laut dan terdeteksi bergerak ke daratan, penyemaian akan dilakukan di laut terlebih dahulu agar hujan turun sebelum mencapai wilayah padat penduduk," ujarnya.

Sementara Direktur Dukungan Sumber Daya Darurat BNPB Agus Riyanto menambahkan BNPB mendukung proses OMC dengan menanggung semua pendanaan operasional, memberikan dukungan dua unit pesawat penyemai awan oleh kru yang bertugas.


(nwk/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads