Puncak Musim Hujan Bakal Terjadi Januari-Februari 2025, Ini Imbauan BMKG

ADVERTISEMENT

Puncak Musim Hujan Bakal Terjadi Januari-Februari 2025, Ini Imbauan BMKG

Cicin Yulianti - detikEdu
Selasa, 19 Nov 2024 11:00 WIB
Ilustrasi hujan
Ilustrasi musim hujan. Foto: Getty Images/iiievgeniy
Jakarta -

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita membeberkan proyeksi iklim November, Desember dan tahun 2025. Ia menyebut Januari dan Februari 2025 akan menjadi puncak musim hujan.

"Fenomena la nina yang lemah diperkirakan akan berlanjut hingga awal tahun 2025, menyebabkan suhu perairan Indonesia lebih hangat dari rata-rata, yang pada gilirannya meningkatkan pembentukan awan hujan," ujarnya pada laman resmi BMKG, dilansir Selasa (19/11/2024).

Proyeksi BMKG mengidentifikasi bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan tinggi pada 2025. Hal tersebut disebabkan penyimpangan suhu muka laut di Samudra Pasifik, Samudra Hindia, dan perairan Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, penyimpangan suhu tersebut berkaitan juga dengan fenomena la nina. Fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) pun disebut turut memengaruhi distribusi hujan.

Wilayah yang Berpotensi Alami Curah Hujan Tinggi

Berdasarkan data BMKG, sebanyak 67% wilayah di Indonesia berpotensi alami curah hujan tinggi lebih dari 2.500 mm per tahun. Bahkan, beberapa diprediksi mencapai 5.000 mm per tahun.

ADVERTISEMENT

Wilayah-wilayah yang diprediksi akan mengalami curah hujan tinggi yakni Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Sementara 15% wilayah lain diperkirakan alami curah hujan di atas normal dan hanya 1% wilayah yang alami curah hujan rendah seperti Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur.

"Jadi ringkasannya adalah akhir tahun 2024 mulai dari bulan November hingga Desember diprediksi dan saat ini memang sudah terjadi la nina lemah yang bersamaan dengan masuknya musim hujan," kata Dwikorita.

Imbauan BMKG Hadapi Ancaman Bencana Hidrometeorologi

Di samping itu, Dwikorita juga mengimbau masyarakat untuk terus waspada. Pasalnya situasi iklim beberapa bulan ke depan akan meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi.

Potensi bencana pun ikut dipengaruhi oleh iklim global dan regional yang terjadi sepanjang tahun. Akibatnya, potensi bencana yang bisa terjadi berupa banjir, tanah longsor hingga angin kencang.

"Wilayah-wilayah yang rawan banjir dan longsor harus tetap waspada, terutama daerah yang berada di lereng gunung api. Hujan dengan intensitas sedang pun dapat menyebabkan banjir lahar yang berpotensi merusak," imbaunya.

Dwikorita mengajak pemerintah daerah, masyarakat dan pihak lain untuk terus memantau informasi cuaca dalam mengambil langkah mitigasi bencana. Dengan mengetahui data, menurutnya potensi dampak bencana bisa dikurangi.

Begitu juga diimbau oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto. Ia mengajak masyarakat untuk mencermati potensi bencana yang terjadi di sekitar daerahnya masing-masing.

"Saya kira ini semua bisa memperkecil dampak ketika bencana itu hadir. Terakhir, Bapak-Ibu sekalian kami mohon tadi sudah jelas prediksi dari BMKG, mohon masing-masing daerah segera dikuasai betul potensi bencana di setiap titik-titik. Berdasarkan sejarah bencana yang lalu, biasanya banjir itu juga terjadinya di titik-titik itu, sebelum ada perbaikan rehabilitasi rekonstruksi," ujarnya.




(cyu/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads