Ketersediaan Air Masuk Program Prioritas Prabowo, BRIN Ungkap Potensi di Karst

ADVERTISEMENT

Ketersediaan Air Masuk Program Prioritas Prabowo, BRIN Ungkap Potensi di Karst

Trisna Wulandari - detikEdu
Jumat, 15 Nov 2024 16:00 WIB
Penulusur gua dari Save+Rescue menunjukkan sumber air bersih di Gua Plelean, Tepus, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Senin (23/10/2023). Potensi sumber air bersih di sejumlah gua dan sungai bawah tanah yang tersebar di kawasan pegunungan karst Gunungkidul tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kekurangan air bersih saat musim kemarau oleh warga sekitar jika di kelola dengan baik. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/rwa.
Foto: Antara Foto/Hendra Nurdiyansyah
Jakarta -

Swasembada air, pangan, dan energi menjadi salah satu prioritas utama Pemerintahan RI 2025-2029. Deputi Riset dan Inovasi Daerah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Yopi mengatakan sumber air di kawasan karst dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah ketersediaan air saat ini.

Berdasarkan data Buku Kinerja BUMD Air Minum 2023, Yopi menjelaskan keterbatasan akses terhadap air bersih masih jadi masalah RI. Di sebagian besar daerah, persentase keterlayanan kebutuhan air hanya menjangkau kurang dari 50 persen penduduk. Provinsi Maluku Utara yang tercatat dengan persentase tinggi hanya menjangkau 57 persen penduduk.

"Untuk mengatasi masalah ini, salah satu alternatif yang dipertimbangkan adalah pemanfaatan sumber air yang terdapat di kawasan karst," kata Yopi, dikutip dari laman BRIN, Jumat (15/11/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Potensi Air di Karst

Yopi menjelaskan, kawasan karst memiliki formasi geologi khusus berupa batuan kapur. Formasi ini menyimpan air di bawah permukaan tanah. Karena itu, karst diperkirakan memiliki ketersediaan air melimpah dengan kualitas yang baik, kendati air permukaannya sulit ditemukan warga.

Potensi karst RI meliputi wilayah seluas 55.000 kmΒ². Kawasan karst terbesar di Indonesia terletak di wilayah Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan luas hingga 28.000 kmΒ².

ADVERTISEMENT

Tantangan Air di Karst & Opsi Solusi

Yopi berharap semua pemangku kepentingan dapat berbagi pengetahuan dan menemukan solusi bersama untuk mengelola potensi air bersih di wilayah masing-masing. Khususnya dengan menggunakan inovasi dan teknologi pemanfaatan air bawah tanah di karst. Dengan begitu, kualitas dan kuantitas pasokan air bersih di wilayah yang kekurangan bisa meningkat.

Sementara itu peneliti Ahli Utama Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air Bersih BRIN Ignasius Dwi Atmana Sutapa menjelaskan, tantangan bagi warga wilayah karst selama ini yakni sulit menemukan air permukaan. Sebab, sebagian besar air meresap ke dalam tanah.

"Wilayah Karst tampak kering di permukaannya, padahal kawasan ini sebenarnya menyimpan cadangan air tanah yang cukup besar. Hal ini sebagai tantangan utama di wilayah karst agar kita dapat mengakses dan memanfaatkan cadangan air tanah tersebut secara optimal," katanya.

Merespons masalah ini, Ignasius menilai metode sederhana seperti slow sand filter, teknologi canggih seperti membran, serta smart drinking water treatment yang sudah ada bisa digunakan. Pengembangan teknologi ini menurutnya harus disesuaikan dengan kualitas air baku setempat, volume, kesinambungannya, dan kondisi setempat lainnya.

Inovasi dan teknologi menjadi penting agar air baku dapat menjadi air minum layak konsumsi.

"Kualitas air di berbagai wilayah karst seperti di Gunungkidul sering kali terkontaminasi dengan kandungan kapur tinggi. Maka teknologi modern memungkinkan pengolahan air yang lebih efisien dan efektif," jelasnya.

Ia menggarisbawahi, proses pengolahan air juga butuh energi. Untuk itu, teknologi energi terbarukan seperti panel surya dan turbin mikrohidro juga sedang diuji untuk mengatasi tantangan energi agar biayanya efisien dan ramah lingkungan.

Ignasius mencontohkan, teknologi pemanfaatan arus sungai bawah tanah dan sumber daya alam lainnya bisa mendukung penyediaan air bersih yang berkelanjutan. Solusi ini khususnya menjadi penting untuk diterapkan wilayah-wilayah terpencil dan sulit diakses.

Pemerintah Perlu Penuhi Hak Warga

Ignasius menyorot keterbatasan akses, kualitas, dan kesinambungan air bersih bagi warga di Indonesia yang notabene memiliki potensi sumber daya air melimpah. Lebih dari 70 persen warga Indonesia masih mengandalkan air yang diusahakan sendiri, seperti sumur gali, sumur bor, sampai air hujan.

Sementara itu, hanya 20-30 persen warga Indonesia yang dapat mengakses air melalui jalur pipa seperti PDAM atau PAMSIMAS.

Ignasius menekankan, kebijakan pemerintah untuk warga marginal di wilayah karst, gambut, dan pesisir juga penting di samping teknologi. Sesuai dengan prinsip No One Left Behind dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), air bersih adalah hak dasar setiap warga negara yang harus dipenuhi negara.

"Sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, Indonesia harus memastikan air bersih menjadi hak yang dapat dinikmati semua warganya," ucapnya.

Ia mengatakan, solusi teknologi pengolahan air yang tepat, dukungan kebijakan, dan komitmen pemerintah penting untuk memastikan semua warga bisa mengakses air bersih yang layak. Dengan begitu, kolaborasi ini perlu melibatkan pemerintah, peneliti, pihak swasta, dan masyarakat.




(twu/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads