Peneliti mengembangkan hidrogel yang membantu membuat air laut jadi air minum dengan sinar Matahari. Hidrogel TherGel ini diharapkan membantu manusia mencukupi kebutuhan air tawar layak konsumsi sehari-hari di tengah kekeringan.
Berdasarkan catatan PBB, 55 juta orang terdampak kekeringan tiap tahun. Menurunnya curah hujan dan memburuknya perubahan iklim berpotensi merusak lingkungan, sosial, maupun ekonomi manusia secara global. Kondisi ini berisiko membahayakan 3 dari 4 orang di dunia pada 2050.
Peneliti melaporkan, hidrogel TherGel mencapai tingkat penguapan sekitar 3,5-4,5 kg/meter persegi per jam. Ini artinya, hidrogel tersebut dapat menghasilkan sekitar 80-100 kg/meter persegi air bersih dalam 24 jam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengubah Air Laut Jadi Air Minum
![]() |
Tim peneliti dari Innovation in Materials and Molecular Engineering - Biomaterials for Regenerative Therapies (IMEM-BRT) dan dosen-dosen Barcelona East School of Engineering, Universitat Politècnica de Catalunya - Barcelona Tech (UPC) pun mengembangkan teknologi purifikasi dan desalinasi air laut bernama hidrogel penyerap sinar Matahari.
Sejumlah bahan alami dan sumber daya alam seperti radiasi sinar Matahari digunakan dalam proyek TherGel ini. Peneliti juga menggunakan bahan polimer hidrogel yang bersifat konduktif termosensitif, yakni mampu menyerap air dalam jumlah besar sesuai suhu paparannya.
Peneliti Joan Torres mengatakan, saat air diserap oleh hidrogel, air naik ke permukaan dan menguap akibat radiasi Matahari. Nanopartikel polimer konduktif pada hidrogel memberikan warna hitam yang lebih gelap sehingga menyerap lebih banyak radiasi Matahari dan mendukung penguapan air internal.
Saat keluar dari hidrogel, air laut tidak lagi mengandung garam dan kontaminan jika dipanaskan lebih dari 32 derajat Celsius. Polimer konduktif dalam hidrogel menyerap panas dari cahaya dan meningkatkan kapasitas ekspulsi air sehingga menghasilkan air minum. Hasil studi ini dipublikasi di Advanced Functional Materials.
Bantu Warga tanpa Listrik
Salah satu pemimpin penelitian, Elaine Armelin mengatakan, hidrogel ini bisa digunakan dalam sistem penyaringan air, seperti membran filtrasi dan sistem deionisasi kapasitif untuk air asin.
"Tujuannya untuk mengembangkan prototipe pemurnian air yang dapat digunakan langsung di rumah tanpa perlu sumber listrik atau peralatan bertekanan. Sebab, bahan ini hanya menggunakan energi Matahari untuk regenerasi air garam dan produksi air minum," jelasnya.
Bantu Kerja Implan dalam Tubuh
Peneliti mendapati hidrogel thermosensitif yang diterapkan ke dalam implan medis bisa membantu menahan cairan dan responsif pada perubahan suhu. Implan sintetik permanen (surgical mesh) biasanya terbuat dari plastik (polipropilen) yang tidak dapat menyerap cairan.
Hidrogel dapat bantu implan permanen pada hernia perut serta sebagai spons untuk mengeringkan saluran abnormal antarorgan (fistula) setelah prosedur bedah dan pembalutan luka. Hidrogel dalam implan permanen menurut peneliti dapat bantu adaptasi implan beradaptasi pada jaringan yang sudah ada.
"Selama implantasi, hidrogel mampu membuka sendiri untuk beradaptasi dengan suhu tubuh manusia. Setelah ditanamkan, hidrogel dapat memberikan informasi tentang perubahan suhu yang disebabkan oleh potensi infeksi lokal. Berkat hidrogel ini, implan tersebut dapat beradaptasi dengan lebih baik pada organ, baik dalam hal fleksibilitas maupun biokompatibilitas," kata peneliti IMEM-BRT, Sonia Lanzalaco.
Proyek inovasi-inovasi teknologi TherGel ini selama tiga tahun dibiayai oleh Badan Penelitian Negara Spanyol (AEI) dengan anggaran 138.545 Euro atau sekitar Rp 22,3 miliar.
(twu/nwy)