Benarkah Gunung Everest Tumbuh dan Tambah Tinggi? Peneliti Pecahkan Misterinya

ADVERTISEMENT

Benarkah Gunung Everest Tumbuh dan Tambah Tinggi? Peneliti Pecahkan Misterinya

Trisna Wul - detikEdu
Kamis, 24 Okt 2024 21:00 WIB
Gunung Everest, puncak tertinggi di dunia, terus bertumbuh tinggi. Fenomena ini dipengaruhi oleh peristiwa alam yang dikenal sebagai pembajakan sungai.
Gunung Everest disebut tumbuh dan tambah tinggi. Begini faktanya menurut studi terbaru.F oto: AP Photo/Tashi Sherpa
Jakarta -

Bukan rahasia bahwa Gunung Everest adalah gunung tertinggi di Pegunungan Himalaya, bahkan di dunia. Gunung ini disebut-sebut tambah tinggi, tapi selama ini belum terungkap semua faktor penyebabnya.

Dalam sebuah artikel ilmiah di jurnal Nature Geoscience baru-baru ini, tim ilmuwan asal China dan Inggris mengungkapkan bahwa pertumbuhan Everest tidak normal. Simak penyebabnya di bawah ini.

Gunung Everest Tumbuh?

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gunung Everest memang tumbuh dan tambah tinggi. Namun, mekanismenya bukan seperti anak-anak menjadi dewasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Faktor Sungai

Para peneliti mendapati bahwa Sungai Arun, yang mengalir melalui Himalaya, berperan penting dalam fenomena tumbuhnya Gunung Everest. Perubahan sungai selama 90.000 tahun terakhir mengikis batuan yang menekan Gunung Everest sehingga gunung tersebut terangkat sekitar 15-50 meter.

Gunung Everest pun mencapai ketinggian 8.849 meter di atas permukaan laut, atau sekitar 250 meter lebih tinggi dibandingkan puncak-puncak gunung lainnya di Himalaya. Gunung ini diperkirakan dapat tumbuh sekitar 2 mm setiap tahun, dua kali lipat pertumbuhan rata-rata dalam jangka panjang.

ADVERTISEMENT

Faktor Tektonik

Peneliti juga mengakui bahwa penyebab mendasar puncak Gunung Everest tambah tinggi karena proses tektonik yang menciptakan gunung.

Mereka menjelaskan, Dataran Tinggi Tibet pada dasarnya merupakan lapisan tanah tebal yang terletak di pertemuan dua lempeng besar, lempeng Eurasia di utara dan lempeng India di selatan.

Dataran tinggi ini perlahan-lahan bergerak ke selatan karena tarikan gravitasi. Aktivitasi ini mendorong terbentuknya Pegunungan Himalaya dengan rupa besar dan tinggi yang unik.

Megathrust dan Dataran Tinggi Tibet

Di dalam Dataran Tinggi Tibet, terdapat unsur yang mirip dengan lava panas. Sedangkan lapisan tanah yang lebih dingin menunjukkan tanda-tanda patahan dan gempa bumi akibat pergerakan lempeng India ke Utara. Para ahli geologi bahkan menyebut sifat tanah ini mirip crème brûlée dan roti lapis jeli.

Ketika lempeng India bertabrakan dengan lempeng Eurasia, terjadi sebuah fenomena yang disebut dengan "patahan Megathrust". Dalam proses ini, lempeng India perlahan-lahan jatuh di bawah lempeng Eurasia.

Proses ini tentunya tidak terjadi sekaligus, melainkan dalam serangkaian gempa bumi kecil. Jalur dari gempa inilah yang memengaruhi Gunung Everest jadi tambah tinggi.

Ketika gempa bumi terjadi, Gunung Everest terpicu menjadi lebih tinggi. Sebab, saat Megathrust pecah, gunung akan terangkat dan bergantung pada batuan penyangga di bawahnya.

Batas antara dataran Tibet dan India ditandai oleh patahan Megathrust yang raksasa. Beberapa bagian dari patahan ini belum pernah mengalami keretakan dalam waktu yang sangat lama, mungkin selama berabad-abad.

Besar kemungkinan, banyak tekanan yang terakumulasi di area tersebut. Ketika akhirnya terbentuk sebuah sebuah patahan, hasilnya bisa sangat merusak.

Namun, bagian dari Megathrust di bawah Everest tampaknya patah secara rutin, sekitar satu atau dua kali per tahun. Setiap kali patah, Gunung Everest berpotensi akan tumbuh sedikit lebih tinggi. Hal ini menjelaskan mengapa Everest mampu mempertahankan keunggulan tingginya dibandingkan puncak-puncak gunung lainnya.

Peneliti menyimpulkan, sebagian besar tinggi Gunung Everest disebabkan oleh pola gempa di sepanjang patahan Himalaya. Sungai di sisi lain turut mendukung tumbuhnya gunung.




(twu/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads