Lebah adalah hewan yang sangat sibuk. Serangga ini juga sangat cerdas. Mereka dapat berhitung, memecahkan teka-teki, dan bahkan menggunakan alat-alat sederhana.
Dalam suatu percobaan, lebah dilatih untuk terbang melewati tiga titik acuan yang sama jaraknya untuk mencapai hadiah manis yang ditempatkan sejauh 300 m. Ketika jumlah titik acuan kemudian dikurangi, lebah terbang lebih jauh. Ketika jumlah titik acuan ditingkatkan, lebah mendarat pada jarak yang lebih pendek.
Itu menunjukkan lebah menghitung titik acuan untuk membantu mereka memutuskan di mana harus mendarat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam penelitian lain, para ilmuwan menciptakan kotak teka-teki yang dapat dibuka dengan memutar tutupnya untuk mengakses larutan gula. Ketika tab merah didorong, tutupnya berputar searah jarum jam. Ketika tab biru didorong, tutupnya berputar ke arah lain.
Lebah tidak hanya dapat dilatih untuk memecahkan teka-teki, tetapi mereka juga dapat belajar memecahkan masalah sendiri, dengan melihat lebah lain menyelesaikannya.
Mengenai penggunaan suatu alat, lebah madu Asia diketahui mengumpulkan dan mengolesi kotoran hewan segar di sekitar pintu masuk sarang mereka, untuk mengusir lebah raksasa pemangsa. Cara ini dinilai sebagai penggunaan alat.
Para ilmuwan sebelumnya telah menunjukkan lebah dapat belajar menggunakan alat di laboratorium, tetapi penemuan pemanfaatan kotoran pada 2020 adalah pengamatan pertama penggunaan alat oleh lebah di alam liar.
Bukti-bukti Kecerdasan Lebah
Tarian Lebah
Lebah madu menggunakan semacam tarian goyang yang terkenal untuk mengarahkan teman-teman sarangnya ke bunga yang kaya nektar dan serbuk sari. Setelah berhasil mengintai, seekor lebah pekerja bergegas ke salah satu sarang lebah vertikal dan mulai membuat pola angka delapan.
Saat ia sampai di bagian lurus di bagian tengahnya, lebah tersebut akan menggetarkan perutnya dan mengepakkan sayapnya.
Durasi goyangan menunjukkan jarak ke bunga, dengan setiap detik menambah jarak 100m. Mengomunikasikan arah lebih rumit, tetapi dapat dilakukan oleh lebah dengan mengarahkan tubuhnya ke arah makanan, relatif terhadap Matahari.
Intensitas tarian menunjukkan kekayaan sumber makanan. Sementara lebah penari juga melepaskan campuran feromon yang tampaknya memacu teman-teman sarangnya untuk bertindak. Anggota koloni menonton tarian tersebut, mencicipi bau dengan antena mereka, lalu berangkat untuk mencari bunga.
Ada juga tarian lainnya, yakni tarian melingkar tanpa goyangan digunakan untuk menunjukkan lokasi bunga yang sangat dekat. Sementara tarian getar dilakukan oleh lebah madu pengumpul untuk merekrut anggota koloni guna mengumpulkan nektar dari para pekerja.
Bagaimana Lebah Bernavigasi?
Lebah sering kali menempuh jarak bermil-mil untuk mencari makan di hamparan bunga yang jauh, tetapi mampu menemukan jalan pulang dengan akurasi yang tidak pernah salah.
Semua itu, dengan otak yang lebih kecil dari biji wijen. Jadi, bagaimana mereka melakukannya?
Pertama, mereka menggunakan Matahari sebagai kompas. Mata lebah peka terhadap cahaya terpolarisasi, yang dapat menembus awan tebal.
Itu berarti bahwa bahkan pada hari berawan, lebah masih dapat melihat Matahari dan menggunakannya sebagai panduan. Posisi Matahari dikombinasikan dengan indikasi waktu dari jam internal hewan, yang memungkinkan lebah untuk melacak arah dan jarak.
Dikutip dari BBC Science Focus, lebah juga memantau seberapa banyak Matahari bergerak selama perjalanan, jadi ketika ia kembali ke koloni, ia dapat memberi tahu teman-teman sarangnya posisi makanan relatif terhadap posisi Matahari saat ini, daripada posisi makanan saat ia menemukan makanan tersebut.
Terakhir, lebah madu diketahui mampu merasakan medan magnet, melalui semacam struktur magnet di perutnya. Jadi, para peneliti berpikir bahwa lebah juga dapat menggunakan medan magnet Bumi untuk membantu mereka bernavigasi.
Bisakah Manusia Hidup Tanpa Lebah?
Hilangnya lebah akan menimbulkan ancaman serius bagi ketahanan pangan dan gizi global.
Satu dari tiga suapan makanan yang kita makan bergantung pada serangga penyerbuk, seperti lebah. Baik itu makanan pokok seperti kentang dan bawang, buah-buahan dari apel hingga semangka, atau bumbu, seperti kemangi dan ketumbar. Lebah membantu menyuburkan tanaman saat mereka memindahkan serbuk sari di antara keduanya.
Tanaman kopi dan kakao misalnya, keduanya bergantung pada lebah untuk penyerbukan, seperti halnya sekitar 80 persen bunga liar Eropa.
Lebah juga merupakan sumber makanan bagi banyak burung, mamalia, dan serangga. Jika kita kehilangan lebah, kita akan kehilangan peran mereka dalam ekosistem, yang akan berdampak pada banyak hewan dan tumbuhan lainnya.
Sayangnya jumlah lebah menurun secara global. Hilangnya habitat, metode pertanian intensif, polusi, penggunaan pestisida, penyakit, dan perubahan iklim adalah penyebabnya.
Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa hilangnya penyerbuk secara global telah menyebabkan sekitar 500.000 kematian dini manusia setiap tahunnya, karena berkurangnya pasokan makanan sehat.
(nah/nwk)