Riset: Kepercayaan Diri Akademik Kuat Jadi Kunci Sukses Anak dari Keluarga Miskin

ADVERTISEMENT

Riset: Kepercayaan Diri Akademik Kuat Jadi Kunci Sukses Anak dari Keluarga Miskin

Hani Muthmainnah - detikEdu
Minggu, 20 Okt 2024 08:00 WIB
Melihat ada kesenjangan antara si kaya dan si miskin, ibu kembar Sri Rossyati dan Sri Irianingsih mendirikan Sekolah Darurat Kartini gratis untuk anak-anak tidak mampu.
Ilustrasi pendidikan untuk anak dari keluarga tidak mampu Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Pendidikan sering dianggap sebagai kunci untuk memutus siklus kemiskinan, terutama bagi anak-anak yang berasal dari keluarga yang berpenghasilan rendah.

Sebuah penelitian terbaru dari Trinity College Dublin, Irlandia mengamati pentingnya memiliki akademis yang bagus dan keyakinan diri dalam mencapai keberhasilan di sekolah.

Riset ini dipimpin peneliti dari School of Psychology Trinity College Dublin, Jillian Sheehan dan dr. Kristin Hadfield guna menemukan faktor-faktor yang mendukung siswa berpenghasilan rendah dalam keberhasilan akademis, khususnya matematika.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penelitian ini memanfaatkan data dari 1.715 anak yang berpartisipasi dalam studi longitudinal Growing Up in Ireland dan dilakukan dalam tiga gelombang dalam mengumpulkan data.

Faktor yang Mendorong Keberhasilan Akademis

Berdasarkan studi tersebut, ditemukan bahwa kemiskinan memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap anak-anak dalam bidang akademis. Akibatnya banyak anak yang tertinggal dalam mendapatkan prestasi akademis, memiliki peluang yang lebih rendah, dan menerima nilai yang lebih buruk dalam ujian negara menurut para peneliti.

ADVERTISEMENT

Namun, penelitian terbaru mengungkapkan bahwa terlepas dari banyaknya tantangan tersebut, banyak anak yang hidup dalam kemiskinan justru berprestasi. Studi yang diterbitkan dalam British Journal of Developmental Psychology itu membeberkan faktor-faktor pendorong keberhasilan mereka:

1. Keyakinan Diri yang Kuat

Remaja dari keluarga berpenghasilan rendah yang memiliki keyakinan diri kuat memiliki kinerja matematika yang lebih baik.

2. Tingkat Konflik Orang Tua Lebih Rendah

Anak yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah lebih sedikit konflik orang tua dan anak. Sebaliknya, harapan orang tua akan pendidikan jauh lebih tinggi.

3. Rajin Hadir Ke Sekolah

Anak-anak yang bersekolah di sekolah yang tidak termasuk dalam program DIES (Delivering Equality of Opportunity in Schools), cenderung menunjukkan kinerja yang lebih baik dalam mata pelajaran matematika. Artinya, sekolah-sekolah di luar program ini memiliki fasilitas, pengajaran, atau lingkungan belajar yang lebih baik.

Dr Kristin Hadfield, menjelaskan, "Keberhasilan di sekolah dapat menjadi jalan utama bagi kaum muda untuk memutus siklus ketertinggalan. Dengan memahami faktor-faktor yang membangun ketahanan akademis, kita dapat mengembangkan intervensi yang tepat untuk mendorong kaum muda dengan latar belakang dari keluarga berpenghasilan rendah."

"Secara khusus, hasil temuan kami menunjukkan bahwa strategi untuk membuat kaum muda yakin terhadap kemampuan mereka sendiri, masalah emosional dan perilaku penting dalam peningkatan ketahanan akademis," ujar para peneliti.

Jillian Sheehan, penulis utama studi ini mengatakan, "Saya berasal dari daerah yang tertinggal di sisi Kota Cork dan pernah bersekolah di DEIS, karena hal itu penelitian ini sangat penting bagi saya. Kenyataan pahitnya adalah prestasi akademik dalam pendidikan kita sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang jauh melampaui karakteristik internal anak. Studi kami menggarisbawahi peran penting orang tua, guru, pendidik, dan pembuat kebijakan dalam upaya mencapai pemerataan pendidikan di negara ini."




(pal/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads