Studi Buktikan Skill Non-Kognitif Juga Penting buat Kesuksesan di Sekolah

ADVERTISEMENT

Studi Buktikan Skill Non-Kognitif Juga Penting buat Kesuksesan di Sekolah

Novia Aisyah - detikEdu
Rabu, 18 Sep 2024 10:00 WIB
ilustrasi anak sekolah
Ilustrasi sekolah Foto: iStock
Jakarta -

Kesuksesan akademis tidak hanya membutuhkan keterampilan kognitif. Keterampilan non-kognitif tak kalah menjadi kunci dalam menentukan keberhasilan akademis.

Dikatakan dalam sebuah studi bertajuk "Genetic associations between non-cognitive skills and academic achievement over development" dalam jurnal Nature Human Behaviour mengungkapkan keterampilan non-kognitif, seperti motivasi dan pengaturan diri, sama pentingnya dengan kecerdasan dalam menentukan keberhasilan akademis.

Penelitian ini diketuai oleh Dr Margherita Malanchini dari Queen Mary University of London dan Dr Andrea Allegrini dari University College London.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keterampilan non-kognitif menjadi semakin berpengaruh sepanjang pendidikan anak, dengan faktor genetik memainkan peran yang signifikan. Penelitian yang dilakukan bekerja sama dengan tim ahli internasional ini menunjukkan pengembangan keterampilan non-kognitif bersamaan dengan kemampuan kognitif dapat meningkatkan hasil pendidikan secara signifikan.

"Penelitian kami menantang asumsi yang telah lama berlaku bahwa kecerdasan adalah pendorong utama prestasi akademis," kata Dr Malanchini, Dosen Senior Psikologi di Queen Mary University of London, dikutip dari Science Daily.

ADVERTISEMENT

"Kami telah menemukan bukti kuat keterampilan non-kognitif -- seperti kegigihan, ketekunan, minat akademis, dan nilai yang dikaitkan dengan pembelajaran -- tidak hanya merupakan prediktor keberhasilan yang signifikan, tetapi pengaruhnya tumbuh lebih kuat dari waktu ke waktu," ungkapnya.

Studi yang diikuti lebih dari 10.000 anak berusia 7 hingga 16 tahun di Inggris dan Wales ini menggunakan kombinasi studi kembar dan analisis berbasis DNA untuk meneliti interaksi kompleks antara gen, lingkungan, dan prestasi akademis.

Kekuatan Genetika Non-kognitif

Salah satu temuan yang paling mencolok adalah meningkatnya peran genetika dalam membentuk keterampilan non-kognitif dan dampaknya terhadap prestasi akademis. Dengan menganalisis DNA, para peneliti menyusun skor poligenik untuk keterampilan non-kognitif, yang pada dasarnya merupakan gambaran genetik dari kecenderungan anak terhadap keterampilan ini.

"Kami menemukan efek genetik yang terkait dengan keterampilan non-kognitif menjadi semakin prediktif terhadap prestasi akademis selama tahun-tahun sekolah, bahkan efeknya hampir dua kali lipat antara usia 7 dan 16 tahun," jelas Dr Allegrini, peneliti di University College London. "Pada akhir pendidikan wajib, kecenderungan genetik terhadap keterampilan nonkognitif sama pentingnya dengan kecenderungan yang terkait dengan kemampuan kognitif dalam memprediksi keberhasilan akademik."

Temuan ini menantang pandangan tradisional tentang prestasi pendidikan yang sebagian besar ditentukan oleh kecerdasan. Sebaliknya, penelitian tersebut menunjukkan susunan emosi dan perilaku anak, yang dipengaruhi oleh gen dan lingkungan, memainkan peran penting dalam perjalanan pendidikan mereka.

Peran Lingkungan

Meskipun genetika tidak diragukan lagi berkontribusi pada keterampilan non-kognitif, penelitian tersebut juga menekankan pentingnya lingkungan. Dengan membandingkan saudara kandung, para peneliti dapat menganalisis dampak lingkungan keluarga yang sama dari faktor genetik.

"Kami menemukan meskipun proses di seluruh keluarga memainkan peran penting, pengaruh genetika non-kognitif yang semakin meningkat pada prestasi akademis tetap terlihat bahkan di dalam keluarga," kata Dr Allegrini. "Hal ini menunjukkan anak-anak dapat secara aktif membentuk pengalaman belajar mereka sendiri berdasarkan kepribadian, watak, dan kemampuan mereka, yang menciptakan lingkaran umpan balik yang memperkuat hebatnya mereka," imbuhnya.

Implikasinya untuk Dunia Pendidikan

Temuan penelitian ini memiliki implikasi yang mendalam bagi pendidikan. Dengan mengakui peran penting keterampilan non-kognitif, sekolah dapat mengembangkan intervensi untuk mendukung perkembangan emosional dan sosial siswa di samping pembelajaran akademis mereka.

"Sistem pendidikan kita secara tradisional berfokus pada perkembangan kognitif," kata Dr Malanchini. "Sudah saatnya untuk menyeimbangkan kembali fokus itu dan memberikan perhatian yang sama pada pengembangan keterampilan non-kognitif. Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan efektif bagi semua siswa," lanjutnya.

Penelitian ini juga menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut tentang interaksi yang kompleks antara gen, lingkungan, dan pendidikan. Dengan memahami faktor-faktor ini, para pendidik dan pembuat kebijakan dapat mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk mendukung perkembangan siswa secara keseluruhan dan mencapai hasil pendidikan yang lebih baik.

"Penelitian ini hanyalah permulaan. Kami berharap ini akan menginspirasi penelitian lebih lanjut dan mengarah pada transformasi dalam cara kita mendekati pendidikan,"Dr Malanchini menyimpulkan.

Penelitian ini merupakan upaya kolaboratif yang melibatkan peneliti dari berbagai lembaga di enam negara yakni University College London, VU University Amsterdam, University of Bologna, Royal Holloway, University of London, University of Oslo, University of York, Vrije Universiteit Amsterdam, Institute for Behavioral Genetics, The Max Planck Institute for Human Development, The University of Texas di Austin, Institute of Psychiatry, Psychology and Neuroscience, King's College London, dan Queen Mary University of London. Penelitian ini didanai oleh Medical Research Council (MRC) dari UK Research and Innovation (UKRI).




(pal/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads