Pernah melihat proses metamorfosis pada kupu-kupu? Rangkaian proses itu dimulai dari ulat kecil, kemudian menjadi kepompong lalu berubah menjadi kupu-kupu yang indah.
Saat metamorfosis, kepompong itu menempel dan bergantungan di dahan dan ranting tanaman. Namun, satu hal yang sering menjadi pertanyaan, bagaimana kepompong ini bisa tetap tertambat sepanjang ulat berkembang menjadi kupu-kupu di dalamnya?
Dalam sebuah jurnal yang diterbitkan oleh ACS Biomaterials Science & Engineering memberikan penjelasan atas fenomena ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ternyata pertanyaan ini terjawab dengan serat sutra yang dimiliki oleh kepompong. Serat sutra yang dihasilkan oleh ulat dan serangga lainnya, memiliki peran yang penting.
Saat berada di tahap ulat, kupu-kupu menggunakan serat sutra untuk berbagai keperluan. Seperti melindungi diri ketika jatuh, mengaitkan daun untuk bersembunyi, dan membuat kantong kecil sebagai tempat untuk bersembunyi saat melakukan metamorfosis.
Kekuatan Serat Sutra Kupu-kupu
Saat membuat kepompong, kupu-kupu menggunakan bagian khusus yang disebut sebagai kremaster untuk mengikatkan serat sutra dan kantong kepompong ke dahan.
Beberapa jenis kupu-kupu menambahkan sabuk pengaman khusus di sekitar toraksnya untuk meningkatkan perlindungan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya ketahanan sutra dalam menjaga keselamatan dalam proses metamorfosis.
Pertanyaan selanjutnya adalah "seberapa kuat benang sutra tersebut?"
Pertanyaan ini terjawab dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Qing You Xia, Zhaoming Dong, dan rekan-rekannya dari Southwest University, Chongqing, China dengan memelihara beberapa ulat.
"Kami membesarkan dua spesies kupu-kupu yang berbeda. Berupa jenis Danaus chrysippus (macam biasa) dan Papilio polytes (mormon umum)," ujar para peneliti.
Qing You Xia menjelaskan "Dalam penelitian in ulat-ulat ini dibiarkan membentuk kepompong, dan tim kami mengumpulkan benang sutra yang menghubungkan kepompong ke cabang, kemudian mengukur diameter serta kekuatan tariknya."
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sutra pada kupu-kupu lebih tipis dan lebih lemah dibandingkan dengan sutra milik ulat sutra.
Ketika para peneliti menganalisis protein struktural dalam sutra, ditemukan bahwa sutra milik kupu-kupu memiliki lebih sedikit struktur beta yang memungkinkan kontribusi pada kelemahannya.
Meskipun begitu, kedua spesies kupu-kupu tersebut dapat membuat strategi yang unik untuk memaksimalkan fungsi serat sutra yang mereka miliki.
"Apendiks kremaster melekat pada karpet sutra seperti pengikat kait dan lingkar, menciptakan ikatan yang sangat aman. Ketika membentuk sabuk pengaman sutra, ulat memintal sekitar 20 helai sutra berbeda menjadi bentuk seperti tali, yang meningkatkan kekuatannya hingga delapan kali lipat," ujar para peneliti.
Temuan ini membantu menjelaskan bagaimana ulat dapat tetap aman dan terlindungi selama fase kritis metamorfosis mereka. Proses metamorfosis ini bukan hanya sekedar transisi fisik, tetapi juga melibatkan berbagai strategi cerdas yang memastikan kelangsungan hidup dan keamanan kupu-kupu muda.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme di balik metamorfosis ini, kita tidak hanya bisa mengagumi keindahan kupu-kupu, tetapi juga belajar dari keajaiban alam yang luar biasa ini.
Dengan begitu, proses metamorfosis kupu-kupu, dari ulat hingga menjadi kupu-kupu yang memesona, merupakan contoh menakjubkan tentang bagaimana alam menemukan solusi yang inovatif untuk tantangan yang dihadapi.
(pal/pal)