Kupu-kupu Catopsilia pomona, Si Kuning yang Bermigrasi Jelang Musim Hujan

ADVERTISEMENT

Belajar dari Pakar

Kupu-kupu Catopsilia pomona, Si Kuning yang Bermigrasi Jelang Musim Hujan

Djunijanti Peggie Dumalang - detikEdu
Jumat, 29 Nov 2024 19:30 WIB
Djunijanti Peggie Dumalang
Djunijanti Peggie Dumalang
Penulis adalah peneliti kupu-kupu di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, BRIN. Pengalaman meneliti kupu-kupu sejak tahun 1991 hingga kini. Lulus S1 dari Fak Biologi Universitas Nasional tahun 1988-1989, S2 Imperial College, University of London, Inggris tahun 1992, S3 Cornell University, Amerika Serikat tahun 2001. Berpengalaman kerja lapang dan mengelola penangkaran kupu-kupu, terlibat dalam pertimbangan kebijakan terkait konservasi kupu-kupu, membina citizen science dan sebagai salah satu pendiri Kupunesia App.
Individu Catopsilia pomona dengan form berbeda-beda yang dihasilkan pada pemeliharaan dengan kondisi dan waktu yang sama.
Foto: Agus S. Arof/Sahabat Kupu-kupu Indonesia
Jakarta -

Beberapa waktu lalu kita mudah melihat gerombolan kupu-kupu berwarna kuning pucat kehijauan ketika kita ke luar rumah. Hal ini banyak disadari oleh orang-orang karena tidak biasanya terlihat satu jenis kupu-kupu dalam jumlah yang banyak.

Pada awal musim penghujan di kawasan Indonesia bagian barat saat ini memang sedang terjadi lonjakan populasi kupu-kupu jenis Catopsilia pomona. Jenis kupu-kupu ini memiliki area sebaran yang luas, ada di seluruh wilayah Indonesia, dan juga di kawasan Asia Selatan (India, Sri Lanka), Asia Tenggara hingga Papua Nugini dan bagian utara Australia.

Kupu-kupu mengalami metamorfosis lengkap, yang artinya mengalami tahapan atau fase kehidupan yang mencakup telur-ulat-kepompong-dewasa. Pada fase telur, terjadi proses pertumbuhan di dalamnya untuk menjadi ulat. Ketika ulat di dalam telur ini siap keluar, ia akan menggigit cangkang telur untuk keluar dari dalamnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cangkang telur ini umumnya dimakan oleh ulat kecil tersebut sebagai makanan pertamanya. Fase ulat dikenal sebagai fase untuk makan dan bertumbuh besar. Pada fase ulat ini, ketika ia tidak cukup lagi berada di dalam kulit sebagai exoskeleton-nya, maka ia akan mengalami pergantian kulit.

Biasanya terjadi 4-5x pergantian kulit dan tiap tahapannya disebut sebagai ulat instar 1, ulat instar 2 hingga ulat instar 5. Kemudian ulat instar 5 yang telah cukup makan ini akan masuk ke dalam fase kepompong atau mengalami pupasi. Pada fase kepompong ini terjadi perubahan untuk bersiap menjadi fase dewasa yang dikenal sebagai kupu-kupu.

ADVERTISEMENT

Saat proses perubahan selesai, kupu-kupu akan mendorong untuk keluar dari cangkang kepompong pada bagian yang memiliki sambungan (suture). Kupu-kupu ini merangkak keluar dan dengan tungkainya akan berpegangan pada struktur yang dapat diraihnya, untuk membentangkan sayap-sayapnya sehingga kering dari cairan sisa di dalam kepompong, dan bersiap untuk terbang beberapa jam kemudian.

Kupu-kupu akan memulai aktivitasnya, terbang, mengisap nektar bunga, mencari pasangan dan kawin, dan kupu-kupu betina akan meletakkan telur-telur untuk melanjutkan ke generasi berikutnya. Kupu-kupu mengunjungi hampir semua bunga yang menyediakan nektar.

Namun, ada beberapa tanaman berbunga yang termasuk pengecualian, seperti bunga Allamanda cathartica (bunga terompet emas) yang tidak dikunjungi kupu-kupu karena diameter tabungnya terlalu besar sehingga sulit dijangkau oleh kupu-kupu.

Ketika kupu-kupu betina siap meletakkan telurnya, ia akan mencari tumbuhan inang. Disebut tumbuhan inang karena ada hubungan yang sangat spesifik antara jenis kupu-kupu dengan tumbuhan yang dapat digunakannya sebagai makanan bagi ulatnya.

Ulat pada umumnya memakan daun-daun dari tumbuhan inang. Tidak sembarang daun dapat dimanfaatkan oleh ulat sebagai makanan. Ada jenis kupu-kupu yang hanya dapat memanfaatkan 1-2 jenis tumbuhan, dan ada juga jenis kupu-kupu yang dapat memanfaatkan beberapa jenis bahkan beberapa marga tumbuhan. Jenis kupu-kupu yang hanya memanfaatkan 1-2 jenis tumbuhan inang biasanya langka atau tidak banyak di alam, apalagi jika jenis tersebut memiliki area sebaran yang terbatas atau endemik.

Di lain sisi, jenis kupu-kupu yang mampu memanfaatkan cukup banyak jenis tumbuhan dari berbagai marga dapat dikatakan sebagai jenis yang umum karena ketersediaan tumbuhan inang juga lebih beragam dan banyak. Catopsilia pomona termasuk jenis kupu-kupu yang mampu memanfaatkan cukup banyak tumbuhan inang, yang tergolong ke dalam suku Fabaceae, dikenal sebagai tumbuhan polong-polongan atau legum.

Tercatat jenis tumbuhan berikut yang dapat digunakan: Cassia spp. terutama Cassia fistula (pohon trengguli), Senna spp. terutama Senna siamea (pohon johar), Senna alata (pohon ketepeng), Butea monosperma atau dulu dikenal sebagai Butea frondosa (dikenal sebagai pohon bunga api karena warna bunganya jingga menyala), Bauhinia sp. (disebut daun kupu-kupu karena bentuk daunnya seperti sayap kupu-kupu), Pterocarpus indicus (pohon angsana atau sonokembang), dan Sesbania sp. (pohon turi).

Berbagai tumbuhan ini banyak ditanam sebagai pohon peneduh jalan. Selain daunnya dimakan oleh ulat, bunga dari berbagai tumbuhan ini juga dikunjungi oleh kupu-kupu yang memanfaatkan nektarnya. Saat awal musim penghujan ini, bunga-bunga mulai bermekaran dan pucuk-pucuk daun muda mulai tumbuh. Perubahan cuaca dan kondisi tumbuhan ini membuat populasi kupu-kupu C. pomona ini meningkat secara drastis, hingga di berbagai tempat terlihat seperti terjadi ledakan populasi atau outbreak.

Di Gresik dan Tuban, Jawa Timur, dalam beberapa hari ini kupu-kupu ini terlihat dalam jumlah besar, ratusan hingga ribuan individu. Mereka terbang dari arah selatan ke utara, melakukan perpindahan atau migrasi, bahkan di Tuban dilaporkan kupu-kupu ini terbang ke arah timur laut, dan terekam video menuju laut, mungkin ke arah Pulau Bawean?

Kemampuan terbang jenis kupu-kupu ini telah dilaporkan, tetapi perlu observasi dan konfirmasi lebih lanjut mengenai jarak terbang yang mampu ditempuh oleh kumpulan kupu-kupu ini. Dari jumlah yang banyak ini, sebagian besar adalah individu jantan, hanya terlihat beberapa individu betina.

Jantan dan betina kupu-kupu C. pomona ini dapat dibedakan dengan mudah, bahkan saat terbang. Individu jantan mempunyai sayap berwarna kuning pucat bersemu hijau, sedangkan pada individu betina sayapnya berwarna kuning dengan bercak coklat bervariasi. Ada beberapa variasi atau form yang dipengaruhi oleh musim, temperatur, dan faktor lainnya. Faktor lainnya ini sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut karena dengan kondisi pemeliharaan yang sama pada waktu yang bersamaan, individu dengan form berbeda dapat dihasilkan.

Di Lumajang, Jawa Timur juga dilaporkan banyak sekali C. pomona beberapa waktu lalu berterbangan dari arah barat menuju ke timur. Sekitar tahun 2000an, migrasi C. pomona masih relatif rutin terlihat tiap tahun. Biasanya pada awal musim hujan yang diselingi kondisi cerah dan terang beberapa hari. Namun beberapa tahun belakangan ini terlihat tidak teratur munculnya dan populasinya jauh berkurang dibandingkan dulu.

Adapun di Jawa Tengah bagian selatan dan tengah ini terlihat terbangnya selalu ke arah selatan. Mulai akhir Oktober 2024, terjadi ledakan populasi spesies ini, seperti dibagikan dalam video Tik Tok di bandara Yogyakarta. Di wilayah Gunung Kidul, juga masih banyak ditemui C. pomona ini.

Catopsilia pomona, kupu-kupu kuningCatopsilia pomona, kupu-kupu kuning Foto: (Dokumentasi Djunijanti Peggie, peneliti BRIN)

Di jalan tol Jabodetabek, kupu-kupu ini terlihat di tepi jalan ataupun melintasi jalan. Jumlah yang terlihat tidak fantastis seperti yang dilaporkan di Jawa Tengah, DIY, ataupun Jawa Timur.

Walaupun demikian, tetap dapat menyenangkan orang yang melihatnya. Di Gresik dilaporkan banyak terdapat pohon johar dan trengguli di area yang diobservasi. Observasi juga mengungkap banyaknya ulat C. pomona ini, hingga hamper menghabiskan daun-daun di tumbuhan inangnya.

Mungkin muncul pertanyaan, apakah ledakan populasi C. pomona ini tidak mengkhawatirkan atau dianggap menjadi hama? Ulat ini menjadi mangsa bagi predatornya yaitu burung, tawon tembikar, dll. Bahkan di Kulon Progo, kepompong C. pomona ini diolah menjadi makanan khas yang tentunya bersifat musiman. Hal ini merupakan salah satu wujud kearifan lokal yang mampu memanfaatkan kondisi populasi melimpah, walaupun perlu diperhatikan aspek alergi makanan.

Banyak fenomena alam yang dapat kita perhatikan dan hal ini menarik sekali untuk dilaporkan agar ada catatan mengenai hal-hal ini. Saat ini juga cukup banyak peminat serius kupu-kupu sebagai penggiat kupu-kupu (butterfly enthusiasts) yang bergabung pada komunitas Sahabat Kupu-kupu Indonesia dan yang lainnya, yang dapat menyumbangkan hasil observasinya pada Aplikasi Kupunesia.

*Djunijanti Peggie - Museum Zoologicum Bogoriense, Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Agus Shoumul Arof (Sahabat Kupu-kupu Indonesia, Gresik) dan Ardi Prasetyo (Sahabat Kupu-kupu Indonesia, Boyolali)




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads