BMKG Ungkap Alat Deteksi Gempa dan Tsunami di Nabire Papua Tengah Dirusak

BMKG Ungkap Alat Deteksi Gempa dan Tsunami di Nabire Papua Tengah Dirusak

Tim detikSulsel - detikSulsel
Jumat, 07 Mar 2025 22:32 WIB
Kasus perusakan peralatan monitoring gempa dan peringatan dini tsunami kembali terjadi. Kasus terbaru terjadi di Kabupaten Nabire, Papua Tengah. (dok BMKG)
Foto: Kasus perusakan peralatan monitoring gempa dan peringatan dini tsunami kembali terjadi. Kasus terbaru terjadi di Kabupaten Nabire, Papua Tengah. (dok BMKG)
Nabire -

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap peralatan monitoring gempa dan peringatan dini tsunami di Kabupaten Nabire, Papua Tengah, dirusak. Operasional monitoring gempa kini dihentikan.

"Kasus terbaru perusakan terhadap peralatan monitoring gempa dan peringatan dini tsunami terjadi di Kecamatan Nabire," kata Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam keterangannya, Jumat (7/3/2025).

Daryono mengatakan sudah tiga kali kasus pengrusakan peralatan BMKG di Nabire. Dia menyebut pelaku memotong antenna modem, kabel antenna GPS dan terakhir memotong kabel panel surya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang terjadi pada 9 Februari 2025 (berupa pemotongan Antenna Modem), 1 Maret 2025 (berupa pemotongan Kabel Antenna GPS) dan 6 Maret 2025 (berupa pemotongan Kabel Panel Surya)," sebut Daryono.

Dia mengungkapkan pada kasus terakhir atau Kamis (6/3), pelaku juga berupaya membongkar kayu penutup shelter peralatan InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System). Operasional alat deteksi gempa pun dinonaktifkan.

ADVERTISEMENT

"Mengingat kondisi shelter yang mengkhawatirkan dan mengindikasikan adanya upaya pencurian aset berharga pada site InaTEWS tersebut, maka BMKG terpaksa mencabut seluruh peralatan, termasuk sensor, digitizer, dan peralatan komunikasi, untuk menghindari kerugian lebih besar sehingga operasional monitoring gempa dihentikan," jelasnya.

Nabire Daerah Rawan Gempa

Daryono menyayangkan pengrusakan peralatan monitoring gempa dan peringatan dini tsunami tersebut. Pasalnya, Nabire termasuk daerah yang sangat rawan gempa karena berada di jalur patahan aktif Sesar Wapoga.

"Berdasarkan laporan Pusat Gempa Nasional (Pusgen, 2017), Sesar Wapoga di Nabire bukanlah sesar mikro, melainkan sesar regional yang dapat memicu gempa besar hingga mencapai magnitudo Mw7,9," bebernya.

Lanjut Daryono, berdasarkan peta seismisitas/kegempaan, kawasan Nabire memiliki tingkat aktivitas kegempaan yang sangat tinggi akibat aktivitas Sesar Wapoga ini.

BMKG mencatat bahwa wilayah Nabire pernah diguncang gempa dahsyat dan merusak beberapa kali, seperti:

1. Gempa Nabire berkekuatan Mw7,0 pada 5 Februari 2004 menyebabkan 37 orang meninggal.

2. Gempa Nabire berkekuatan Mw6,7 pada 8 Februari 2004 menyebabkan 2 orang meninggal.

3. Gempa Nabire berkekuatan Mw7,1 pada 26 November 2004 menyebabkan 32 orang meninggal.

Di samping rawan gempa, Nabire juga rawan tsunami karena berhadapan dengan zona sumber gempa Sesar Yapen, Sesar Naik Cendrawasih, dan Zona Megathrust Papua di laut.

"Sehingga tidak hanya gempa merusak yang dapat menelan korban jiwa meninggal, Nabire juga memiliki catatan sejarah tsunami yang seperti tsunami Nabire yang terjadi pada 8 Oktober 1900 yang menyebabkan 5 orang meninggal," katanya.

Perusakan Alat BMKG Ancam Keselamatan Warga

Daryono menuturkan perusakan peralatan BMKG akan sangat merugikan keselamatan masyarakat. Sebab tanpa sensor gempa yang berfungsi, maka kecepatan dan akurasi BMKG dalam memberikan informasi gempa dan peringatan dini tsunami di Nabire akan menurun dan lebih lambat.

"Untuk itu, kami memohon dengan sangat kepada masyarakat untuk tidak melakukan perusakan dan pencurian peralatan BMKG. Jika belum bisa aktif terlibat dalam mitigasi dan pengurangan risiko bencana, setidaknya jangan merusak peralatan BMKG yang bertujuan untuk melindungi keselamatan masyarakat Nabire," katanya.

Pihaknya juga meminta pemerintah daerah untuk ikut berperan aktif dalam mengamankan peralatan BMKG yang telah dipasang di lokasi strategis demi kepentingan masyarakat Nabire. Dia menegaskan dalam situasi dan kondisi saat ini, tidak mudah untuk segera mengganti peralatan yang hilang atau rusak.

"Seluruh peralatan BMKG di daerah adalah aset mitigasi untuk keselamatan masyarakat, mohon Pemerintah Daerah dan Masyarakat merasa memiliki dan ikut menjaga keamanan demi keberlangsungan operasional pelayanan informasi dan peringatan dini dari BMKG," imbuhnya.

"Oleh karena itu, kami berharap pengertian dan perhatian dari semua pihak untuk menjaga keberlangsungan sistem peringatan dini bencana di Nabire khususnya, dan di seluruh wilayah Indonesia pada umumnya," tambah Daryono.




(hsr/hsr)

Hide Ads