Ini yang Terjadi Jika Planet Tidak Punya Siklus Siang dan Malam

ADVERTISEMENT

Ini yang Terjadi Jika Planet Tidak Punya Siklus Siang dan Malam

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Rabu, 11 Sep 2024 21:00 WIB
This illustration conceptualises the swirling clouds identified by the James Webb Space Telescope in the atmosphere of the exoplanet VHS 1256 b. The planet is about 40 light-years away and orbits two stars that are locked in their own tight rotation. Its clouds, which are filled with silicate dust, are constantly rising, mixing, and moving during its 22-hour day. [Image Description: Illustration of a planet. The background is black, darkest at the left edge, with light streaming from a small pair of stars at right. The planet is at left in deep orange and contains several stripes. The brightest stripes lie in the top and bottom thirds. A small circular oval representing a large storm appears toward the top left. The right edge of the planet (the side facing the star) is lit, while the rest is largely in shadow.]
Foto: NASA, ESA, CSA, J. Olmsted (STSc)/Eksoplanet VHS 1256 b and its stars
Jakarta -

Bumi memiliki sistem siang dan malam yang memengaruhi kehidupan makhluk hidup di dalamnya. Namun, apakah kehidupan di planet lain juga memilikinya?

Salah satu yang berdampak saat Bumi memiliki siklus harian adalah munculnya ritme sirkadian. Ini adalah pola alami pada manusia yang memengaruhi suhu tubuh, perilaku atau aktivitas sehari-hari seperti pola tidur, biokimia, regenerasi sel, dan lain-lain.

Ritme ini juga memberi pertanda pada penghuni gua, kehidupan laut dalam, dan mikroorganisme di lingkungan gelap seperti kerak bumi dan tubuh manusia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kita sebagai manusia memerlukan siang dan malam untuk menemukan ritme sirkadian ini. Mungkin, makhluk lain yang berevolusi tanpa siklus waktu dapat terus bergerak dan tidak pernah istirahat.

Banyak Planet Tidak Memiliki Sistem Siang Malam

Dikutip dari Phys.org, ternyata planet selain Bumi ada yang tidak memiliki siklus siang dan malam. Hal ini terungkap dari survei eksoplanet terperinci yang diterbitkan pada 2013.

ADVERTISEMENT

Para peneliti memperkirakan ada 41% bintang katai-M yang memiliki planet yang mengorbit di zona 'Goldilocks', yaitu jarak di mana planet tersebut memiliki suhu yang tepat untuk mendukung keberadaan air cair.

Planet-planet tersebut berpotensi menampung air cair, salah satu tanda-tanda kehidupan. Namun, belum diteliti secara pasti apakah benar-benar ada kehidupan di sana. Jika benar, maka di zona Goldilocks saja sudah ada sebanyak 28,7 miliar planet, yang bahkan jenis bintang lain pun belum diperhitungkan.

Planet berbatu berada di zona layak huni sekitar bintang katai-M disebut dengan Bumi-M. Bumi-M berbeda dengan Bumi kita. Salah satunya dikarenakan planet berbatu tersebut lebih dekat dengan bintang kata-M yang lebih dingin daripada Matahari.

Gravitasi bintang menarik sisi dekat planet lebih kuat daripada ke sisi jauhnya, sehingga menciptakan gesekan yang memperlambat rotasi planet. Akibatnya, selama ribuan tahun planet mengalami rotasi dan orbit yang sinkron.

Hal ini berdampak pada Bumi-M yang kemungkinan besar terkunci pasang surut. Artinya, satu belahan planet selalu menghadap ke matahari, sementara belahan lainnya selalu membelakangi matahari.

Planet yang terkunci pasang surutnya mengalami satu tahun sama dengan satu hari. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Bumi-M tidak memiliki siang dan malam, juga musim.

Kehidupan di Planet Jadi Terkunci Pasang Surut

Planet yang terkunci pasang surut jelas memiliki kehidupan yang berbeda dengan Bumi. Contohnya ada pada Bulan. Itulah mengapa kita hanya bisa melihat satu sisi bulan dan tidak pernah melihat sisi lainnya yang gelap.

Planet lain yang kemungkinan terkunci pasang surut adalah tetangga kita, Proxima Centauri b, salah satu planet berpotensi layak huni. Di planet yang terkunci pasang surut, terdapat perbedaan antara sisi siang dan malam dalam menghasilkan angin kencang dan gelombang atmosfer.

Jika planet memiliki air, sisi siang mungkin ditutupi oleh awan tebal dengan petir yang intens. Hal ini menimbulkan pola iklim yang berubah-ubah, menyebabkan siklus suhu, kelembapan, dan curah hujan yang teratur.

Lamanya siklus ini bisa berkisar dari puluhan hingga ratusan hari Bumi, tetapi tidak akan berhubungan dengan periode rotasi planet tersebut.

Kemungkinan, kehidupan di planet seperti ini akan mengembangkan ritme biologis yang sesuai dengan siklus iklim tersebut. Kemungkinan evolusi akan menghasilkan adaptasi yang lebih unik.

Misalnya ada spesies yang hidup di sisi siang planet akan bermigrasi ke sisi malam untuk beristirahat dan memulihkan diri. Jam biologis planet ini akan didasarkan pada perubahan lingkungan dibandingkan waktu.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads