Prediksi Ilmuwan: Bumi Bisa Berwaktu 25 Jam/Hari Imbas Bulan Menjauh

ADVERTISEMENT

Prediksi Ilmuwan: Bumi Bisa Berwaktu 25 Jam/Hari Imbas Bulan Menjauh

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikEdu
Selasa, 20 Agu 2024 20:30 WIB
Bumi dan Bulan
Foto: Sky & Telescope
Jakarta -

Ilmuwan memprediksi Bumi bisa memiliki waktu 25 jam sehari, dari yang tadinya 24 jam. Dampak gerakan Bulan yang perlahan menjauhi Bumi.

Hasil penelitian terbaru para ilmuwan dipublikasikan bahwa Bulan secara bertahap menjauhi Bumi. Dalam waktu sekitar 200 juta tahun, Bumi akan memiliki waktu 25 jam sehari.

"Saat Bulan menjauh, Bumi seperti pemain seluncur indah yang berputar melambat saat mereka merentangkan tangan mereka," jelas ahli geosains Stephen Meyers yang juga seorang profesor di University of Wisconsin-Madison seperti dilansir dari Daily Mail, Senin (19/8/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bulan tidak memiliki jarak tetap dari Bumi. Bulan berjarak 363.104 km dari Bumi pada titik terdekatnya (perigee) dan 405.696 km pada titik terjauhnya (apogee). Berdasarkan jarak tersebut, jarak rata-rata antara Bumi dan Bulan adalah sekitar 384.400 km. Bulan membutuhkan waktu sekitar 27,3 hari untuk menyelesaikan satu orbit mengelilingi Bumi.

Tetapi penelitian sebelumnya menemukan bahwa bulan semakin menjauh sekitar 1,5 inci atau 3,8 cm per tahun. Dengan semakin menjauhnya Bulan, berarti satelit Bumi ini akan memakan waktu lebih lama untuk bergerak mengelilingi Bumi.

ADVERTISEMENT

Pada suatu titik, Bulan akan mencapai jarak yang stabil dan hanya terlihat dari satu sisi Bumi.

Meneliti Riwayat Relasi Jarak Bumi-Bulan

Meyers dan rekannya merekonstruksi sejarah mendalam hubungan Bumi dengan Bulan. Meyers dkk menemukan bahwa 1,4 miliar tahun yang lalu, satu hari di Bumi hanya berlangsung sekitar 18 jam.

Untuk mendapatkan perhitungan itu, para peneliti menciptakan metode statistik yang menghubungkan teori astronomi dengan pengamatan geologi untuk melihat kembali masa lalu geologi Bumi. Ini memungkinkan mereka merekonstruksi sejarah mendalam tata surya.

Hari-hari Bumi lebih pendek pada miliaran tahun yang lalu terutama karena Bulan lebih dekat dengan Bumi. Hal ini menyebabkan rotasi Bumi berputar lebih cepat daripada saat ini.

Namun sepanjang sejarah Bumi, Bulan telah bergeser lebih jauh dalam suatu proses yang dikenal sebagai 'resesi bulan'. Para ilmuwan tahu ini berkat para astronaut misi Apollo, yang menempatkan reflektor di Bulan yang memungkinkan para ilmuwan di Bumi untuk menembakkan laser ke permukaan Bulan dan mengukur seberapa cepat Bulan mundur.

Saat Bulan perlahan menjauh, rotasi Bumi melambat. Alasannya ada hubungannya dengan dampak Bulan pada pasang surut air laut.

Saat Bumi berotasi, gravitasi Bulan yang mengorbit planet ini menarik lautan untuk menciptakan pasang surut tinggi dan rendah. Tarikan gravitasi Bulan menyebabkan air laut 'menonjol' ke arahnya di sisi Bumi mana pun yang paling dekat dengan Bulan.

Pada saat yang sama, inersia (kecenderungan semua benda fisik untuk menolak perubahan terhadap keadaan geraknya) mencoba menjaga air laut tetap di tempatnya. Namun, gravitasi Bulan lebih kuat, itulah sebabnya air menonjol ke arah Bulan.

Sementara itu, di sisi Bumi yang berlawanan, tarikan gravitasi Bulan lebih lemah karena letaknya lebih jauh. Di sana, inersia lebih kuat daripada gravitasi bulan, dan air mencoba untuk tetap mengalir dalam garis lurus. Hal ini menyebabkan air menonjol menjauh dari Bulan.

Gaya gabungan gravitasi Bulan dan inersia menciptakan dua tonjolan pasang surut yang tetap sejajar dengan Bulan saat Bumi berputar. Namun, Bumi berputar pada porosnya jauh lebih cepat daripada orbit Bulan di atasnya.

Ini berarti bahwa gesekan dari cekungan samudra yang bergerak di bawah juga menarik air bersamanya.

Jadi, tonjolan bergerak sedikit di depan orbit Bulan, saling menarik tonjolan ke belakang sisi Bumi yang tak berhadapan dengan Bulan. Hal ini secara bertahap memperlambat rotasi Bumi sementara Bulan memperoleh energi, menyebabkannya bergerak ke orbit yang lebih tinggi.

Faktor-faktor lain juga memengaruhi rotasi Bumi, termasuk perubahan iklim. Saat suhu global meningkat, es kutub mencair lebih cepat dari sebelumnya, dan membuang air ke lautan Bumi.

Semua air lelehan itu secara bertahap bergerak dari kutub Bumi ke arah khatulistiwa, tempat lautan menonjol ke arah dan menjauhi Bulan.

Hal ini menyebabkan Bumi semakin melebar di bagian tengahnya, dan dengan demikian semakin memperlambat rotasinya.

Efeknya, ini berarti membuat hari-hari di Bumi semakin panjang. Perubahannya cukup kecil sehingga manusia di Bumi tidak akan benar-benar menyadarinya. Perubahan itu juga tidak akan memengaruhi ritme sirkadian manusia di Bumi.

Namun selama jutaan tahun, perubahan-perubahan kecil itu akan bertambah dan akhirnya menambah satu jam ekstra pada siklus diurnal Bumi. Jadi, suatu hari, Bumi akan memiliki waktu 25 jam sehari.




(nwk/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads