Mengenal Trappist-1e, Sebuah Planet yang Mirip dengan Bumi

ADVERTISEMENT

Mengenal Trappist-1e, Sebuah Planet yang Mirip dengan Bumi

Anindyadevi Aurellia - detikEdu
Minggu, 04 Mei 2025 07:00 WIB
UNSPECIFIED:  In this NASA digital illustration handout released on February 22, 2017, an artists concept shows what the TRAPPIST-1 planetary system may look like, based on available data about the planets diameters, masses and distances from the host star. The system has been revealed through observations from NASAs Spitzer Space Telescope as well as other ground-based observatories, and the ground-based TRAPPIST telescope for which it was named after. The seven planets of TRAPPIST-1 are all Earth-sized and terrestrial, according to research published in 2017 in the journal Nature. TRAPPIST-1 is an ultra-cool dwarf star in the constellation Aquarius, and its planets orbit very close to it. They are likely all tidally locked, meaning the same face of the planet is always pointed at the star, as the same side of our moon is always pointed at Earth. This creates a perpetual night side and perpetual day side on each planet. TRAPPIST-1b and c receive the most light from the star and would be the warmest. TRAPPIST-1e, f and g all orbit in the habitable zone, the area where liquid water is most likely to be detected. But any of the planets could potentially harbor liquid water, depending on their compositions. In the imagined planets shown here, TRAPPIST-1b is shown as a larger analogue to Jupiters moon Io. TRAPPIST-1d is depicted with a narrow band of water near the terminator, the divide between a hot, dry day and an ice-covered night side. TRAPPIST-1e and TRAPPIST-1f are both shown covered in water, but with progressively larger ice caps on the night side. TRAPPIST-1g is portrayed with an atmosphere like Neptunes, although it is still a rocky world. TRAPPIST-1h, the farthest from the star, would be the coldest. It is portrayed here as an icy world, similar to Jupiters moon Europa, but the least is known about it. (Photo digital Illustration by NASA/NASA via Getty Images)
Foto: Pool/NASA/Getty Images.
Jakarta -

Trappist-1e adalah salah satu planet ekstrasurya yang menjadi sorotan dalam pencarian kehidupan di luar Bumi. Ditemukan pada tahun 2017, planet ini tergolong dalam kategori planet terestrial yang memiliki kemiripan dengan Bumi.

Trappist-1e menjadi subjek penelitian yang sangat menarik bagi para ilmuwan. Terletak di sistem bintang Trappist-1 yang berada sekitar 40 tahun cahaya dari Bumi, Trappist-1e berada di zona layak huni bintang katai merahnya.

Artinya, planet ini berada dalam jarak yang ideal untuk mendukung keberadaan air mencair, sebuah kondisi yang penting untuk kehidupan seperti yang kita kenal. Simak berikut informasi lebih jelasnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengenal Trappist-1e

Dirangkum dari laman Space dan Science NASA, Trappist-1e ukurannya hampir sama dengan Bumi, hanya massanya sedikit lebih kecil.

Trappist-1e mengorbit bintangnya dalam waktu singkat, hanya sekitar 6,1 hari Bumi. Namun, meskipun posisinya dekat dengan bintang, Trappist-1e tetap berpotensi mendukung kehidupan karena bintangnya yang jauh lebih dingin dan lebih kecil dari Matahari.

ADVERTISEMENT

Planet ini dianggap mirip dengan Bumi karena termasuk dalam kategori planet berbatu. Kepadatan rata-ratanya hanya sekitar 2% lebih tinggi dibandingkan dengan Bumi, dan memiliki gravitasi permukaan sekitar 82% dari gravitasi Bumi.

Planet ini diyakini menghasilkan zona layak huni yang lebih dekat dengan permukaannya. Trappist-1e bukan hanya menarik karena posisinya yang strategis dalam zona layak huni, tetapi juga karena kemiripannya dengan Bumi dalam hal struktur dan ukuran.

Para ilmuwan menggunakan planet ini sebagai model untuk lebih memahami kemungkinan adanya kehidupan di planet-planet ekstrasurya lainnya. Penelitian tentang Trappist-1e juga menjadi penting dalam konteks astrobiologi, di mana para ilmuwan berusaha menemukan tanda-tanda kehidupan di luar Bumi dengan mencari planet-planet yang memiliki kondisi serupa dengan Bumi di masa lalu.

Pencarian kehidupan di Trappist-1e telah menjadi fokus banyak penelitian. Para ilmuwan telah menggunakan teleskop luar angkasa seperti Kepler dan Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) untuk mendeteksi ribuan exoplanet, sebagian besar melalui metode tak langsung.

Untuk mencari tanda-tanda kehidupan, mereka mengandalkan spektrum emisi dari atmosfer planet tersebut, yang dapat mengungkapkan petunjuk kimia yang terkait dengan kemungkinan adanya kehidupan.

Kehidupan di Bumi dan lingkungan alamnya telah berkembang pesat seiring waktu, sehingga untuk mencari kehidupan di Trappist-1e, para ilmuwan cukup melihat kondisi Bumi miliaran tahun lalu.

Agar sebuah planet dapat mendukung kehidupan, ia harus memiliki sejumlah karakteristik penting, seperti atmosfer yang tebal, medan magnet yang kuat, dan mekanisme perpindahan panas yang efisien.

Namun sebuah planet tanpa atmosfer tidak dapat menampung air cair, meskipun berada di zona layak huni yang juga dikenal sebagai 'zona Goldilocks'. Ini menunjukkan bahwa, meskipun Trappist-1e mungkin berada di zona layak huni katai merah Trappist-1, yang terletak 40 tahun cahaya dari Bumi, kelayakhuniannya mungkin bersifat sementara.

Trappist-1e Alami Pengupasan Atmosfer

Meskipun Trappist-1e tampak menjanjikan, ada beberapa tantangan harus dihadapi dalam mempelajari lebih lanjut planet ini. Salah satunya adalah masalah atmosfer yang dapat menghambat potensi kelayakhuniannya.

Para ilmuwan telah mengidentifikasi bahwa Trappist-1e sedang mengalami pengupasan atmosfer, sebuah proses yang dapat menjadikannya tidak lagi ramah bagi kehidupan. Proses pengupasan ini tampaknya disebabkan oleh arus listrik yang terjadi, saat planet tersebut bergerak cepat mengorbit bintang induknya yang berupa katai merah.

Dari tujuh planet berbatu yang mirip dengan Bumi dalam sistem Trappist-1, setidaknya tiga berada di zona layak huni, yaitu wilayah di sekitar bintang yang memiliki suhu yang tidak terlalu panas atau dingin sehingga memungkinkan adanya air cair.

Fenomena yang mempengaruhi atmosfer Trappist-1e ini mungkin juga berpengaruh pada atmosfer planet lain di zona layak huni yang sama, yang tentunya berdampak buruk bagi kemungkinan adanya kehidupan di sistem ini.

Trappist-1e memiliki ukuran yang hampir sama dengan Bumi, meskipun massanya hanya sekitar 0,7 kali massa Bumi. Planet ini merupakan planet keempat yang mengorbit bintangnya, dengan jarak orbit yang sangat dekat, yaitu hanya sekitar 0,028 kali jarak antara Bumi dan Matahari, menyelesaikan satu orbit hanya dalam 6,1 hari Bumi.

Meskipun jaraknya sangat dekat, karena Trappist-1 lebih kecil dan lebih dingin dibandingkan dengan Matahari, zona layak huninya terletak jauh lebih dekat dengan permukaan planet ini dibandingkan dengan zona layak huni di sekitar Matahari. Oleh karena itu, bukan radiasi dari katai merah yang tampaknya menyebabkan pengupasan atmosfer Trappist-1e, melainkan angin bintang, yaitu aliran partikel bermuatan yang berasal dari bintang tersebut.




(aau/fds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads