8 Fakta tentang Ngarai Olduvai, Salah Satu Situs Arkeologi Terkaya di Dunia

ADVERTISEMENT

8 Fakta tentang Ngarai Olduvai, Salah Satu Situs Arkeologi Terkaya di Dunia

Devita Savitri - detikEdu
Rabu, 11 Sep 2024 09:30 WIB
Ngarai Olduvai di Tanzania, Afrika Timur simpan fakta sejarah manusia.
Ngarai Olduvai di Tanzania, Afrika Timur simpan fakta sejarah manusia. Foto: Wolfgang Kaehler/GettyImages via Mental Floss
Jakarta -

Ngarai Olduvai, menjadi situs arkeologi sederhana di Tanzania, Afrika Timur yang dikenal sebagai salah satu tempat paleoantropologi terkaya di dunia. Kok bisa?

Di tempat ini ternyata ditemukan fosil hominin atau saku taksonomi yang mencakup genera Homo (manusia) dan Pans (simpanse dan bonobo) berusia jutaan tahun. Tak hanya itu juga ditemukan serangkaian artefak yang sangat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan tentang evolusi umat manusia.

Dikutip dari laman Mental Floss berikut ini 8 fakta tentang Ngarai Olduvai, Tanzania yang jadi situs arkeologi tertua di dunia dan rumah nenek moyang kuno manusia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

8 Fakta tentang Ngarai Olduvai

1. Punya rekaman evolusi manusia terpanjang di dunia

Ngarai Olduvai memiliki sisi curam yang menkrok hingga 295 kaki (89 meter) ke jurang bercabang. Cabang itu terbagi menjadi dua dengan panjang total sekitar 30 mil (48 kilometer).

Kedalaman celah yang terbentuk memungkinkan para arkeologi untuk mengungkapkan endapan fosil yang ada di sana. Mereka memperkirakan fosil ini berusia antara 15 ribu hingga 2,1 juta tahun lalu.

ADVERTISEMENT

Dengan umur tersebut, fosil yang ditemukan akan memberikan petunjuk yang belum pernah ada sebelumnya tentang evolusi manusia. Kondisi ini membuat Ngarai Olduvai memiliki julukkan "Tempat Lahirnya Manusia".

Kendati demikian, penemuan lebih baru diketahui hadir di negara Ethiopia, Afrika Selatan. Di sana ada lokasi yang menunjukkan kemunculan hominian pertama.

2. Peran Charles Darwin

Arkeolog Inggris, Louis dan Mary Lakey berperan penting dalam penelitian ilmiah di Ngarai Olduvai. Louis sejak kecil tumbuh di Kenya yang kala itu menjadi negara koloni Inggris.

Ia terinspirasi untuk memulai penggalian di Afrika Timur usai membaca The Descent of Man karya Charles Darwin. Buku tahun 1871 itu menjelaskan bila nenek moyang manusia pertama kemungkinan berasal dari Afrika.

Tetapi, pada saat itu banyak arkeolog mengabaikan Afrika sebagai tempat kelahiran umat manusia dan lebih condong mengarah ke Asia. Terlebih ketika hominin Homo erectus ditemukan di pulau Jawa, Indonesia.

Meskipun dunia menaruh perhatian pada Asia, keluarga Leakey yakin dengan Ngarai Olduvai. Hasilnya pun tak sia-sia dan kini menjadi terkenal.

3. Penemuan pertama di Ngarai Olduvai

Karena keyakinan yang kuat, keluarga Leakey mulai bekerja di Olduvai pada tahun 1930-an. Awalnya mereka menemukan sejumlah peralatan batu, tetapi tidak menemukan tulang.

Hingga akhirnya pada tahun 1959, Mary menemukan sebuah fragmen tengkorak. Fosil ini memacu dirinya untuk menggali lebih dalam untuk menemukan tengkorak lain yang lebih lengkap.

Dengan fragmen tengkorak pertama yang ditemukan, suami-istri Leakey percaya bahwa itu adalah spesies hominin kuno baru. Akhirnya mereka memberikan nama Zinjanthropus boisei (sekarang Paranthropus boisei).

Tengkorak itu kekar seperti kera dengan wajah datar yang besar dan gigi geraham menonjol. Leakey awalnya percaya fosil itu berusia sekitar 500 ribu tahun.

Dengan pengujian lebih lanjut, usia sebenarnya dari fosil tersebut adalah 1,79 juta tahun. Pada saat diketahui umur ini, Paranthropus boisei dikenal sebagai hominin paling awal yang pernah ditemukan.

4. Penemuan tengkorak lain

Ketika keluarga Leakey pertama kali meninggal di Olduvai, studi tentang asal-usul manusia masih dalam tahap awal. Pada tahun 1960, putra keluarga Leakey yang berusia 19 tahun, Jonathan menemukan tengkorak yang sangat berbeda dari penemuan Mary.

Tengkoraknya jauh lebih kecil, tampak memiliki gigi seperti manusia, dan mungkin memiliki otak yang lebih besar. Akhirnya keluarga Leakey mengumumkannya sebagai spesies baru yang dinamakan Homo habilis yang berarti "manusia serba bisa".

Homo habilis dipercaya Leakey sebagai spesies pembuat peralatan batu yang ditemukan bertahun-tahun sebelumnya. Spesies ini juga merupakan salah satu anggota tertua dari genus manusia masa kini.

5. Perdebatan Hominin Mana yang Lebih Awal Menggunakan Alat

Penemuan Homo habilis menjungkirbalikan narasi evolusi manusia. Karena ditemukan beberapa jenis hominin muncul di tempat yang sama dan pada waktu yang hampir bersamaan.

Beberapa arkeolog mengakui bahwa Homo Habilis memang membuat dan menggunakan perkakas. Hal ini mengemukakan kemungkinan bahwa perkakas tertua di Olduvai mungkin telah hadir sejak Paranthropus boisei.

Sebuah studi pada tahun 2023 dalam jurnal Science melaporkan bila perkakas batu berasal dari 3 juta tahun lalu telah ditemukan di Nyayanga, Kenya. Perkakas ini ditemukan bersama fosil spesies, Paranthropus.

Karena studi ini, para arkeolog mengusulkan bila pembuatan perkakas mungkin lebih jauh dari kemunculan genus Homo termasuk Homo Habilis.

6. Perkakas di Olduvai

Perkakas batu yang ditemukan di Ngarai Olduvai mengubah cara berpikir para arkeolog tentang hominin awal. Hal ini menjadi bukti bahwa nenek moyang manusia mampu membuat perkakas yang berguna untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka tinggal.

Sejak penemuan pertama barang-barang tersebut, pengelompokan berbagai perkakas Zaman batu awal dilakukan. Termasuk yang ditemukan di lokasi lain. Hasilnya peneliti mengklasifikasikan kelompok perkakas zaman batu awal sebagai "perkakas Olduwan".

Kumpulan ini mencakup setidaknya tiga jenis perkakas. Seperti batu bulan besar yang digunakan sebagai palu, alat pemotong batu tajam untuk mengolah daging, dan kapak batu yang diasah untuk berburu dan memotong.

Benda-benda sederhana ini memberikan bukti adanya pergeseran evolusi. Dari pembuatan perkakas sederhana menjadi alat yang memungkinkan hominin menyembelih hewan yang lebih besar.

7. Hominin paling awal hidup dengan singa, hyena, dan macan tutul

Penelitian terbaru di Olduvai melukiskan gambaran yang lebih lengkap tentang bagaimana keadaan tempat tinggal hominin awal. Fosil hewan yang ditemukan di samping peralatan batu menunjukkan bila hominin hidup dengan bersaing mendapatkan sumber daya.

Mereka bersaing dengan sapi liar, babi, kuda nil, macan kumbang, singa, hyena, primata lain, reptil dan burung. Untuk bisa bertahan hidup, mereka harus beradaptasi dengan berbagai habitat termasuk padang pakis, tepa, lubang air, dan hutan.

Meski masih awal, peneliti juga menunjukkan bahwa hominin awal sudah mampu membuat rencana. Terutama untuk mengumpulkan bahan-bahan terbaik untuk membuat perkakas.

8. Hominin berburu mangsa 2 juta tahun lalu

Hominin awal diketahui memakan daging, tapi tidak diketahui daging apa. Bukti tak terbantahkan paling awal menunjukan hominin telah memakan daging sejak 400 tahun lalu.

Meski melalui perburuan, mereka kemungkinan pemakan bangkai dan mencuri daging dari singa. Atau menemukan hewan yang mati karena sebab alami.

Studi pada tahun 2010 yang diunggah dalam jurnal Quaternary Research menjelaskan lebih lanjut tentang hal tersebut. Mereka menganalisa situs pemotongan hewan di Ngarai Olduvai tempat bangkai rusa liar dan antelop diproses oleh Homo habilis.

Para peneliti mengamati fosil gigi hewan untuk memastikan usia dan kondisinya. Data ini kemudian dibandingkan dengan fosil hewan yang ditangkap oleh singa atau macan tutul.

Hasilnya, manusia purba cenderung membunuh antelop (sejenis rusa) dewasa yang besar dan sehat. Sedangkan singa dan macan tutul membunuh mangsa besar dari segala usia.

Temuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba tidak hanya mengais daging, tetapi dengan hati-hati memilih hewan mana yang akan mereka buru dan bunuh. Dari penelitian ini juga ditemukan bila hominin mulai berburu sekitar 1,8 juta tahun lebih awal dari yang diperkirakan.

Hal ini juga mewakili langkah evolusi manusia dalam hal tumbuh kembang otak yang lebih besar. Karena mereka mengonsumsi daging yang kaya akan energi.




(det/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads