Apa Itu Arkeometri? Ini Fungsi dan Perkembangannya

ADVERTISEMENT

Apa Itu Arkeometri? Ini Fungsi dan Perkembangannya

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Kamis, 22 Agu 2024 06:00 WIB
Lukisan gua merupakan coretan yang terdapat pada dinding gua atau tebing buatan orang-orang purba sebagai medium untuk menyampaikan pesan.
Lukisan pada gua dapat diidentifikasi menggunakan ilmu arkeometri Foto: Getty Images
Jakarta -

Bagaimana selama ini kita dapat mengenali peninggalan-peninggalan yang telah ditemukan dan mengidentifikasi hal-hal yang pernah terjadi di masa lalu?

Nah, ada suatu bidang ilmu yang disebut dengan arkeometri. Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

Apa itu Arkeometri?

Arkeometri diambil dari bahasa Yunani kuno, yaitu archaeos dan metron, yang masing-masing berarti ukuran dan pengukuran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara etimologis, arkeometri berarti subjek pengukuran interdisipliner yang dilakukan menggunakan instrumen pada bahan kuno seperti artefak.

Menurut Merriam Webster, arkeometri sebagai kata sifat adalah suatu penanggalan artefak atau suatu analisis. Sementara sebagai kata benda, arkeometri adalah penerapan metode dan teknologi ilmiah pada studi arkeologi.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, dilansir dari Springer, arkeometri didefinisikan sebagai bidang studi yang menerapkan teknik dan pendekatan dari ilmu dan teknik fisika, biologi, bumi, dan kimia untuk menjawab masalah arkeologi.

Maka dari itu, arkeometri berpusat pada penelitian yang berkaitan dengan arkeologi, mulai dari hal-hal kuno hingga fenomena yang berhubungan dengan aktivitas budaya manusia.

Apa Kegunaan Ilmu Arkeometri?

Arkeometri mempelajari ilmu pengetahuan arkeologi tentang cara mengumpulkan, menganalisis, mensintesis, dan menafsirkan data secara empiris dan sistematis yang berkaitan dengan catatan material anorganik dan organik dari sejarah manusia.

Maka dari itu, arkeometri memiliki kontribusi penting terhadap warisan budaya dan arkeologi selama bertahun-tahun. Pada akhirnya, United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) dan European Union (EU) menempatkan arkeometri sebagai salah satu prioritas utama keberlanjutan di tingkat nasional dan regional.

Investigasi dilakukan menggunakan pendekatan instrumental dan non instrumental, menggunakan penelitian bahan sasaran (misalnya sifat zat dan konstituennya), serta zat kimia dan biologi, juga residu dari skala molekuler hingga artefak dan ekofak yang dapat diamati secara makroskopis.

Bidang arkeometri termasuk, misalnya, menentukan usia situs dan artefak, sumber objek untuk lokasi asal bahan baku, menentukan pola asupan makanan, dan lain sebagainya.

Sementara itu, contoh analisis arkeometri misalnya analisis elemen jejak untuk menemukan sumber obsidian yang digunakan untuk memproduksi mata panah dan analisis kimia cincin pertumbuhan fosil kerang laut untuk menentukan variasi musiman suhu lokal dari waktu ke waktu.

Dilansir dari penelitian berjudul Archaeometry oleh A.L. Watchman, metode arkeometri tidak digunakan secara terpisah, tetapi melengkapi serangkaian observasi arkeologi lain yang membangun gambaran masa lalu yang lebih lengkap.

Oleh karena itu, arkeometri menyediakan berbagai alat yang memungkinkan para arkeolog memahami peninggalan manusia di masa lalu dengan lebih baik.


Awal Mula Studi Arkeometri

Arkeometri dikenalkan sebagai istilah dan ilmu baru pertama kali oleh seorang arkeolog, Profesor C.F.C. Hawkes, pada akhir tahun 1950-an di Oxford, Inggris.

Penggunaan metode arkeometri pertama adalah kesadaran bahwa lingkaran pertumbuhan tahunan pohon yang digunakan untuk menentukan usia konstruksi prasejarah rumah lubang di barat daya Amerika Serikat menggunakan inti yang diambil dari balok kayu.

Sementara itu penggunaan arkeometri pada penanggalan radiokarbon telah digunakan sejak dulu hingga akhirnya berevolusi menjadi penanggalan zat-zat yang mengandung karbon yang berhubungan dengan endapan arkeologi.

Penanggalan karbon ini digunakan untuk menempatkan penanda waktu pada periode penting aktivitas manusia di perubahan iklim dan saat kepunahan hewan, seperti mammoth berbulu dan harimau bertaring pedang.


Revolusi Arkeometri Modern

Kini, analisis artefak menggunakan teknik tertentu, penginderaan jauh, dan metode penanggalan yang seluruhnya memanfaatkan arkeometri.

Arkeometri dapat diterapkan di laboratorium, lapangan, maupun museum dan mencakup beragam topik seperti penanggalan, produksi dan penggunaan batu, atau asal usul keramik.

Ahli arkeometri saat ini menggunakan teknik komputer canggih untuk menangani sebagian besar data yang terus dihasilkan oleh bidang ini.

Arkeometri mengembangkan penelitian tentang metode DNA bahan baru untuk memperbaiki kesalahan, meningkatkan akurasi dan keandalan.




(pal/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads