Para trader maupun investor saham tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah IHSG. Namun, bagi kebanyakan orang yang belum pernah terjun ke dalam dunia investasi, istilah satu ini tentu membingungkan.
IHSG dipantau setiap hari oleh para investor, analis, maupun media keuangan. Secara ringkas, tujuannya adalah untuk mengetahui tren ekonomi dan pasar modal sehingga bisa mengambil tindakan yang paling tepat demi meraih untung.
Namun, memantau IHSG secara rutin tanpa tahu cara membacanya merupakan masalah besar. Oleh karena itu, detikers harus tahu seluk-beluknya secara ringkas terlebih dahulu sebelum terjun ke dunia investasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah, dalam artikel ini, detikJogja akan menyajikan pembahasan ringkas mengenai apa itu IHSG. Uraian ini akan dimulai dengan definisi alias pengertian, kemudian dilanjut dengan fungsi dan cara membacanya. Baca sampai tuntas, ya!
Pengertian IHSG
Dikutip dari buku Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank (Teori dan Aplikasi) oleh Fatih Fuadi, IHSG adalah singkatan dari Indeks Harga Saham Gabungan. IHSG pertama kali diperkenalkan pada 1 April 1983 silam.
Menurut Robert Ang, IHSG adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja saham yang tercatat dalam suatu bursa efek. IHSG ini ada yang dikeluarkan oleh bursa efek yang bersangkutan secara resmi dan ada pula yang dikeluarkan oleh institusi swasta tertentu, seperti media massa keuangan, institusi keuangan, dan lain-lain.
Lebih lanjut, dikutip dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG adalah indeks yang mengukur kinerja harga semua saham yang tercatat di Papan Utama dan Papan Pengembangan Bursa Efek Indonesia. Perlu dicatat, selain IHSG, BEI punya total 45 indeks saham lainnya dengan peruntukan masing-masing.
Misalnya, ada IDX80 yang hanya mengukur kinerja dari 80 saham dengan likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar plus didukung fundamental perusahaan yang baik. Indeks ini tentu berbeda dibandingkan IHSG yang berisikan kinerja harga seluruh saham dalam BEI, bukan?
Dalam dunia internasional, IHSG dikenal sebagai Indonesia Composite Index atau biasa disingkat IDX Composite. Mengacu pada tren kenaikan atau penurunan harga saham dalam IHSG atau IDX Composite inilah, para investor menentukan langkah.
Fungsi IHSG
Lalu, apa gunanya IHSG? Dirujuk dari laman resmi Sahabat Pegadaian, terdapat tiga fungsi IHSG, yakni:
1. Mengukur Kinerja Portofolio
Pertama, IHSG bisa digunakan untuk mengukur kinerja portofolio. Apa itu portofolio? Dikutip dari buku Mengenal Saham oleh Dr Rulyanti Susi Wardhani SE MSi dkk, portofolio adalah kumpulan atau gabungan dari berbagai instrumen investasi.
Mudahnya, portofolio adalah daftar aset saham yang dimiliki perusahaan atau perorangan. Dengan memantau pergerakan dalam IHSG, kamu bisa memprediksi keuntungan yang dapat diperoleh dari saham-saham dalam portofoliomu.
2. Melihat Perkembangan Ekonomi
IHSG juga bisa digunakan untuk melihat perkembangan ekonomi Indonesia secara kasar. Pasalnya, semakin besar tingkat investasi dalam sebuah negara, semakin besar pula aliran modal negara tersebut. Biasanya, jika IHSG mengalami kenaikan, berarti investor punya kepercayaan tinggi, baik terhadap prospek ekonomi, dunia usaha, dan lain sebagainya. Begitu pula sebaliknya.
3. Memantau Pergerakan Pasar Modal
Fungsi ketiga IHSG adalah untuk memantau pergerakan pasar modal Indonesia. Sebab, nilai IHSG didapat dari rata-rata harga saham secara real time di BEI. Perlu dicatat, nilai IHSG diambil dari rata-rata sehingga detikers bisa saja menemukan harga saham yang berbeda dengan nilai IHSG ini.
Cara Membaca IHSG
IHSG bisa detikers akses via situs atau aplikasi sekuritas untuk investasi yang detikers pakai. Ketika kamu buka, akan tampak grafik IHSG dalam berbagai bentuknya, mulai dari candlestick chart, bar chart, hingga line chart.
Bila tren harga rata-rata saham di Indonesia sedang naik, maka grafik akan berwarna hijau. Sebaliknya, jika tren sedang turun, maka grafik akan berwarna merah dan grafik bakal tampak turun dibanding waktu-waktu sebelumnya.
Umumnya, ketika grafik IHSG sedang hijau, detikers bisa menjual saham yang dipunya sehingga keuntungan diraup. Namun, ada kalanya lebih baik melakukan hold (menahan) sembari berharap harga terus naik. Alhasil, ketika kamu memutuskan menjual saham, gain (perolehan)-nya lebih besar.
Adapun jika nilai IHSG sedang turun, detikers bisa menjual sejumlah saham untuk meminimalisir kerugian lebih lanjut. Namun, kamu juga bisa menahan saham dan menunggu hingga harga naik kembali.
Di sisi lain, saat saham turun adalah momen tepat untuk membeli saham. Hanya saja, sebelum membeli suatu saham, detikers perlu melakukan riset terlebih dahulu. Beberapa hal yang perlu diketahui meliputi tren kenaikan dan penurunan harganya, profit perusahaan dari tahun ke tahun, jumlah dividen yang dibagikan, dan prospek perusahaan ke depan.
Nah, itulah penjelasan singkat mengenai IHSG yang populer dalam dunia saham, mulai dari pengertian hingga cara membacanya. Semoga bisa membantu detikers, ya!
(sto/apl)












































Komentar Terbanyak
Apa Bedanya Hamengku Buwono, Paku Alam, Paku Buwono, dan Mangkunegara?
Pandji Pragiwaksono Dituntut 50 Kerbau gegara Candaan Adat Pemakaman Toraja
Ignasius Jonan Ungkap Isi Pertemuan 2 Jam dengan Prabowo