Dalam upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI), pembina upacara biasanya akan menyampaikan sambutan atau pidato. Tentunya, pidato yang harus disampaikan harus bertema kemerdekaan.
Pidato 17 Agustus juga harus mempunyai isi yang selaras dengan kondisi Indonesia saat ini agar maknanya diresapi oleh khalayak. Teks pidato 17 Agustus juga terkadang diperlukan oleh para pemegang jabatan tertentu seperti kepala desa, ketua karang taruna, dan lainnya.
Mereka dituntut untuk menyampaikan makna kemerdekaan dalam acara pembukaan lomba, karnaval, dan lainnya. Mengutip berbagai sumber, berikut ini contoh teks pidato 17 Agustus yang bisa dijadikan referensi:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Contoh Teks Pidato 17 Agustus Versi 1
Assalamu alaikum wr. wb.
Yang saya hormati Bapak/Ibu..... dan seluruh hadirin yang ada di tempat ini
Bulan ini adalah bulan yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia. Sebuah peristiwa yang sangat amat bersejarah terjadi bulan ini tepatnya 17 Agustus 1945, yaitu diproklamirkannya Kemerdekaan Republik Indonesia. Alhamdulillah sampai hari ini bangsa Indonesia telah menikmati alam kemerdekaan selama 79 tahun.
Dalam memperingati HUT RI yang ke 79 ini telah banyak pendapat dan komentar telah diluncurkan di berbagai media massa tentang makna kemerdekaan. Umumnya, mereka menyatakan, bahwa secara fisik, Indonesia memang telah merdeka, namun ditinjau dari nilai hakikat kemerdekaan, maka tujuan kemerdekaan itu sendiri masih jauh dari harapan.
Dalam Pembukaan UUD 1945. terdapat tujuan negara yaitu untuk membentuk pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Tujuan negara yang sangat luhur tersebut, telah dipikirkan, digagas serta dituangkan dalam sebuah dokumen Negara, sehingga Negara dan kita sebagai warga Negara yang baik berkewajiban untuk melaksanakan dan mencapai tujuan tersebut.
Tetapi apakah tujuan sebagai Negara yang merdeka tersebut sudah tercapai di usia yang ke-79 tahun ini? Sebagai warga yang baik kita harus melihat, mendengar, membaca, dan mengintropeksi diri kita apakah selama 79 tahun kemerdekaan Negara ini, kita telah berbuat banyak untuk Negara kita, atau bahkan kita hidup dalam penjajahan dalam bentuk lain?
Agar kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan dapat kita lestarikan maka kita harus memiliki:
1. Karakter kompetitif
Karakter yang memiliki esensi sebuah mentalitas dan watak yang mendorong adanya semangat belajar yang tinggi. Pembudayaan karakter ini akan mendorong minat untuk terus melakukan pembelajaran dalam memahami sekaligus mengatasi persoalan yang dihadapi.
2. Karakter inovatif
Karakter inovatif adalah watak dan mentalitas yang selalu mendorong kita
dalam melakukan inovasi-inovasi baru pada berbagai hal. Pada hakekatnya inovasi hanya dapat diciptakan setelah melalui serangkaian proses belajar secara kolektif, atau lazim dikenal dengan learning curve. Bangsa yang maju dan modern memiliki sejumlah learning curve yang dapat menjadi dasar bagi tumbuh dan berkembangnya proses inovasi. Mentalitas inovasi tidak lepas dari proses belajar, termasuk belajar dari kesalahan dan kegagalan di masa lalu.
Semoga dengan upacara hari ulang tahun kemerdekaan ke-79 ini kita semua benar benar merdeka dan hidup sesuai dengan tujuan kemerdekaan tersebut. Merdeka.....merdeka...merdeka
Wassalamu'alaikum wr wb...
Sumber: Website Universitas Bung Hatta
Contoh Teks Pidato 17 Agustus Versi 2
Bismillahirrohmanirrohim.
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Salam sejahtera bagi kita semua
Om swastiastu
Namo buddhaya
Salam kebajikan.
Yang saya hormati Bapak/Ibu..... dan seluruh hadirin yang ada di tempat ini
Seperti ungkapannya Gus Dur, orang tak akan bertanya apa agamamu, apa sukumu ketika berbuat baik. Dalam masa perjuangan setelah kemerdekaan ini sudah semestinya kita tidak membedakan suku, agama ataupun ras. Tak peduli warna kulit, rambut, jenis kelamin, kaya ataupun miskin. Semua sama di mata negara.
Founding fathers bangsa ini telah memberi contoh lewat laku, bukan sekadar gembar-gembor persatuan. Mereka berdarah-darah menegakkan kemerdekaan. Sebenarnya kita pun mewarisi semangat itu. Namun karena kadang kita memupuk borok dalam dada, membuat kita terlena hingga dengan rasa tanpa dosa saling menghina dan mencerca, bahkan ada yang nekad hendak mengganti Pancasila.
Siapa yang mempermasalahkan Agustinus Adisucipto sebagai pahlawan? Apakah karena beliau seorang Katolik, lantas yang dari Hindu, Budha, Islam, Kristen dan Kong Hu Chu menggerutu?.
Kemudian Albertus Soegijapranata. Beliau merupakan uskup pribumi pertama di Indonesia. Bahkan karena nasionalismenya keras, beliau tidak henti-hentinya mengagungkan semboyan "100% Katolik, 100% Indonesia" dan ungkapan itu terus berdengung hingga kini.
Lantas mari kita tengok pahlawan dari Budha, yang merupakan saudara kita sendiri dari Banyumas, Letjen Gatot Subroto. Yang tidak kalah penting perannya dalam perjuangan adalah saudara-saudara kita dari Tionghoa. Ada Yap Tjwan Bing lahir pada 31 Oktober 1910 di Solo. Beliau merupakan satu satunya anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dari Tionghoa dan turut hadir dalam pengesahan UUD 1945 dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada 18 Agustus 1945.
Ada pula Liem Koen Hian merupakan salah satu anggota dari Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Bahkan beliau jadi salah satu inspirator Bung Karno ketika pidato di majelis BPUPKI tentang berdirinya negara yang tanpa berasaskan ras maupun agama.
Dan sepatutnya kita pun berterima kasih pada tokoh keturunan Arab, Faradj bin Said bin Awak Martak. Pedagang kelahiran Yaman Selatan ini dengan berani menyediakan rumahnya di Pegangsaan Timur No 56 sebagai lokasi proklamasi kemerdekaan RI.
Lantas siapa yang mempermasalahkan kepahlawanannya I Gusti Ngurah Rai, Untung Suropati, KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asy'ari karena agamanya? Bibit jiwa kita adalah bibit tepo sliro, bibit handarbeni, bibit paseduluran.
Pancasila sebagai dasar Republik adalah harga mati. Tidak bisa ditawar dan harus kita tanam sedalam-dalamnya di Bumi Pertiwi. Pancasila inilah sebagai induk semangnya negara ini, yang di dalamnya bersemayam ajaran-ajaran agama: Hindu, Budha, Islam, Katolik, Kong Hu Chu dan Kristen. Yang di dalamnya bersemayam spirit-spirit berasaskan kebudayaan Nusantara.
Kalaulah sistem pemerintahannya pernah berubah, toh akhirnya jiwa-jiwa yang telah menyatu dari Sabang sampai Merauke dari Miangas hingga Rote tidak bisa dipisahkan.
Sejarah mencatat, setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 sistem pemerintahan sempat berganti menjadi Republik Indonesia Serikat pada 27 Desember 1949. Namun akhirnya sejak 17 Agustus 1950 Tanah Air ini kembali tegak berdiri sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sampai kapan? Seperti ungkapan Bung Karno, "Di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara indonesia yang kekal dan abadi."
Bung Karno mengatakan, "Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan gotong-royong. Gotong-royong adalah pembantingan - tulang bersama, pemerasan-keringat bersama, perjuangan bantubinantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho-lopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama!"
Tekad kebersamaan, senasib sepenanggungan inilah yang terus kita emban untuk menghadapi zaman. Sejak dilahirkan Indonesia mendapat berbagai tantangan dan persoalan berat, mulai dari seringnya bencana alam, korupsi, konflik sosial, gerakan separatisme dan radikalisme. Belum lagi tantangan modernisasi yang bergerak seiring dentang jam. Jangan lagi ada niatan mengganti ideologi bangsa, jangan lagi ada ungkapan, "Ah kamu. Batak, ah kamu Irian, ah kamu Bugis, ah kamu Sunda, ah kamu Madura, ah kamu Jawa." Jangan lagi ada. Perbincangan kita harus melompat jauh ke depan.
Bangsa Cina dan India telah bergerak menuju Bulan, bangsa Amerika telah bersiap membangun perumahan di Mars. Meski saat ini kita belum mampu, jangan biarkan anak-anak kita hanya jadi penonton atas keberhasilan bangsa lain. Kita siapkan mereka saat ini, kita bekali mereka dengan ilmu pengetahuan dan semangat toleran, agar mereka juga bisa sampai ke Bulan, ke Mars, dan Galaksi lain.
Kitalah yang menanggung dosa besar jika mereka tertinggal. Kitalah yang menanggung dosa besar jika mereka diremehkan. Kita lah yang menanggung dosa besar jika mereka dilecehkan. Gold generation harus benar-benar tercipta di tahun 2045, 21 tahun lagi. Mulai sekarang segala daya upaya, tenaga dan pikiran, jiwa dan raga kita kerahkan untuk masa depan cemerlang anak-anak kita. Kita rebut kembali kejayaan Majapahit, yang mampu ekspansi ke bagian bumi di Utara.
Anak-anak kita harus jadi arus besar perubahan yang meluncur ke Utara, ke seluruh bagian di penjuru dunia. Inilah saatnya kita kirim arus balik, setelah sekian lama kita diterpa berbagai kemajuan dari belahan bumi lain.
Wahai pemuda, persiapkan mental dan akalmu. Jangan melempem berhadapan dengan bangsa lain, jangan lembek ketika ada yang mengejek. Kepalkan tekadmu, bulatkan semangatmu. Saudara-saudaraku, semua hal itu akan mampu kita hadapi dengan satu senjata, kebersamaan. Persatuan Indonesia !
Kita ini diciptakan atas satu jalinan sebagai sapu lidi, yang jika lepas ikatannya ambyar kebangsaan kita, ambyar negara kita, ambyar Indonesia Raya. Sejarah telah mengikat kuat kita, perasaan senasib sepenanggungan telah menyatukan kita, dan Pancasila telah mendasari kita sebagai bangsa dan negara yang besar.
Yakinlah kecemerlangan bangsa ini takkan lama lagi. Indonesia akan berjaya seribu windu lamanya, bahkan lebih. MERDEKA!
Wabillahi Taufik wal hidayah
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera bagi kita semua
Om swastiastu
Namo buddhaya
Salam kebajikan.
Sumber: Website Pemerintah Jawa Tengah
Contoh Teks Pidato 17 Agustus Versi 3
Saudara-saudara,
Pada kesempatan yang baik ini, di depan sidang yang terhormat ini, saya mengajak saudara-saudara se-bangsa dan se-tanah air untuk melakukan refleksi perjalanan kehidupan bangsa Indonesia yang telah berjalan selama 79 tahun. Ada tiga momen sejarah bangsa yang ingin saya ajak saudara-saudara untuk merenungkannya, dan mengambil mutiara kebajikan (wisdom), yang berguna bagi perjalanan bangsa kita ke depan. Bukankah pepatah mengatakan : "sejarah adalah guru kehidupan?"
Pertama, tentang makna proklamasi kemerdekaan 1945, dan bagaimana kita terus mengaktualisasikan semangat kemerdekaan ini di masa kini dan di masa mendatang.
Refleksi yang kedua adalah tentang apa yang terjadi di negeri kita lima puluh tahun yang lalu. Kita kenal ada tonggak sejarah penting pada waktu itu, yaitu dikeluarkannya Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959, untuk kembali kepada Undang-undang Dasar 1945. Ini merupakan tonggak sejarah, karena kalau kita lihat benang merahnya, sesungguhnya bangsa Indonesia yang baru merdeka saat itu, ingin betul mencari bentuk atau sosok demokrasi yang diyakini paling tepat untuk negeri kita.
Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah air, marilah kita melakukan refleksi yang pertama, yaitu makna Indonesia Merdeka. Kemerdekaan adalah "jembatan emas" demikian kata Presiden pertama kita, sekaligus proklamator kemerdekaan, Bung Karno. Melalui "jembatan emas" itu, bangsa Indonesia meninggalkan kegelapan alam penjajahan dan memasuki alam kemerdekaan dengan penuh sinar harapan.
Memang, proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 adalah kulminasi dari suatu perjuangan yang menakjubkan. Kemerdekaan itu kita rebut, kita raih dan kita pertahankan dengan segala pengorbanan : dengan darah, keringat dan air mata.
Semua ini mengingatkan kita bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa pejuang. Semangat juang yang luhur ini tidak boleh padam. Bahkan, dalam konteks era demokrasi dan globalisasi dewasa ini, semangat perjuangan ini justru menjadi semakin relevan dalam upaya kita bersama untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan unggul di abad ke-21. Kita harus terus menjaga karakter perjuangan ini dan mewariskannya kepada generasi mendatang.
Semoga persaudaraan erat kita ini jadi pemicu perdamaian dan kemajuan di seluruh Indonesia, di seluruh penjuru Nusantara.
Merdeka! Merdeka! Merdeka!
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Sumber: Website Perpustakaan Bappenas RI
Itulah beberapa contoh teks pidato 17 Agustus yang bisa dijadikan referensi. Semoga bermanfaat ya.
(cyu/pal)