Sekarang ini separuh wilayah Indonesia telah mengalami musim kemarau. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya menyampaikan puncak musim kemarau 2024 terjadi pada Juli-Agustus.
Musim kemarau dapat menimbulkan kekeringan meteorologis, kebakaran hutan lahan, kurangnya air bersih, juga gagal panen.
Kekeringan meteorologis adalah kekeringan yang disebabkan tingkat curah hujan suatu daerah di bawah normal, seperti dikutip dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah NTB.
Maka dari itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk waspada dan melakukan antisipasi seperti menghemat air, menampung air hujan, penghijauan, hingga pergerakan waduk agar dapat menampung air lebih banyak.
Daftar Wilayah Berpotensi Kekeringan Meteorologis
BMKG telah menyampaikan informasi potensi kekeringan meteorologis di beberapa wilayah di Indonesia, pada dasarian I Agustus 2024 atau 1-10 Agustus 2024.
Dikutip dari unggahan media sosial resmi BMKG, berikut ini daftar wilayah dengan potensi kekeringan meteorologis dengan kategori Awas, Siaga, dan Waspada:
Awas: Beberapa kabupaten di Jawa Timur, NTB, dan NTT
Siaga: Beberapa kabupaten di Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, NTB, NTT
Waspada: Beberapa kabupaten di Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB.
Antisipasi Hadapi Kekeringan/Karhutla
BMKG mengimbau sederet hal ini untuk mengantisipasi kekeringan/kebakaran hutan dan lahan (karhutla):
- Tidak membuang puntung rokok di sembarang tempat
- Tidak membuka lahan pertanian/perkebunan dengan cara membakar
- Tidak meninggalkan api di hutan dan lahan
- Menempatkan lilin/obat nyamuk/lampu minyak di tempat yang aman
- Tidak menyalakan kompor/sejenisnya ketika meninggalkan rumah dan ketika tidur/istirahat
- Menyediakan alat pemadam api ringan (APAR) di gedung perkantoran dan permukiman, serta menyediakan fasilitas pemadam kebakaran darurat seperti bak air, ember, karung goni, dan lainnya yang bisa digunakan ketika terjadi kebakaran
- Melakukan perbaikan/penggantian instalasi listrik yang tidak layak pakai untuk menghindari arus pendek.
(nah/faz)