Seekor paus ditemukan terdampar di dekat muara pantai di Selandia Baru. Setelah awalnya sulit dikenali, ilmuwan berhasil mengungkapkan bahwa itu adalah jenis paus paling langka di dunia.
Paus bergigi sekop (Mesoplodon traversii) adalah paus paling langka di dunia yang dimaksud. Saat ditemukan pada 4 Juli 2024 lalu, paus ini telah mati dan berukuran sekitar 5 meter.
Nama latin paus langka ini diambil untuk menghormati sang kolektor, Henry Hammersley Travers. Paus ini pertama kali ditemukan sebagian rahangnya pada 1872 di Pulau Pitt, Selandia Baru. Kemudian paus ini diilustrasikan pada 1873 oleh James Hector, seperti dilansir dari animalia.bio.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bangkai Paus akan Diidentifikasi Ilmuwan
Mesoplodon traversii disebut sebagai paus paling langka di dunia karena hampir tidak pernah ditemukan hidup-hidup.
Maka dari itu, kini bangkai paus bergigir sekop itu dikirim ke University of Auckland untuk diletakkan di dalam penyimpanan dingin sebagai kurator Arsip Jaringan Cetacea Selandia Baru. Para pakar memerlukan waktu beberapa minggu hingga bulanan untuk memproses DNA dan mengonfirmasi identifikasi akhir.
"Penyelidikan DNA yang telah dilakukan menunjukkan bahwa paus ini termasuk mamalia besar yang langka dan kurang dikenal di zaman terkini," ujar Gabe Davies, manajer operasi pesisir Otago dari Departemen Konservasi, dikutip dari Science Alert.
"Sejak tahun 1800-an, hanya pernah mendokumentasikan enam sampel dari seluruh dunia, lima di antaranya berasal dari Selandia Baru," imbuhnya.
Dari sudut pandang ilmiah dan konservasi, dokumentasi sampel ini sangat penting. Penemuan baru itu pun memberikan kesempatan pertama bagi paus bergigi sekop itu untuk dibedah.
Data Paus Bergigi Sekop Masih Sangat Kurang
Meski paus ini telah dideskripsikan pada 1874, tetapi hanya dari rahang bawah dan dua gigi yang dikumpulkan dari Kepulauan Chatham di lepas Pantai Timur Selandia Baru.
Sampel tersebut, bersama dengan sisa-sisa kerangka dari dua spesimen lain yang ditemukan di Selandia Baru dan Chili, memungkinkan para ilmuwan untuk mengonfirmasi keberadaan spesies baru.
"Karena kelangkaan paus, maka memerlukan waktu yang lebih lama karena ini adalah diskusi penting secara internasional," ujar Departemen Konservasi dalam keterangannya.
Sedikitnya spesimen yang ditemukan pun serta tidak adanya penampakan langsung, maka hanya sedikit hal pula yang diketahui dari paus bergigi sekop. Pada akhirnya, paus tersebut diklasifikasikan sebagai 'data kurang' berdasarkan New Zealand's Threat Classification System.
"Para peneliti akan mempelajari isi perut paus, genetika, dan bagaimana jika sampel ini dibandingkan dengan sampel sebelumnya" kata ilmuwan kelautan Vanessa Pirotta.
Dengan mempelajari hal tersebut, pakar meyakini akan ada gambaran perilaku paus, populasi paus tersebut dan alasan mereka menjadi langka.
Spesimen Lain Paus Bergigi Sekop yang Pernah Ditemukan
Menurut laporan, spesimen utuh pertama paus bergigi sekop ditemukan di Bay of Plenty pada Desember 2010. Spesimen itu berasal dari induk dan anak paus yang terdampar di sana. Awalnya, spesimen tersebut diduga sebagai paus berparuh Gray.
Paus tersebut tidak dikenali sebelum ditemukan tengkoraknya pada 1986. Akan tetapi, analisis genetik kemudian mengungkapkan bahwa spesimen tersebut adalah spesimen lengkap pertama dari paus bergigi sekop. Penampilan luarnya baru dideskripsikan pada 2012.
Karena awal lokasi ditemukannya paus ini berada, diasumsikan bahwa populasi M. traversii yang tersisa hanya tinggal di Pasifik Selatan. Lalu pada 2017 ditemukan paus bergigi sekop lainnya yang terdampar di Gisborne, menambah satu spesimen lagi ke dalam koleksi.
Fakta penemuan spesies paus yang tak pernah dilihat hidup-hidup ini menambah ambisi para ilmuwan. Mereka berharap ada spesies tak dikenal yang lebih menarik yang menunggu untuk ditemukan.
(faz/faz)