Turbulensi Pesawat Ekstrem Sebenarnya Jarang Terjadi, Kenapa Saat Ini Jadi Momok?

ADVERTISEMENT

Turbulensi Pesawat Ekstrem Sebenarnya Jarang Terjadi, Kenapa Saat Ini Jadi Momok?

Nikita Rosa - detikEdu
Senin, 29 Jul 2024 07:00 WIB
Ilustrasi Turbulensi
Ilustrasi Turbulensi Pesawat. (Foto: iStock)
Jakarta -

Turbulensi parah menimpa pesawat Singapore Airlines dan Air Europa beberapa waktu lalu. Terjadi berdekatan, ilmuwan mulai menyoroti perubahan iklim sebagai momok dari kejadian ini.

Pada akhir bulan Mei, seorang pria meninggal dan puluhan lainnya terluka akibat turbulensi ekstrem pesawat Singapore Airlines dalam perjalanan ke Singapura dari London. Hampir 2 bulan setelahnya, pesawat Air Europa mengalami turbulensi parah saat melakukan perjalanan dari Spanyol ke Uruguay.

Turbulensi ekstrem sendiri sangat jarang terjadi. Namun, dua insiden baru-baru ini telah memicu kekhawatiran dan ketakutan di kalangan penumpang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Studi ilmiah menunjukkan jika perubahan iklim memang meningkatkan kejadian dan intensitas turbulensi pesawat. Bagaimana caranya? Sebelum memahami dampak perubahan iklim pada turbulensi, mari kita pelajari apa itu turbulensi.

Apa Itu Turbulensi?

Turbulensi adalah pergerakan udara yang tidak teratur yang dialami penumpang pesawat berupa benturan dan guncangan. Ada tiga penyebab dasar turbulensi penerbangan yang parah, yaitu medan, badai petir, dan arus udara.

ADVERTISEMENT

Formasi geologi seperti barisan pegunungan mengganggu aliran udara dan dapat menimbulkan guncangan, proses ini dikenal sebagai turbulensi gelombang gunung. Badai petir juga dapat mengguncang atmosfer dan memicu turbulensi.

Isabel Smith, ahli meteorologi dan mahasiswa PhD di University of Reading di Inggris, mengatakan jika aliran jet, aliran angin kencang yang mengelilingi Bumi pada ketinggian atmosfer yang tinggi, juga dapat menimbulkan guncangan pada pesawat.

Turbulensi Semakin Parah karena Perubahan Iklim

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ketiga penyebab turbulensi dapat diperburuk oleh perubahan iklim. Pemanasan global tidak membuat pegunungan menjadi lebih besar, namun menyebabkan pergeseran atmosfer bagian atas yang dapat mendorong pergerakan udara yang lebih intens di atas pegunungan.

Dalam Pop Science, dijelaskan bahwa turbulensi yang dipicu oleh badai, juga akan memburuk seiring dengan pemanasan global.

Penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa badai umumnya menjadi lebih intens dan sering terjadi akibat perubahan iklim, sebagian karena udara yang lebih hangat mengandung lebih banyak kelembapan.

Dalam studi yang dipimpin oleh Smith dan diterbitkan tahun lalu, dia menyimpulkan bahwa setiap peningkatan pemanasan sebesar satu derajat Celcius akan meningkatkan turbulensi terkait aliran jet sebesar 9%-14%.




(nir/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads