Seorang ibu dengan putri belia bergelar doktor, membeberkan bagaimana gaya pengasuhannya. Ada beberapa aturan baku dalam parenting yang selalu dia terapkan.
Jimalita Tillman, nama ibu tersebut, mengetahui putrinya Dorothy Jean berbakat sejak usia yang sangat dini.
Jean menjalani homeschooling sejak usia 7 tahun. Lalu dia mengambil kursus tingkat sekolah menengah atas setahun kemudian dan memperoleh diploma perguruan tinggi pertamanya, gelar associate, pada usia 10 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jean lantas meraih gelar sarjana pada usia 12 tahun dan gelar master ilmu lingkungan dua tahun kemudian. Keduanya dilakukan secara online.
Tahun lalu, dalam usianya yang baru 17 tahun, Dorothy Jean memperoleh gelar doktor di bidang integrated behavioral health dari Arizona State University. Kini usianya 18 tahun dan dia mempertimbangkan rencana masa depan. Rencana itu dilakukan sambil menjalankan Dorothy Jeanius STEAM Leadership Institute, sebuah organisasi yang dia luncurkan pada tahun 2020 untuk menawarkan program pendidikan bagi pemuda kulit hitam di Chicago.
Rahasia Parenting
Tillman mengatakan, ada empat aturan yang tidak bisa dinegosiasi selama dia membesarkan Dorothy Jean, yakni:
1. Sepakati Ekspektasi yang Jelas
Tillman menyarankan, agar orang tua memiliki kesepakatan dengan ekspektasi anak-anaknya. Maksudnya, orang tua dan anak menyepakati apa yang diharapkan dari mereka, mulai dari tugas sekolah hingga kegiatan ekstrakurikuler.
Hal ini bisa berupa menyelesaikan pekerjaan rumah sebelum menonton televisi, atau berpartisipasi dalam klub tambahan sepulang sekolah hanya jika mereka mempertahankan nilai bagus.
Dikutip dari CNBC Make It, penelitian menunjukkan anak-anak berbakat, membutuhkan ekspektasi yang jelas dan akuntabilitas ketika mereka gagal memenuhi ekspektasi tersebut.
Para ahli berpendapat agar orang tua memberikan suara dalam menyusun pedoman tersebut. Hal ini membantu menumbuhkan kepercayaan diri dan motivasi diri, yang keduanya merupakan kunci kesuksesan jangka panjang.
2. Ajarkan Akuntabilitas dan Contohkan
Tillman menyarankan agar orang tua mempertahankan tanggung jawab.
"Tunjukkan tingkat kerentanan Anda kepada anak-anak (untuk) menunjukkan kepada mereka bagaimana membuat diri mereka bertanggung jawab dan mampu menyelesaikan hal-hal yang perlu mereka selesaikan," jelasnya.
Psikolog Cindy Graham menyarankan kepada orang tua agar bercerita dengan jujur kepada anak-anaknya tentang saat-saat ketika gagal memenuhi harapan orang tua dan bagaimana mengembalikan diri ke jalur yang benar. Hal ini dapat mengajarkan anak banyak hal tentang bagaimana orang dewasa yang bertanggung jawab mengambil tanggung jawab.
Hal itu bisa dilakukan dengan cara yang sederhana seperti meminta maaf kepada anak ketika terlambat menjemputnya atau kehilangan kesabaran karena sesuatu yang sepele.
"Anak-anak cenderung mengulangi apa yang mereka lihat (dan) dilakukan orang lain. Jadi penting bagi pengasuh untuk menyadari pelajaran yang dipelajari anak-anak dari mereka," kata Graham kepada HuffPost pada tahun 2021, dikutip dari CNBC Make It.
3. Memiliki Iman
"Anda harus berakar pada suatu keyakinan dan berpegang pada keyakinan itu," kata Tillman.
Dia mengaku dengan putrinya sangat aktif di gereja. Namun, yang dia maksud tidak harus bersifat religius.
"Cukuplah Anda yakin pada gagasan bahwa segala sesuatunya akan berjalan dengan sendirinya pada akhirnya," ujarnya.
Psikolog pendidikan dan pakar parenting Michele Borba kepada CNBC Make It tahun lalu mengatakan, apa pun sumber optimismenya, pandangan positif yang dapat dipetik oleh anak-anak dari orang tuanya dapat menumbuhkan rasa percaya diri.
"Itu mungkin salah satu korelasi kesuksesan tertinggi," kata Borba.
Orang tua dan anak-anak sama-sama membutuhkan kepercayaan diri ketika menghadapi rintangan hidup yang tidak terelakkan.
"Terkadang, keyakinan Anda hanya bergantung pada diri Anda sendiri. Akan ada saat-saat ketika Anda akan menghadapi para penentang. Tagihan sudah jatuh tempo. Uang sekolah sudah jatuh tempo," ungkapnya.
4. Hindari Membandingkan Anak dengan Perbandingan yang Tidak Adil
Jangan gunakan prestasi orang lain untuk memotivasi anak Anda agar sukses dan ingatlah setiap anak berkembang dengan kecepatannya masing-masing, menurut para psikolog. Peneliti parenting Jennifer Breheny Wallace menyebut, perbandingan terus-menerus justru bisa menjadi bumerang karena membuat anak-anak merasa rendah diri.
Tillman menyebut, dia dengan tegas menghindari membandingkan prestasi Dorothy Jean dengan orang lain. Dia bersikeras juga, orang tua lain tidak boleh membandingkan anak-anak mereka dengan Dorothy Jean.
"(Jangan) berkata, 'Kamu harusnya seperti ini. Lihat apa yang dilakukan anak ini,'" katanya.
"Perbandingan sungguh mengerikan. Itu sangat buruk bagi harga diri dan kepercayaan diri anak. Bagaimana mereka bisa menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri?" pungkasnya.
(nah/nwy)