Micin adalah penambah rasa makanan yang sering dianggap berbahaya untuk tubuh oleh banyak orang. Namun, benarkah micin berbahaya?
Faktanya, micin atau Monosodium Glutamat (MSG) adalah penambah rasa makanan yang aman digunakan. Badan Pengawas Obat Makanan Amerika Serikat atau Food and Drug Administration (FDA), menyatakan jika MSG aman digunakan dengan label resmi Generally Recognized as Safe (GRAS).
Mengutip situs Kementerian Kesehatan (Kemenkes), micin biasanya berbentuk kristal putih yang terbuat dari ekstrak tetes tebu, kemudian difermentasi.
Di Indonesia, takaran MSG telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.033 Tahun 2012 dan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan makanan RI No.23 tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Penguat Rasa.
Aturan itu menyimpulkan bahwa MSG adalah salah satu bahan tambahan pangan penguat rasa yang aman dan diizinkan untuk dikonsumsi dalam takaran yang sesuai.
Meski Aman, Benarkah Micin Bisa Berbahaya?
Pada tahun 1990-an, FDA menugaskan sekelompok ilmuwan independen untuk menyelidiki apakah MSG membuat orang sakit.
Hasilnya, mereka menyimpulkan bahwa micin aman. Namun, terdapat catatan bahwa individu yang mengonsumsi 3 gram atau lebih MSG tanpa makanan dan sensitif terhadap asam amino dapat mengalami gejala ketidaknyamanan sementara.
Efek itu antara lain sakit kepala, mati rasa, kulit memerah, kesemutan, jantung berdebar, dan mengantuk, sebagaimana dikutip dari Forbes.
Dalam sebuah tinjauan literatur yang tersedia pada 2023, telah memperkirakan rata-rata asupan makanan dengan tambahan MSG di Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Inggris adalah 0,6 gram per hari.
Rata-ratanya lebih tinggi di Asia Timur, masing-masing mencapai 1,6 gram 2,3 gram per hari di Jepang dan Korea Selatan. Otoritas Keamanan Pangan Eropa merekomendasikan asupan harian kurang dari 30 miligram per hari per kilogram berat badan.
Menurut Penelitian dan Edukasi Alergi Makanan (FARE), tubuh memetabolisme senyawa sederhana dalam tambahan MSG dengan cara yang sama seperti tubuh memetabolisme MSG yang terjadi secara alami.
Oleh karena itu, penting untuk memahami perbedaan antara alergi makanan dan intoleransi. Alergi melibatkan sistem kekebalan tubuh sedangkan intoleransi adalah gangguan pada saluran pencernaan.
Sejak Kapan Muncul Anggapan Micin Berbahaya?
Dikutip dari Healthline, MSG dianggap buruk pada 1960-an ketika dokter keturunan Tionghoa-Amerika, Robert Ho Man Kwok menulis surat kepada New England Journal of Medicine menjelaskan bahwa ia jatuh sakit setelah mengonsumsi makanan Tiongkok.
Kala itu, dia menulis bahwa gejalanya mungkin disebabkan oleh konsumsi alkohol, natrium, atau MSG. Hal ini kemudian memicu sejumlah misinformasi tentang MSG, yang kemungkinan besar terkait dengan bias yang ada terhadap imigran Tiongkok dan masakan mereka.
Surat tersebut menyebabkan gejala Kwok ditetapkan sebagai "sindrom restoran Cina", yang kemudian menjadi "kompleks gejala MSG" (MSC).
Belakangan, banyak penelitian mendukung reputasi buruk MSG, yang menyatakan bahwa bahan tambahan tersebut sangat beracun. Namun, bukti saat ini mempertanyakan keakuratan penelitian sebelumnya karena beberapa alasan, karena:
- Kurangnya kelompok kontrol yang memadai
- Ukuran sampel yang kecil
- Kelemahan metodologis
- Kurangnya keakuratan dosis
- Penggunaan dosis yang sangat tinggi yang jauh melebihi yang dikonsumsi dalam makanan pada umumnya
- Pemberian MSG melalui rute yang sedikit atau tidak ada relevansinya dengan asupan makanan oral, seperti suntikan.
Spesialis sakit kepala dan asisten profesor kedokteran dan neurologi di Icahn School of Medicine di Mount Sinai, New York, Fred Cohen, menemukan bahwa dalam banyak studi, MSG disebut bisa jadi pemicu potensial sakit kepala karena menggunakan dosis yang jauh lebih tinggi dari konsumsi normal.
Nyatanya, uji klinis melaporkan hasil yang bertentangan dan peran MSG dalam menyebabkan migrain masih belum jelas. Ini membuat banyak anggapan muncul bahwa MSG dapat menjadi pemicu sakit kepala, padahal tidak.
"Ada berbagai bahan, seperti alkohol, produk susu, atau telur, yang secara luas dianggap aman, tetapi masih memicu sakit kepala pada beberapa orang," ucapnya, seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Jadi bisa disimpulkan berdasarkan studi dan lembaga ahli, micin adalah penambah rasa makanan yang aman dalam takaran tertentu. Ini artinya, konsumsi micin aman selama sesuai dengan takaran asupan per harinya.
Secara umum, dalam satu porsi makanan yang diperkaya MSG, biasanya mengandung kurang dari setengah gram bahan tambahan atau masih dalam takaran yang sesuai untuk tubuh.
Simak Video "Video: PM Israel Benjamin Netanyahu Keracunan Makanan Basi"
(faz/nwy)