Bisingnya Kongkang Jeram Cari Jodoh, Kalahkan Suara Air Terjun

ADVERTISEMENT

Belajar dari Pakar

Bisingnya Kongkang Jeram Cari Jodoh, Kalahkan Suara Air Terjun

Hellen Kurniati - detikEdu
Kamis, 11 Jul 2024 15:00 WIB
Hellen Kurniati
Hellen Kurniati
Peneliti bidang herpetofauna. Mendalami bioakustik amfibia dan reptilia di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi/bioakustik herpetofauna BRIN
Jantan (atas) dan betina kongkang jeram dalam posisi ampleksus.
Jantan (atas) dan betina kongkang jeram dalam posisi ampleksus. Foto: Dok. A. Sumadijaya/BRIN
Jakarta -

Kongkang jeram dengan nama ilmiah Wijayarana masonii adalah jenis kodok endemic Pulau Jawa. Jantan kongkang jeram merupakan satu-satunya jenis kodok yang dapat mengeluarkan suara dengan frekuensi sangat tinggi, yaitu dapat mencapai 16.500 Hertz.

Frekuensi pekikan setinggi itu adalah untuk melampaui kebisingan lingkungan yang dibuat olah air terjun.

Mengenal Lebih Dekat Kongkang Jeram

Jenis kongkang jeram adalah jenis kodok asli hutan. Jantan dewasa bertubuh jauh lebih kecil atau hanya 1/5 ukuran tubuh betina dewasa. Ciri khas dari kongkang jeram adalah terdapat garis tebal berwarna gelap yang dimulai dari ujung moncong sampai ke bagian belakang gendang telinga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Garis tebal ini juga melewati bola matanya, menjadikan sebagian besar bola mata berwarna gelap. Di bagian depan dan belakang gendang telinga terdapat garis tebal tegak berwarna gelap. Gendang telinga pada individu jantan berdiameter lebih kurang sama dengan diameter mata, sedangkan gendang telinga individu betina sekitar ΒΌ dari diameter mata.

Jari kaki berselaput renang penuh, sedangkan jari tangan tidak berselaput renang. Selaput renang penuh pada jari kaki berguna untuk mencengkeram batu pada perairan berarus deras.

ADVERTISEMENT

Kongkang jeram merupakan kodok penghuni sungai berbatu, berarus deras, dan berair jernih tanpa polusi. Tipe habitat seperti ini umum dijumpai di lokasi pegunungan, di mana air yang jatuh pada ketinggian tertentu akan terlihat sebagai air terjun. Misalnya di daerah hutan pegunungan di sebagian besar wilayah dataran tinggi di Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Selain arus air yang deras, kongkang jeram juga menyukai anak sungai yang ditumbuhi perdu di sepanjang tepi badan sungai. Tumbuhan perdu ini tempat kongkang jeram bersembunyi pada siang hari.

Tumbuhan perdu yang disukainya umumnya permukaan daunnya licin tanpa bulu-bulu halus, batangnya tidak berduri dan tidak bergetah serta kuat menopang tubuh kongkang jeram.

Suara Bising Lingkungan pada Habitat

Riak-riak air yang mengalir deras pada badan sungai akan menghasilkan suara dengan frekuensi sekitar 5000 Hertz. Riak-riak air akan menghasilkan suara lebih bising lagi pada lokasi mendekati air terjun. Selanjutnya yang paling bising adalah di lokasi air terjun, di mana frekuensi suara bising dapat mencapai 14.000 Hertz.

Osilogram dan audiogram (1-6) suara kongkang jeram pada habitat air terjun yang bising (di antaragaris putih). Warna terang di bawah audiogram suara kongkang jeram adalah white noise.Osilogram dan audiogram (1-6) suara kongkang jeram pada habitat air terjun yang bising (di antaragaris putih). Warna terang di bawah audiogram suara kongkang jeram adalah white noise. Foto: Hellen Kurniati/BRIN

Visualisasi dari suara bising yang dihasilkan dari riak-riak air berarus deras dan suara air terjun mempunyai spektrum energi yang berbeda. Spektrum energi dari suara riak-riak air umumnya hanya berupa garis terang yang cukup tebal.

Sedangkan spektrum energi dari suara air terjun mempunyai spektrum energi yang sangat lebar dengan cahaya yang tidak terlalu terang, spektrum ini dalam istilah akustik dinamakan white noise, istilah ini akan menjadi aneh bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.

Fenomena Harmonisasi Suara Kodok dengan Suara Lingkungan

Frekuensi suara kodok dengan frekuensi suara lingkungan tempat hidupnya tidak ada yang saling tabrak. Untuk menciptakan keharmonisan ekosistem relung akustik, frekuensi suara kodok akan menyesuaikan dengan lingkungan. Frekuensi bisa berada pada posisi di bawah atau di atas frekuensi suara lingkungan atau frekuensi suara kodok jenis lain. Bila frekuensi tidak saling tabrak, maka dapat dikatakan ekosistem di lokasi tersebut stabil.

Fenomena harmonisasi relung akustik bukanlah proses yang singkat. Proses ini berlangsung sangat lama, karena merupakan adaptasi kodok dengan habitatnya. Di mana habitat harus sesuai dengan sifat-sifat yang dipunyainya yang berakar pada genetik. Oleh sebab itu keragaman jenis kodok pada perairan berarus lambat dan perairan berarus deras akan berbeda.

Jenis kodok yang mampu bersuara melampaui suara bising air terjun hanyalah kongkang jeram. Suara itu dilepaskan jantan untuk memikat betina agar mau berjodoh dengannya. Selain itu, suara panggilan juga berfungsi sebagai aba-aba penanda daerah teritorial kepada jantan lain agar tidak mendekat.

Tipe gelombang suara panggilan kokang jeram adalah nada murni. Visualisasi suara panggilan terlihat adanya 1-2 harmonik dengan spektrum energi cukup kuat. Frekuensi dasar dari suara panggilan akan menyesuaikan dengan kebisingan lingkungan.

Osilogram dan audiogram 4 pekikan jantan kongkang jeramOsilogram dan audiogram 4 pekikan jantan kongkang jeram Foto: Hellen Kurniati/BRIN

Suara panggilan kongkang jeram pada bagian anak sungai berarus deras yang cukup jauh dari lokasi air terjun akan menyesuaikan dengan suara riak-riak air. Suara panggilan yang paling sering dilepaskan berbunyi "triiit... triiit... triiit", suara ini terdengar jelas oleh telinga manusia, karena frekuensinya hanya sekitar 4500 Hertz.

Frekuensi ini pada posisi di bawah frekuensi riak-riak air yang sekitar 5000 Hertz. Pada lokasi ini sedikit jumlah jantan yang bersuara. Pada lokasi sekitar air terjun dengan frekuensi kebisingan mencapai 14.000 Hertz, banyak jantan yang bersuara. Suara panggilan yang dilepaskan berbunyi "cik... cik... cik" dengan frekuensi tinggi sekali.

Suara tinggi ini mempunyai modulasi frekuensi dengan pola berbeda beda, yaitu pola V, W atau U. Frekuensi pekikan paling tinggi dengan harmonik kuat ada pada posisi 16.500 Hertz.

Frekuensi ini mendekati frekuensi teratas yang masih dapat didengar telinga manusia. Harmonik kedua terdapat di atas 20.000 Hertz, suara ini bersifat ultrasonik dan tidak terdengar telinga manusia. Durasi dari satu pekikan sangat pendek, yaitu antara 6-19 mili detik.

Persaingan dalam memikat betina di lokasi air terjun sepertinya cukup ketat, karena banyak jantan yang melepaskan suara. Energi yang diperlukan jantan untuk dapat melepaskan suara dengan frekuensi tinggi pasti besar.

Sebagai contoh apabila kita sering berteriak keras maka tubuh terasa cepat lelah. Pada jantan kongkang jeram pasti akan merasakan hal serupa. Kemungkinan betina kongkang jeram akan memilih jantan yang mempunyai frekuensi suara dan jumlah pekikan paling tinggi.

Kondisi tersebut merupakan jaminan si jantan punya energi prima dan tubuh kuat. Kedua sifat itu akan menjamin keturunan yang bagus pula.


*) Co Author: Wahyu Trilaksono, Teknisi Litkayasa di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi




(pal/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads