Orang Berkelit dengan Memakai Kata 'Tidak'? Begini Sains Dibaliknya

ADVERTISEMENT

Orang Berkelit dengan Memakai Kata 'Tidak'? Begini Sains Dibaliknya

Trisna Wulandari - detikEdu
Jumat, 07 Jun 2024 09:00 WIB
Poster
Pernah dengar teman yang berkelit dengan bermain kata 'tidak'? Begini penjelasan ilmiah di baliknya menurut studi terbaru. Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Pernahkah detikers meminta seseorang berkata jujur, tetapi penjelasannya masih membingungkan? Bisa jadi, kebingungan itu muncul karena jawabannya mengandung kata 'tidak'.

Peneliti menjelaskan, otak menangkap kata 'tidak' sebagai kata yang melemahkan makna kata selanjutnya ketimbang membentuk lawan kata. Contohnya, kalimat 'kopi tidak panas' ditangkap otak sebagai 'kopi yang antara dingin dan panas' atau 'kopi hangat', bukan 'kopi dingin'.

Karena pergeseran makna tersebut, peneliti menggarisbawahi, komunikasi oleh periklanan hingga kasus hukum kerap sengaja menggunakan kata 'tidak' untuk menutupi makna sesungguhnya dan makna yang sejelasnya akan sebuah frasa atau kalimat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan demikian, jika bingung dengan penjelasan seseorang yang memakai kata 'tidak', minta dia ulangi lagi penjelasannya dengan kalimat yang lebih sederhana atau memakai lawan katanya.

Namun, apa alasan ilmiah dibalik kekuatan kata 'tidak' dalam menyimpangkan makna asli suatu pernyataan?

ADVERTISEMENT

Cara Otak Memahami Kata 'Tidak'

Model bahasa besar pada AI tools juga kesulitan menafsirkan kalimat-kalimat yang bermuatan kata 'tidak' atau kalimat negasi dengan baik. Hal yang sama ternyata juga terjadi pada manusia.

Dipublikasi di jurnal PLOS Biology, penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kata 'tidak' memperlambat pemrosesan arti kalimat dalam otak pendengarnya. Sebab, penambahan kata 'tidak' dinilai menambah kerumitan atau kompleksitas suatu kalimat.

Karena itulah penggunaan kata 'tidak' bisa mengubah makna suatu kalimat. Contohnya, subjek penelitian diminta mendengar pernyataan "Kopi ini tidak panas." Alih-alih menyimpulkan bahwa kopi tersebut dingin, pendengar memaknainya sebagai suhunya lebih rendah saja dari panas.

Para partisipan penelitian diminta menafsirkan frasa-frasa, baik yang bermuatan negasi (dengan kata 'tidak') dan yang tidak bermuatan negasi. Selama menafsirkan frasa, aktivitas otak peserta dipantau untuk mengetahui seperti apa fungsi neurologis yang bekerja.

Contohnya, partisipan diminta membaca frasa 'really not good' (sangat tidak bagus). Mereka lalu diminta menafsirkan maknanya dengan skala 1:10, yakni 1 untuk 'really really bad' (sangat buruk) dan 10 untuk 'sangat bagus'

Rupanya, peserta butuh waktu lebih lama untuk menafsirkan suatu frasa yang bermuatan negasi atau kata 'tidak' (not). Frasa ini ditangkap otak sebagai frasa yang lebih kompleks atau lebih membingungkan.

"Penelitian ini menyoroti kompleksitas pemahaman bahasa, menunjukkan bahwa proses kognitif ini melampaui jumlah pemrosesan makna kata individual," kata Arianna Zuanazzi, yang merupakan peneliti pascadoktoral di Departemen Psikologi, New York University, dikutip dari laman kampus.

Semoga bermanfaat, detikers.




(twu/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads