Studi: Migrasi Purba Manusia ke Australia Lewat Papua Nugini, Bukan Timor

ADVERTISEMENT

Studi: Migrasi Purba Manusia ke Australia Lewat Papua Nugini, Bukan Timor

Trisna Wulandari - detikEdu
Senin, 27 Mei 2024 16:30 WIB
Penggalian di Gua Laili
Migrasi pertama nenek moyang dari Nusantara ke Australia diperkirakan lewat Papua Nugini, bukan via Pulau Timor seperti anggapan sebelumnya. Foto: Flinders University
Jakarta - Ribuan artefak batu dan tulang binatang dalam gua di Pulau Timor ditemukan para arkeolog. Berdasarkan analisis artefak dan sedimen di situs ceruk batu pelindung Laili, mereka memperkirakan nenek moyang manusia tiba di sana sekitar 44.000 tahun lalu.

Peneliti Dr Shimona Kealy dari Australian National University (ANU) dalam laman kampus mengatakan hasil analisis tersebut membantah teori bahwa migrasi ke Australia dilakukan via Pulau Timor.

Dikutip dari laman Australian Museum, manusia pertama di Australia diperkirakan sudah menetap setidaknya 55.000 tahun yang lalu. Mereka migrasi dari daratan Asia Tenggara.

"Tidak seperti situs lainnya di wilayah tersebut, situs ceruk batu pelindung Laili masih menyimpan sedimen dalam berusia 59.000-54.000 tahun lalu yang tidak menunjukkan ada tanda-tanda jelas adanya aktivitas manusia," kata Dr Shimona Kealy dari Australian National University (ANU) College of Asia and the Pacific, dikutip dari laman ANU.

"Ketika kami menganalisis dan membandingkan penanda kolonisasi manusia di situs-situs lain di Timor Leste dan sekitar Pulau Flores, kami dapat dengan yakin menyatakan manusia juga tidak ada di kawasan selatan pulau-pulau Wallacea ini," tuturnya.

Migrasi Manusia Papua Nugini ke Australia

Peneliti Professor Sue O'Connor dari ANU mengatakan, di sisi lain, hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa nenek moyang manusia sampai ke Australia via pulau di Papua Nugini, bukan via Pulau Timor. Migrasi dan pendudukan pertama manusia ke Timor terjadi ribuan tahun setelah peristiwa migrasi pertama ke Australia.

"Temuan ini memberi bukti lebih lanjut yang menunjukkan manusia awal menyeberang ke Australia melalui Papua Nugini, ketimbang via Pulau Timor seperti peneliti-peneliti sebelumnya laporkan," ucapnya.

Manusia Purba Tiba di Timor

Sedimen situs Laili dianalisis Professor Mike Morley di Laboratorium Mikroarkeologi Flinders. Dosen dan peneliti asal Flinders University itu mengatakan sedimen tersebut menunjukkan aktivitas padat manusia di Timor pada 44.000 tahun lalu.

Para peneliti antara lain menemukan tulang ikan yang hangus serta peralatan batu kecil dari penggalian.

"Segera setelah mereka tiba di lokasi, pemakaian gua sangat intensif, dibuktikan dengan adanya pembakaran dan injakan di dasar situs perlindungan ini," tuturnya.

Peneliti mengaku belum paham fungsi alat batu tersebut. Sebab, manusia purba di sana hanya mengumpulkan lalu makan kerang atau hewan kecil lainnya.

Sejauh ini, mereka memperkirakan perkakas batu kecil itu dapat bantu proses membuat perkakas kayu.

"Punya perkakas yang kecil dan bagus tidak hanya berguna untuk hal-hal seperti mengupas daun untuk kemudian dianyam ke dalam keranjang, tetapi juga untuk membuat perkakas dari kayu," tuturnya.

Kedatangan manusia purba ke Timor diperkirakan merupakan sebuah migrasi besar-besaran. Perkiraan ini tampak dari ratusan artefak yang berhasil digali arkeolog.

Nenek moyang manusia itu diperkirakan berasal dari sekitar Pulau Flores dan daratan Asia Tenggara. Mereka sengaja bermigrasi, tetapi tidak sengaja menemukan Timor dan tinggal di sana.

"Pandangan tradisional yang dianut oleh para peneliti adalah bahwa nenek moyang manusia yang melakukan penyeberangan air secara signifikan menemukan pulau-pulau ini secara tidak sengaja, terutama karena hal itu terjadi sudah sangat lama," kata Dr Kealy.

"Kedatangan mereka di Timor bukanlah suatu kebetulan. Ini merupakan upaya kolonisasi besar-besaran, terbukti dari banyaknya orang yang melakukan perjalanan tersebut," imbuhnya.

Di sisi lain, peneliti menilai kedatangan nenek moyang manusia di Timor merupakan indikasi canggihnya teknologi maritim, pembuatan perahu, keberanian, dan kecerdasan para manusia di masa itu.

"Ini merupakan bukti tingkat teknologi maritim dan perahu yang mereka ciptakan, serta kepercayaan diri dan kompetensi mereka dalam berani melintasi laut," tutur Kealy.

Penelitian ini merupakan kolaborasi dari ANU, Flinders University, University College London (UCL), Griffith University, dan University of Wollongong. Hasil penelitian dipublikasi di jurnal Nature Communications.


(twu/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads