Benarkah Perkembangan Anak Usia 2-4 Tahun Dipengaruhi Genetik? Ini Kata Peneliti

ADVERTISEMENT

Benarkah Perkembangan Anak Usia 2-4 Tahun Dipengaruhi Genetik? Ini Kata Peneliti

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Jumat, 24 Mei 2024 15:00 WIB
Pertimbangan pasangan muda sebelum memutuskan memiliki anak.
Foto: Getty Images/iStockphoto/maroke/Ilustrasi Ayah dan Ibu mengasuh anak
Jakarta -

Perkembangan anak-anak telah lama menjadi perhatian peneliti. Terutama terkait seberapa besar mereka dipengaruhi genetik dan lingkungan saat masa balita.

Belum lama ini, sebuah penelitian yang dilakukan oleh ahli perkembangan anak di University of York di Inggris menemukan bahwa anak-anak yang belum sekolah, cenderung menyesuaikan diri dengan genetik mereka.

Peneliti menemukan anak-anak pra-sekolah secara aktif memilih, membentuk, dan mencetak pengalaman mereka untuk disesuaikan dengan kecenderungan genetik mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anak Tak Hanya Menyerap dari Lingkungan, Tapi Menciptakan Pengalaman

Dalam studi ini, para peneliti mengamati bagaimana cara kerja gen dan lingkungan membentuk perkembangan otak anak-anak usia dua hingga empat tahun.

Nyatanya, peneliti melihat bahwa anak-anak tak hanya menyerap atau meniru dari lingkungan terdekatnya. Namun, mereka juga bisa menciptakan pengalaman sendiri berdasarkan preferensi dan karakternya.

ADVERTISEMENT

Dalam hal ini, peneliti mengamati stimulasi kognitif awal kepada anak di rumah. Misalnya seperti berbicara, menyanyi, lagu anak-anak, buku, dan interaksi dengan mainan. Hasilnya, anak-anak ternyata dapat menentukan aktivitas mana yang harus mereka lakukan dan lebih fokuskan.

"Anak-anak kecil sudah sangat jelas tentang apa yang mereka lakukan dan (yang mereka) tidak sukai. Penelitian ini memperkuat teori bahwa bahkan pada tingkat yang sama, usia dini, anak-anak secara aktif membentuk pengalaman mereka di rumah," ujar Profesor Sophie von Stumm dari Departemen Pendidikan di University of York, dikutip dari Neuroscience.

Karakter Anak Dipengaruhi oleh Gen atau Pola Asuh?

Selama ini, muncul perdebatan apakah alam (genetik) atau pola asuh yang banyak menentukan karakter dan kemampuan seorang anak. Akan tetapi, temuan von Summ dan peneliti lainnya menunjukkan bagaimana gen dan lingkungan bertindak sebagai kekuatan gabungan.

"Penelitian kami juga dapat menjelaskan alasan saudara kandung yang berkembang di rumah yang sama dapat memiliki kecenderungan perilaku, perkembangan emosional, dan kemampuan belajar yang sangat berbeda," papar peneliti.

Sementara itu, studi lain di Inggris dan Wales yang menggunakan data dari Twins Early Development, menemukan bahwa perkembangan kognitif dari anak kembar juga bisa berbeda, baik dari verbal maupun non verbal.

Studini meneliti anak dari usia 2-4 tahun, yang diuji dengan standar dan laporan menyeluruh dari orang tua dan diri sendiri.

"Perbedaan dalam perkembangan kognitif dan sosio-emosional ini mempunyai konsekuensi jangka panjang yang penting. Perbedaan dini tumbuh dan menjadi lebih besar seiring bertambahnya usia anak-anak, sehingga menimbulkan 'efek bola salju'," ucap Dr. Alexandra Starr, peneliti di Departemen Pendidikan University of York.

Dr Starr menjelaskan bahwa lingkungan rumah pada masa awal sangat penting bagi perkembangan otak. Seperti yang diketahui, bahwa banyak hasil di kemudian hari yang berkaitan dengan perkembangan seperti pencapaian pendidikan dan kesuksesan karir.

Apa Saja Faktor yang Membantu Perkembangan Anak?

Setiap tumbuh dan kembang anak menghasilkan dengan pembentukan karakter yang berbeda-beda. Lantas, apa saja faktor yang dapat membantu perkembangan anak?

Para peneliti menggunakan metode ampuh yang disebut skor poligenik. Metode tersebut menangkap varian DNA yang diturunkan dari orang tua ke anak-anak untuk mengetahui perkembangan kognitif dan faktor lingkungan.

"Jika kita memahami bagaimana perbedaan yang terjadi pada anak-anak di awal kehidupan, maka kita dapat mengidentifikasi anak-anak yang membutuhkan intervensi sesegera mungkin," ujar Dr Starr.

"Contohnya, kita dapat menggunakan DNA untuk mengidentifikasi anak-anak yang memiliki risiko genetik mengalami masalah membaca, lalu menawarkan intervensi dini sebelum perilaku maladaptif, seperti menghindari buku," tambahnya.

Dari studi ini ditemukan bahwa lingkungan rumah pada masa awal berkontribusi lebih besar terhadap perbedaan pada anak-anak dibandingkan dampak genetik. Namun, para peneliti percaya bahwa pada masa depan metode genetik yang lebih baik akan tersedia.

Hal ini akan menunjukkan bahwa genetika dan lingkungan memberikan kontribusi yang sama terhadap perbedaan antara anak-anak.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads