Ingatan Jangka Panjang Terbentuk dengan Merusak Sel Otak, Mengapa? Begini Studinya

ADVERTISEMENT

Ingatan Jangka Panjang Terbentuk dengan Merusak Sel Otak, Mengapa? Begini Studinya

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Sabtu, 27 Apr 2024 13:00 WIB
ilustrasi otak
Setiap hari kita memperoleh informasi baru. Memori yang baru diterima dapat menyebabkan kerusakan sel otak, apakah bahaya atau justru bermanfaat? Foto: thinkstock
Jakarta -

Ada yang harus dikorbankan saat manusia mengingat suatu memori dalam jangka panjang, terutama peradangan di otak dan kerusakan DNA pada sel saraf. Kondisi ini terjadi karena ingatan kita 'menyatu' ke dalam neuron dan disimpan.

Dikutip dari Science Alert, tim peneliti internasional berpendapat bahwa pembentukan ingatan mirip dengan memasak telur dadar dengan memecahkan beberapa butir telur. Pola ingatan lama harus dihancurkan dengan hati-hati sebelum pola ingatan baru dapat terbentuk.

Hasil pengujian pada tikus menunjukkan terjadinya pembentukan ingatan di dalam hipokampus. Bagian otak ini berguna sebagai loker penyimpanan utama dan penting untuk ingatan kita.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Temuan ini membuktikan bahwa peradangan pada neuron tertentu di wilayah hipokampus otak sangat penting dalam pembuatan memori jangka panjang.

"Peradangan pada neuron otak biasanya dianggap sebagai hal buruk karena dapat menyebabkan masalah neurologis seperti penyakit Alzheimer dan Parkinson," kata ahli saraf Jelena Radulovic dari Albert Einstein College of Medicine di New York, AS.

ADVERTISEMENT

Pembuatan Memori Melalui Jalur TLR9

Tim peneliti memicu memori episodik pada tikus menggunakan sengatan listrik ringan dan singkat. Mereka lalu menganalisis lebih lanjut terkait neuron hipokampus yang mengungkapkan aktivasi gen di jalur Toll-Like Receptor 9 (TLR9), yang penting bagi sinyal inflamasi.

Terlebih, jalur TLR9 hanya diaktifkan pada kelompok neuron yang juga menunjukkan kerusakan DNA. Pengaktifan pada jalur ini dapat merangsang pembentukan kompleks perbaikan DNA di lokasi yang tidak biasa, yaitu sentrosom.

Karena itu, ketika sering mengalami kerusakan pada otak akibat aktivitas rutinnya, DNA biasanya dapat diperbaiki kembali dalam hitungan menit.

Di sini, perubahan tampak lebih signifikan dengan proses biologis tertentu. Proses ini biasanya dikaitkan dengan pembelahan sel yang tampaknya digunakan untuk mengatur neuron ke dalam kelompok pembentuk memori, tanpa membagi sel.

Sementara itu, dilansir dari laman Queensland Brain Institute, University of Queensland, memori terjadi ketika neuron tertentu diaktifkan kembali. Dalam artian lain, mengingat suatu memori melibatkan pengaktifan kembali sekelompok neuron tertentu.

Menolak Memori Baru

Ingatan dapat dikunci selamanya dan dilindungi dari gangguan eksternal. Terbukti pada mekanisme pengeditan inflamasi pada tikus selama satu minggu, setelah itu memori disimpan oleh neuron dan menjadi lebih tahan dari faktor eksternal.

"Penguncian dan perlindungan memori ini penting karena kita terus menerus dibanjiri informasi. Neuron yang mengkode ingatan perlu menyimpan informasi yang telah diperoleh agar tidak terganggu oleh memori baru," jelas Radulovic.

Apabila jalur inflamasi TLR9 yang sama diblokir pada tikus, mereka tidak dapat lagi dilatih untuk mengingat sengatan listrik. TLR9 yang telah diblokir menyebabkan kerusakan parah pada DNA, sama dengan kerusakan neurodegeneratif.

Dilansir dari Science Daily, pemblokiran jalur inflamasi TLR9 ini juga menyebabkan ketidakstabilan genom yang mendalam, yakni frekuensi kerusakan tinggi DNA di neuron ini.

"Ketidakstabilan genom tersebut dianggap sebagai ciri percepatan penuaan serta kanker dan gangguan kejiwaan dan neurodegeneratif seperti Alzheimer," kata Radulovic.

Usulan pemblokiran jalur TLR9 dilakukan untuk mengobati atau mencegah COVID-19 dalam jangka panjang. Akan tetapi, pada penelitian ini, gagasan tersebut perlu didiskusikan kembali. Yang terpenting, studi ini memberikan pengetahuan baru menarik mengenai ingatan dalam otak.

"Proses pembelahan sel dan respons imun telah terjaga dalam evolusi hewan selama berjuta-juta tahun, memungkinkan kelangsungan hidup sekaligus memberikan perlindungan dari patogen asing," ujar Radulovic.

Selama evolusi, sepertinya neuron hipokampus telah mengadopsi mekanisme memori berbasis kekebalan ini. Caranya dengan menggabungkan jalur TLR9 penginderaan DNA dari respons imun dengan fungsi sentrosom perbaikan DNA.

"Mekanisme memori tersebut dapat membentuk ingatan tanpa berkembang ke pembelahan sel," pungkas Radulovic.




(twu/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads