Sejarah evolusi kumbang semakin jelas setelah ditemukannya fosil spesimen khusus yang merupakan bagian dari kumbang kelana staphylinid. Kumbang ini diketahui berasal dari periode Kapur, sekitar 90 juta tahun yang lalu.
Penemuan ini diungkapkan dalam Journal of Entomological Science, yang mendeskripsikan spesies kumbang baru yang diberi nama Paleothius mckayi.
Paleothius mckayi merupakan nama yang diambil dari nama Dr. Ian James McKay, tokoh terkemuka di bidang paleoentomologi yang berkontribusi signifikan terhadap pelatihan penulis terkemuka, Dr Mnguni, sebagai ahli paleoentomologi.
Fosil kumbang kelana staphylinid ini ditemukan di jantung kota Botswana, tepatnya di Tambang Berlian Orapa. Botswana sendiri merupakan wilayah yang terkenal akan kekayaan peninggalan zaman kapur. Daerah tersebut juga menjadi situs penting untuk memahami keanekaragaman hayati di masa lalu.
Temuan yang dipelopori oleh Dr. Sandiso Mnguni dan timnya ini tercatat di Afrika, khususnya Bumi bagian Selatan. Penelitian ini dapat memperluas batas geografis dan temporal pemahaman kita tentang makhluk purba ini.
Ciri-ciri Kumbang Kelana yang Sulit Diidentifikasi
Dikutip dari phys.org, kumbang kelana yang baru ditemukan memiliki ciri famili yang sama dengan kelompok kumbang lainnya, sehingga menunjukkan bahwa kelompok ini masih satu rumpun sejak periode Jurassic, atau bahkan lebih lama lagi.
Kumbang ini memiliki peran sebagai petunjuk sejarah kehidupan yang panjang dan kompleks di Bumi dan menunjukkan adanya hubungan antar makhluk hidup.
Adapun bentuk kehidupan berabad-abad yang tidak berubah, serta keberhasilan kumbang ini dalam beradaptasi di berbagai lingkungan, tetapi tidak ada perubahan morfologi yang mencolok.
Menurut peneliti, kumbang kelana ini cukup rumit untuk dianalisis morfologinya di bawah cahaya terpolarisasi maupun tidak, membuat para peneliti harus ekstra cermat dalam melakukan pengamatan dan penafsiran ciri-ciri spesimen.
Proses pendeskripsian spesies ini melelahkan dan seringkali membutuhkan pemeriksaan berulang untuk mengidentifikasi karakteristik unik yang membuktikan klasifikasi spesies baru.
"Semakin sering melihat spesimennya, semakin Anda memahaminya. Anda dapat memperhatikan detail yang sebelumnya terlewat, sehingga Anda dapat mendeskripsikannya lebih baik lagi," ucap Mnguni.
Spesies kumbang ini digali dari sedimen lacustrine, yaitu endapan yang terhimpun di lingkungan danau dengan tubuh yang simetris dan memanjang, kepala dan antena yang memanjang.
Kehidupan Kumbang Kelana di Periode Kapur
Deskripsi baru tentang fosil ini memberikan informasi langsung tentang sebaran luas kumbang kelana staphylinine selama masa Cretaceous. Saat ini, fosil serupa telah ditemukan di berbagai tempat seperti Tiongkok, Myanmar, Inggris, dan Rusia.
Namun, penambahan Botswana ke dalam daftar ini menunjukkan bahwa Tambang intan Orapa menjadi salah satu deposit Kapur yang signifikan di Afrika, yang kaya akan berbagai jenis biota, termasuk tumbuhan dan serangga.
Penemuan ini menjadi tanda bahwa jenis kumbang ini tidak hanya eksis, tetapi turut berkembang bersama dinosaurus dan tidak banyak berubah selama jutaan tahun.
Ini yang disebut sebagai evolusi bersela (punctuated evolution), yaitu evolusi yang terjadi secara mendadak setelah perubahan kecil dalam jangka waktu lama.
Secara umum, kumbang kelana dikenal sebagai hewan yang mobile dan preferensi habitat yang beragam, mulai dari tanah dan serasah daun, hingga tepi perairan dan sarang hewan.
Sebagai predator, kumbang Paleothius mckayi memiliki mulut yang tajam seperti gunting. Kumbang ini aktif berburu mangsa di antara serasah daun di sekitar danau kawah yang pernah ada di habitatnya.
Kelompok staphylinine merupakan kumbang yang memainkan peran penting dalam mengendalikan populasi hama, menguraikan bahan organik, dan berkontribusi terhadap siklus nutrisi dalam ekosistemnya.
"Masih ada banyak fosil kumbang penjelajah yang akan diidentifikasi dalam waktu dekat dan ada banyak fosil serangga yang termasuk dalam kelompok lain tengah menunggu dideskripsikan," tutur Mnguni.
(faz/faz)