20 Mei Memperingati Hari Apa? Simak Sejarah dan Maknanya

20 Mei Memperingati Hari Apa? Simak Sejarah dan Maknanya

Irma Budiarti - detikJatim
Senin, 19 Mei 2025 15:30 WIB
Kalender Mei 2025.
Kalender Mei 2025. Foto: Kemenag
Surabaya -

Tanggal 20 Mei itu hari apa, ya? Pertanyaan ini mungkin kerap muncul di benak masyarakat, apalagi kalender menandai tanggal tersebut sebagai hari bersejarah. 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional, sebuah momentum penting yang menandai awal bangkitnya semangat persatuan dan kesadaran kebangsaan rakyat Indonesia.

Peringatan ini merujuk pada berdirinya organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908, sebuah tonggak yang dianggap sebagai titik awal pergerakan nasional di Indonesia. Dari sinilah, semangat untuk membebaskan diri dari penjajahan mulai tumbuh dan menyebar ke berbagai penjuru negeri.

Tapi, makna Hari Kebangkitan Nasional bukan hanya soal sejarah. Lebih dari itu, hari ini menjadi pengingat bagi generasi masa kini akan pentingnya persatuan, pendidikan, dan semangat membangun bangsa secara bersama-sama. Yuk, simak sejarah hingga makna Hari Kebangkitan Nasional berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Dirangkum dari laman Pemkab Lamongan, Hari Kebangkitan Nasional bermula dari situasi sosial-politik Hindia Belanda awal abad ke-20, ketika pemerintah kolonial menerapkan Politik Etis pada 17 September 1901.

Kebijakan ini muncul sebagai bentuk tanggung jawab moral Belanda atas penderitaan rakyat akibat tanam paksa (cultuurstelsel) yang diterapkan sejak era Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch. Kebijakan tanam paksa memaksa petani menanam komoditas ekspor seperti teh, kopi, dan tembakau, atau bekerja di perkebunan pemerintah.

ADVERTISEMENT

Dalam praktiknya, banyak penyimpangan terjadi, yang semakin menyengsarakan rakyat. Kondisi ini dikecam tokoh seperti Eduard Douwes Dekker, penulis novel Max Havelaar, yang menyoroti eksploitasi rakyat Hindia.

Desakan kalangan liberal akhirnya mendorong Ratu Wilhelmina untuk meluncurkan Politik Etis. Tiga program utamanya adalah irigasi, edukasi, dan transmigrasi. Dari ketiganya, pendidikan terbukti paling berdampak karena melahirkan kaum bumiputra terpelajar yang menjadi motor kesadaran nasional.

Salah satu hasil dari kebijakan ini adalah lahirnya organisasi pergerakan Budi Utomo pada 20 Mei 1908, yang kini diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Budi Utomo dipelopori Dr Wahidin Soedirohoesodo, yang ingin membantu pendidikan anak-anak muda berbakat namun miskin.

Gagasannya disambut antusias para siswa STOVIA, dan didukung penuh Dr Soetomo serta rekan-rekannya. Budi Utomo menggelar kongres pertamanya pada 4-5 Oktober 1908 di Yogyakarta, yang dihadiri berbagai tokoh pemuda, pejabat keraton, hingga bupati dari berbagai daerah.

Organisasi ini menekankan pada kemajuan bangsa melalui pendidikan, pertanian, perdagangan, teknik, dan kebudayaan, dengan pendekatan non-politik dan non-radikal. Meskipun tidak konfrontatif terhadap kolonial, Budi Utomo berhasil menyalakan semangat kebangsaan. Semangat ini yang menjadi fondasi pergerakan nasional menuju kemerdekaan.

Penetapan Hari Kebangkitan Nasional

Penetapan Hari Kebangkitan Nasional bermula dari situasi genting yang dihadapi Indonesia pada tahun 1948. Meski sudah merdeka, Indonesia masih menghadapi ancaman dari Belanda yang enggan mengakui kemerdekaan, serta munculnya kelompok oposisi dalam negeri yang berpotensi memecah belah bangsa.

Untuk mencegah perpecahan dan menguatkan semangat persatuan, Presiden Soekarno menetapkan tanggal 20 Mei, hari berdirinya Budi Utomo, sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Penetapan ini dilakukan pada 20 Mei 1948 di Istana Kepresidenan Yogyakarta, berdasarkan usulan Ki Hadjar Dewantara, dan bertepatan dengan peringatan 40 tahun Budi Utomo.

Meski mendapat kritik karena dianggap terlalu bersikap lunak terhadap kolonialisme dan terlalu terpusat pada Jawa, Budi Utomo tetap diakui sebagai tonggak awal lahirnya pergerakan nasional. Organisasi ini menjadi inspirasi lahirnya berbagai gerakan lain yang memperluas semangat perjuangan hingga ke berbagai kalangan.

Penetapan Hari Kebangkitan Nasional kemudian diperkuat secara resmi melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 1 Tahun 1985 oleh Presiden Soeharto. Hingga kini, peringatan ini menjadi momentum reflektif bagi bangsa Indonesia untuk kembali meneguhkan semangat persatuan.

Makna Hari Kebangkitan Nasional

Hari Kebangkitan Nasional bukan sekadar peringatan historis, tetapi momen reflektif yang sarat makna. Dilansir laman Universitas Insan Cita Indonesia, Hari Kebangkitan Nasional memiliki makna mendalam dalam perjalanan sejarah Indonesia.

Tanggal 20 Mei menjadi pengingat kuat bahwa kemerdekaan dan kemajuan bangsa tidak diraih secara instan, melainkan melalui perjuangan panjang yang dilandasi semangat persatuan, pendidikan, dan kesadaran nasional. Berikut makna Hari Kebangkitan Nasional.

1. Semangat Persatuan dan Kesatuan

Hari Kebangkitan Nasional mengingatkan kita bahwa perjuangan melawan penjajahan tidak akan pernah berhasil tanpa adanya persatuan dan kesatuan. Perjuangan yang dilakukan secara bersama-sama terbukti jauh lebih kuat dibandingkan perjuangan yang bersifat individual atau terpisah-pisah.

Budi Utomo menjadi contoh bagaimana sebuah gerakan yang dibentuk kaum muda terpelajar dapat mempengaruhi kesadaran kolektif bangsa. Persatuan inilah yang menjadi landasan lahirnya berbagai organisasi pergerakan nasional lainnya, dan terus menjadi semangat yang diwarisi hingga Indonesia mencapai kemerdekaannya pada tahun 1945.

2. Pendidikan Pilar Kebangkitan

Salah satu dampak besar dari diterapkannya Politik Etis Pemerintah Hindia Belanda adalah meningkatnya akses pendidikan bagi masyarakat bumiputra. Lahirnya kaum terpelajar Indonesia, termasuk tokoh-tokoh seperti Wahidin Soedirohoesodo dan Soetomo, membuktikan bahwa pendidikan memiliki peran kunci dalam membangun kesadaran kebangsaan.

Budi Utomo sebagai organisasi pergerakan pertama di Indonesia lahir dari semangat untuk memperluas kesempatan belajar bagi generasi muda. Para pendirinya sadar bahwa bangsa yang cerdas adalah bangsa yang kuat dan berdaulat.

Melalui pendidikan, rakyat dapat memahami hak-haknya, mengenali ketidakadilan, dan merancang masa depan yang lebih baik. Inilah mengapa pendidikan dianggap sebagai pilar kebangkitan yang tak tergantikan hingga saat ini.

3. Tumbuhnya Kesadaran Nasional

Sebelum masa kebangkitan, rakyat hidup dalam sekat-sekat kesukuan, daerah, dan kerajaan yang berbeda-beda. Namun, munculnya organisasi-organisasi pergerakan seperti Budi Utomo mulai menyatukan pola pikir masyarakat bahwa mereka adalah bagian dari satu bangsa yang memiliki tujuan dan nasib bersama.

Kesadaran nasional ini menjadi fondasi penting dalam perjuangan menuju kemerdekaan. Dengan adanya kesadaran sebagai satu bangsa, perjuangan pun bertransformasi dari yang semula bersifat kedaerahan menjadi gerakan nasional yang terorganisasi.

Hari Kebangkitan Nasional adalah momentum merefleksikan bahwa kemerdekaan adalah hasil dari proses panjang kesadaran kolektif, bukan sekadar hasil perjuangan fisik semata. Peringatan ini menjadi pengingat bahwa menjaga kemerdekaan membutuhkan kesadaran yang sama kuatnya dengan saat pertama kali diperjuangkan.

4. Inspirasi bagi Generasi Muda

Generasi muda adalah penerus tongkat estafet perjuangan bangsa. Hari Kebangkitan Nasional menjadi momen penting untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme, semangat juang, dan cinta tanah air kepada mereka.

Kisah para pelopor kebangkitan nasional seperti Soetomo dan Wahidin Soedirohoesodo bisa menjadi sumber inspirasi tentang bagaimana kaum muda bisa memiliki peran besar dalam perubahan sosial dan politik di negara ini.

Hari Kebangkitan Nasional menjadi waktu yang tepat untuk mengajak generasi muda mengenali kembali sejarah bangsa, menghargai perjuangan masa lalu, dan mengambil bagian dalam memajukan Indonesia di masa depan. Sehingga tidak hanya menjadi pewaris kemerdekaan, tetapi pembawa perubahan.




(hil/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads