Otak manusia telah menjadi salah satu misteri terbesar dalam sejarah manusia dan membingungkan ilmuwan tentang pengawetan alami otak oleh tubuh. Baru-baru, terungkap bahwa otak justru menjadi salah satu organ yang bertahan paling lama dalam pembusukan.
Dalam penelitian terbaru yang dipimpin oleh ahli taponomi molekuler (ahli bidang organisme membusuk, fosil, pengawetan) dari University of Oxford, Alexandra Morton-Hayward, dikatakan bahwa otak manusia memiliki kemampuan luar biasa untuk bertahan dari kerusakan dalam jangka waktu yang sangat lama.
Penemuan ini membantah sebuah fakta sebelumnya, yang mengatakan bahwa otak merupakan organ yang paling rentan terhadap pembusukan, setelah kematian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keajaiban Otak Manusia Bertahan Dibanding Bagian Tubuh Lainnya
Sebuah tim ilmuwan telah mengidentifikasi lebih dari 4.400 otak manusia yang diawetkan, sejak 12.000 tahun yang lalu. Untuk 1.308 otak manusia di antaranya masih dengan kondisi yang luar biasa baik dengan struktur jaringan lunak yang masih bertahan.
Para ahli taponomi molekuler dan ilmuwan lainnya telah menyimpulkan bahwa mekanisme pengawetan otak manusia mungkin jauh lebih kompleks daripada yang pernah dibayangkan.
Salah satu temuan dari penelitian ini adalah bahwa sebagian besar otak yang diawetkan ditemukan dalam tubuh yang tidak diawetkan. Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor alami yang mungkin terlibat dalam mengawetkan otak manusia.
"Di bidang forensik, sudah diketahui bahwa otak adalah salah satu organ pertama yang membusuk setelah kematian. Namun arsip besar ini dengan jelas menunjukkan bahwa ada kondisi tertentu yang membuat otak tetap bertahan," kata Morton-Hayward dikutip dari Science Alert.
"Apakah keadaan tersebut bersifat lingkungan, atau terkait dengan biokimia otak yang unik, merupakan fokus dari pekerjaan kami yang sedang berlangsung dan di masa depan. Kami menemukan jumlah dan jenis biomolekul kuno yang terawetkan dalam otak arkeologis ini sangat menakjubkan, dan sangat menarik untuk mengeksplorasi semua hal tersebut. dapat memberitahu kita tentang kehidupan dan kematian nenek moyang kita," tambahnya.
Peneliti mengatakan bahwa pengawetan otak dalam kondisi alami ini sebenarnya bervariasi tergantung pada lingkungan tempat otak ditemukan seperti kondisi dehidrasi, pembekuan, penyamakan, dan penyabunan dapat membuat lemak berubah menjadi seperti lilin.
Bagaimana Mekanisme Pengawetan Alami pada Otak Bekerja?
Sebagian besar otak yang diawetkan ditemukan dalam kondisi yang baik, meskipun tubuh mereka yang lain telah mengalami pembusukan atau hancur.
Tentu saja, penemuan ini juga memunculkan banyak pertanyaan baru yang perlu dijawab. Bagaimana mekanisme pengawetan otak bekerja? Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan otak untuk bertahan dari kerusakan?
Para peneliti berpikir bahwa hal itu bisa jadi merupakan interaksi antara molekul-molekul di otak dan pengaruh terhadap lingkungan.
Sebagai contoh, protein, lipid, dan gula di otak dapat menyatu dan membentuk makromolekul terpolimerisasi yang stabil dengan adanya logam tertentu, seperti tembaga, yang berlimpah di otak.
Para ilmuwan yang terlibat dalam penelitian ini telah menyatakan niat mereka untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut guna memahami fenomena ini secara lebih mendalam.
Mereka percaya bahwa interaksi antara molekul-molekul di otak dengan lingkungan sekitarnya, seperti logam tertentu yang berlimpah di otak, dapat menjadi kunci untuk memahami fenomena ini.
(faz/faz)