Studi: Polusi Udara Bisa 'Bantu' Kurangi Dampak Perubahan Iklim di AS, Kok Bisa?

ADVERTISEMENT

Studi: Polusi Udara Bisa 'Bantu' Kurangi Dampak Perubahan Iklim di AS, Kok Bisa?

Nur Wasilatus Sholeha - detikEdu
Senin, 04 Mar 2024 20:00 WIB
Power Plant in the sunrise
Foto: Getty Images/querbeet/Ilustrasi polusi udara
Jakarta -

Polusi udara yang berbentuk aerosol bisa mengancam kesehatan terutama terkait sistem pernapasan. Namun, studi baru menunjukkan, aerosol di udara juga mengurangi dampak perubahan iklim terkait hujan ekstrem suhu tinggi. Kok bisa?

Baru-baru ini, peneliti menyoroti bahwa polusi udara, khususnya aerosol, memiliki peran yang signifikan dalam menunda lonjakan hujan ekstrem. Selama ini, polusi udara, terutama dalam bentuk aerosol seperti sulfur dioksida dan nitrogen dioksida, telah menjadi fokus perhatian bagi ilmuwan, terutama di Amerika Serikat (AS).

Meskipun upaya pembersihan udara telah dilakukan, terutama melalui undang-undang seperti Undang-Undang Udara Bersih AS, dampak aerosol terhadap lingkungan masih belum sepenuhnya dipahami.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aerosol dihasilkan oleh mobil, pabrik, dan pembangkit listrik, sama seperti gas rumah kaca. Meskipun demikian, aerosol membuat Bumi menjadi lebih dingin. Hal ini berbanding terbalik dengan gas rumah kaca yang cenderung membuat Bumi lebih panas.

Paradoks yang Rumit

Dikutip dari laman Popular Science, peneliti menyebut keadaan ini dengan "tawar-menawar Faustian". Aerosol yang merupakan polutan, jika dihilangkan dari udara, maka dapat mengurangi polusi dan menyelamatkan ribuan orang dari penyakit paru-paru dan jantung.

ADVERTISEMENT

Namun, di saat yang bersamaan, menghilangkan aerosol sepenuhnya juga bisa memperburuk pemanasan global.

Hal ini telah dibuktikan sejak tahun 2020, ketika kapal kargo berhenti menggunakan bahan bakar kotor dan tidak memproduksi jejak sulfur dioksida. Menurut peneliti, itu menyebabkan suhu dunia melonjak sebesar 0,05 derajat Celcius.

Kemudian, sebuah makalah yang diterbitkan di Nature Communications juga menemukan keberadaan aerosol beracun di atmosfer langit Amerika Serikat, dapat membantu menekan dampak perubahan iklim terhadap curah hujan selama beberapa dekade.

"Makalah ini menyoroti perlawanan antara aerosol dan gas rumah kaca kemungkinan besar menutupi banyak bahaya iklim beberapa dekade terakhir," Kata Geeta Persad, seorang ahli aerosol dan asisten Profesor ilmu bumi di University of Texas di Austin.

Menurut Persad, pengesahan undang-undang udara bersih yang menghilangkan aerosol dari atmosfer, justru memicu banjir yang semakin parah.

"Jika emisi aerosol menurun drastis selama beberapa dekade ke depan, sedangkan gas rumah kaca tidak menurun, maka banyak bahaya iklim yang bisa saja terjadi," tambahnya.

Bukti untuk Menggambarkan Pengaruh Aerosol terhadap Frekuensi Hujan

Dalam sebuah studi tersebut, peneliti menggunakan data dari ribuan alat pengukur hujan untuk mengetahui bagaimana aerosol dan gas rumah kaca memengaruhi rata-rata curah hujan dan frekuensi kejadian hujan.

Hal itu bisa mengetahui bagaimana dua jenis polusi tersebut dapat menyeimbangkan satu sama lain di berbagai wilayah negara.

"Semakin banyak karbon dioksida di atmosfer maka semakin panas, jika semakin panas atmosfer maka semakin banyak uap air yang ditahan atmosfer. Sementara aerosol lebih rumit lagi karena bereaksi dengan berbagai jenis awan, dampak terhadap curah hujan bervariasi," papar para peneliti.

Undang-undang Udara bersih disahkan pada 1970 dan menyebabkan polusi aerosol menurun. Ini bisa terjadi karena pabrik-pabrik yang memasang perangkat "scrubber" untuk membersihkan cerobong asap, dan upaya-upaya lainnya.

Namun, ternyata penurunan tersebut memungkinkan curah hujan dan banjir malah memburuk di Amerika Serikat dalam beberapa dekade selanjutnya, menurut penelitian.

"Peningkatan curah hujan ekstrem yang agak cepat ini adalah normal baru, setidaknya untuk lima tahun ke depan," kata Mark Risser, seorang ilmuwan peneliti di Lawrence Berkeley National Lab dan salah satu penulis utama makalah tersebut.

Para penulis menemukan bahwa polusi aerosol mengurangi curah hujan musim panas dan musim gugur hingga akhir abad ke-20, ketika efek gas rumah kaca mulai mendominasi di wilayah tersebut.

Temuan penelitian tersebut dapat memiliki implikasi besar bagi regulasi lingkungan, terutama dalam kaitannya menyelesaikan peraturan ketat tentang polusi industri yang dapat memangkas emisi polutan aerosol utama seperti sulfur dioksida.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads