Karlraubenheimeri: Fosil Capit Kepiting Terbesar Berusia 8,8 Juta Tahun

ADVERTISEMENT

Karlraubenheimeri: Fosil Capit Kepiting Terbesar Berusia 8,8 Juta Tahun

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Sabtu, 02 Mar 2024 14:00 WIB
Fosil capit kepiting terbesar yang ditemukan di Selandia Baru
Fosil capit kepiting terbesar yang ditemukan di Selandia Baru Foto: Barry W. M. van Bakel/Utrech University
Jakarta -

Ahli paleontologi menemukan sebuah fosil capit kepiting berusia 8,8 juta tahun di Selandia Baru. Fosil kepiting ini diberi nama spesies baru Pseudocarcinus karlraubenheimeri.

Nama terakhir spesies ini untuk menghormati Karl Raubenheimer dari New Plymouth, North Island, Selandia Baru yang membantu mengumpulkan dan menyumbangkan spesimen tersebut.

Krustasea yang telah punah ini memiliki fosil capit kepiting terbesar yang pernah ada. Ukurannya yang sangat besar dan kuat, diperkirakan oleh para ilmuwan bahwa ini mungkin menjadi pendahulu kepiting raksasa selatan saat ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana Kepiting Karlraubenheimeri Ditemukan

Spesimen kepiting purba P. karlraubenheimeri ditemukan di Pantai Waitoetoe, North Island, Selandia Baru seperti yang dikutip dari artikel ilmiah berjudul A new 'Southern Giant Crab' from a miocene continental slope palaeoenvironment at Taranaki, North Island, New Zealand.

Artikel yang dimuat di New Zealand Journal of Geology and Geophysics ini disusun Barry W. M. van Bakel dari Departemen Ilmu Kebumian, Utrecht Universit, Belanda dan seorang peneliti independen Alex Osso.

ADVERTISEMENT

Kepiting P. karlraubenheimeri ditemukan di habitat yang merupakan rembesan gas di dasar laut, membawa karbondioksida dan/atau metana ke antarmuka sedimen-air, menyediakan lingkungan yang hangat dan kaya industri yang kaya akan hewan kecil lainnya seperti kerang, siput, dan kepiting kecil yang membentuk sumber makanan bagi kepiting ini.

Dikutip dari laman Cosmos, kondisi miosen di Selandia Baru memang tampak menawarkan kondisi yang menguntungkan bagi Pseudocarcinus untuk bertumbuh menjadi ukuran yang sangat besar. Baik dalam hal sumber makanan, kebutuhan metabolisme, dan pasokan kalsium-karbonat.

Catatan fosil sebagian dari Formasi Urenui Miosen, bagian atas Cekungan Taranaki yang berusia sekitar 8,8 juta tahun lalu. Masa itu bersamaan dengan Pusat Vulkanik Mohakatino yang meletus di lepas pantai membentuk lingkungan paleo. Kawasan vulkanik ini aktif sekitar 8 juta tahun yang lalu.

Pengawetan fosil ini menggunakan sedimen dalam bentuk lumpur atau abu vulkanik untuk menutupi sebelum ekosistem pembusuk memakan bangkai hewan. Penguburan ini dapat mengawetkan fosil-fosil dengan baik.


Kepiting Terbesar Saat Ini

Di era modern, Pseudocarcinus gigas merupakan kepiting raksasa selatan yang besar dan kuat. P. gigas memiliki julukan lain seperti kepiting laut dalam raksasa, kepiting ratu, dan kepiting banteng.

Gigas juga disebut sebagai kepiting raksasa Tasmania memiliki capit terbesar. Saat ini P. gigas dapat ditemukan di seberang Laut Tasman dan beratnya dapat mencapai 12 kilogram.

Dalam studi Barry WM van Bakel dan Alex Osso mengungkapkan, "Kepiting raksasa selatan yang hidup saat ini adalah Pseudocarcinus gigas. Cakarnya bisa mencapai 47 sentimeter. Sedangkan fosil karlraubenheimeri berukuran setengahnya."

Kepiting P. gigas ini lebih suka berada di substrat berlumpur dan kaya bryozoa, dengan kedalaman antara 140-400 meter. Namun, kepiting ini biasanya hidup di dekat peralihan landas kontinen bagian luar dan lingkungan pemandian atas.

Kepiting P. gigas juga tidak memiliki mekanisme untuk mengontrol suhu metabolik karena bergantung pada lingkungan. Krustasea ini lebih menyukai suhu 10-15 derajat Celcius.

Para peneliti juga menulis pernyataan bahwa kepiting Pseudocarcinus ini memiliki ciri gigantisme, memberi mereka keuntungan signifikan dalam kompetisi dan pertahanan.

Kepiting-kepiting ini memiliki sifat karnivora yang tercermin dalam capit utama mereka yang besar, yang biasa tidak mencari perlindungan karena ukurannya yang besar dan kerangka luar yang berat telah memberi perlindungan yang sangat baik dari predator.

Para penulis berpendapat bahwa rekayasa cakar P. karlraubenheimeri tersebut mungkin didorong oleh peningkatan jumlah hewan seperti gastropoda dan bivalvia yang muncul di menu laut dalam pada Zaman Kapur Akhir.

"Ini adalah fosil kepiting terbesar yang pernah ditemukan, dan ini sangat menarik," tambah van Bakel dikutip dari IFL Science.




(pal/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads