Fosil jangkrik berusia 47 juta tahun ditemukan di Jerman. Detail urat-urat sayapnya masih terabadikan dengan jelas.
Fosil jangkrik ini ditemukan di Messel Pit Fossils Site, Jerman dan diteliti oleh para ilmuwan. Diidentifikasikan sebagai genus dan spesies baru, Eoplatypleura messelensis.
Fosil jangkrik ini dalam kondisi yang sangat baik sehingga para ilmuwan dapat mencocokkannya dengan kelompok jangkrik modern yang disebut Platypleurini, yang sebagian besar ditemukan di Afrika dan Asia, demikian dilansir dari CNN, Selasa (13/5/2025) dikutip Jumat (16/5/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ini ada di Afrika sekitar 30 juta hingga 25 juta tahun yang lalu dan menyebar dari sana," ujar penulis utama studi Dr Hui Jiang, paleontologis dan peneliti di Institut Biologi Organisme Bonn, Universitas Bonn, Jerman.
Para ilmuwan mengatakan fosil tersebut menunjukkan jejak warna dan pola pada sayapnya, yang biasanya digunakan jangkrik modern untuk menyatu dengan batang pohon dan bersembunyi dari predator, demikian dikutip dari ndtv.com,
Meskipun fosil tersebut adalah jangkrik betina, yang biasanya tidak berkicau, para ilmuwan yakin bentuk dan ciri-cirinya termasuk dalam kelompok jangkrik jantan yang dapat berkicau.
Di antara jangkrik berkicau, suku Platypleurini dalam subfamili Cicadidae terkenal karena distribusi geografisnya yang luas, keanekaragaman spesies yang tinggi, dan fitur-fitur yang khas, tetapi tidak ada catatan fosil yang dapat diandalkan yang telah ditemukan hingga saat ini.
"Fosil ini mendorong kembali catatan fosil jangkrik penghasil suara yang diketahui dalam suku Platypleurini sekitar 20 juta tahun, yang menunjukkan bahwa diversifikasi kelompok ini terjadi jauh lebih awal daripada yang diketahui sebelumnya," imbuh Dr Jiang.
Ditambahkan pakar fosil dari Smithsonian, Dr Conrad Labandeira, penemuan tersebut menunjukkan bahwa kelompok jangkrik berevolusi lebih lambat daripada temuan penelitian sebelumnya berdasarkan DNA. Ia menyebutkan bahwa fosil yang lebih tua dari garis keturunan ini pasti ada dan belum ditemukan. Para ilmuwan mengatakan bahwa fosil tersebut berbeda dari jangkrik modern dalam hal sayap depan.
"Penemuan semacam itu akan membantu dalam menyediakan kalibrasi yang lebih baik untuk menentukan laju evolusi yang lebih realistis," tambah Labandeira.
Riset ini telah terbit di jurnal Nature Scientific Reports berjudul "Sounds from the Eocene: the first singing cicada from the Messel Pit, Germany" yang terbit pada 29 April 2025.
(nwk/pal)