Uji Coba Ini Ungkap Keunggulan Monyet Dibanding Manusia, Kok Bisa?

ADVERTISEMENT

Uji Coba Ini Ungkap Keunggulan Monyet Dibanding Manusia, Kok Bisa?

Fahri Zulfikar - detikEdu
Senin, 19 Feb 2024 19:30 WIB
Monyet capuchin kepala putih di Cahuita National Park, Costa Rica.
Foto: Hans Hillewaert/Wikimedia Commons/Monyet Capuchin
Jakarta -

Sebuah studi yang diterbitkan di Scientific Reports menunjukkan bahwa monyet bisa mengungguli manusia dalam sebuah uji coba fleksibilitas kognitif. Uji coba ini berkaitan dengan bagaimana manusia cenderung menghafal dibanding bertindak dengan jalan pintas yang efektif.

Studi ini dilakukan oleh tim peneliti psikologi dari Georgia State University. Penelitian melibatkan 56 manusia, 22 monyet capuchin dan 7 monyet rhesus.

Uji coba ini melibatkan penetapan strategi khusus untuk menghasilkan solusi. Melalui trial and error menggunakan komputer, monyet dan manusia harus mengikuti suatu pola dengan mendorong kotak bergaris kemudian kotak putus-putus dan kemudian segitiga untuk mencapai tujuan, yang berakhir bisa menerima hadiah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mahasiswa pascasarjana psikologi di Georgia State dan penulis utama makalah, Julia Watzek, mengatakan bahwa studi menunjukkan monyet lebih banyak fleksibilitas kognitif dibandingkan manusia.

Hal ini kaitannya dengan keinginan untuk mengeksplorasi pilihan yang lebih efisien untuk memecahkan suatu masalah.

ADVERTISEMENT

"Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya terhadap sesama primata, babun, dan simpanse, yang juga menunjukkan kemauan lebih besar untuk menggunakan jalan pintas opsional untuk mendapatkan hadiah dibandingkan dengan manusia yang tetap menggunakan strategi yang sudah dikenal meskipun strategi tersebut relatif tidak efisien," ucap Watzek, dikutip dari ScienceDaily.


Bagaimana Monyet Bisa Unggul?

Dalam uji coba tersebut, ternyata manusia menganggap hadiah itu berupa jingle atau poin agar mereka tahu bahwa mereka melakukannya dengan benar.

Namun bagi monyet, itu adalah 'pelet' pisang. Hasil yang salah akan mendapat waktu tunggu singkat dan tidak ada imbalan.

Setelah strategi dipelajari, uji coba selanjutnya langsung menyajikan pilihan segitiga tanpa harus menekan kotak berpola secara berurutan.

"Semua monyet dengan cepat menggunakan jalan pintas tersebut, sementara 61 persen manusia tidak," jelas Watzek.

Fakta ini menunjukkan bahwa 70 persen dari seluruh monyet menggunakan pintasan tersebut saat pertama kali tersedia dibandingkan dengan hanya satu manusia.

"Saya pikir kita semakin tidak terkejut ketika terkadang primata mengakali manusia," imbuhnya.

Manusia Punya Ketergantungan pada Hafalan

Watzek mengungkapkan bahwa manusia selama ini memiliki ketergantungan yang besar pada pembelajaran hafalan. Hal ini membuat mereka melakukan (uji coba) sesuai cara yang diajarkan dan secara khusus tidak mengambil jalan pintas.

"Lebih banyak manusia yang mengambil jalan pintas setelah melihat video seseorang mengambil jalan pintas, namun sekitar 30 persen masih tidak melakukannya," terang Watzek.

Peneliti mengatakan bahwa studi ini menggambarkan bagaimana manusia dapat menderita karena bias pembelajaran yang dapat menyebabkan manusia mengambil keputusan yang tidak efisien dan kehilangan peluang.

Singkatnya, manusia banyak yang tetap berpegang pada apa yang sudah lazim dan terbukti atau sudah biasa dipelajari. Di sisi lain, penggunaan praktik yang tidak efisien, bias, atau ketinggalan jaman dapat menimbulkan konsekuensi yang luas.

"Untuk mempersiapkan diri dalam pengambilan keputusan yang baik, terkadang hal itu berarti mengubah pilihan yang ada," kata Watzek.




(faz/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads