Pengalaman menunjukkan bahwa banyak perempuan lebih kesulitan membaca peta dibandingkan dengan laki-laki. Kenapa ya?
Terkait hal ini, beberapa penelitian telah menemukan penyebabnya. Sejarah evolusi peradaban manusia dan hormon dikatakan bisa memengaruhi mengapa kemampuan membaca peta perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki, secara umum.
Sebuah penelitian dilakukan oleh University of Warwick di Inggris mengamati apa yang disebut rotasi mental yakni kemampuan manusia untuk memvisualisasikan suatu objek secara mental dari sudut pandang yang berbeda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika diterapkan dalam kehidupan nyata, contoh paling praktis dari rotasi mental adalah membaca peta," kata Dr Michael Tlauka, pakar perbedaan gender dan kemampuan spasial dari Flinders University, dikutip dari Sydney Morning Herald.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laki-laki cenderung lebih baik dalam rotasi mental dibandingkan perempuan.
"Ini sama sekali bukan mitos, (termasuk) membaca peta dan keterampilan spasial secara umum, Anda akan menemukan bahwa laki-laki lebih unggul daripada perempuan," imbuhnya.
Pengaruh Pengasuhan
Tlauka mengatakan, penjelasan adanya perbedaan rotasi mental pada perempuan dan laki-laki didasarkan pada sifat dan pengasuhan.
Misalnya, anak laki-laki lebih cenderung diberi mobil mainan dan rel kereta api untuk dimainkan, dan mendorong mainan ini mengembangkan konsep spasial yang tidak dapat dilakukan dengan mendandani boneka Barbie pada perempuan.
Anak laki-laki kecil juga lebih mungkin ditempatkan di lapangan sepak bola dibandingkan saudara perempuannya. Hal ini membuat mereka juga perlu memahami posisi dan arah.
Selain itu, Tlauka juga mengatakan bahwa perbedaannya juga bisa dimulai sejak dalam kandungan.
"Bisa juga karena perbedaan hormon prenatal seperti kehadiran testosteron atau estrogen di dalam rahim, yang dapat memengaruhi perkembangan otak Anda, apakah Anda memiliki otak laki-laki atau otak perempuan," ucapnya.
Pengaruh Hormon
Studi lain dilakukan oleh para ilmuwan dari Ruhr-Universitat, di Bochum. Para peneliti mengklaim bahwa 'kecerdasan spasial' sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen pada wanita.
Kemudian, peneliti melakukan rangkaian uji sampel selama enam minggu terhadap 12 relawan perempuan berusia 20 hingga 30 tahun. Peserta menjalani serangkaian latihan yang menguji kesadaran mereka terhadap objek di sekitar mereka.
Para wanita diminta untuk melakukan latihan rotasi mental, sebuah tes kesadaran spasial yang terkenal di mana mereka harus mengenali objek tiga dimensi dari sudut yang berbeda.
Hasilnya menunjukkan bahwa selama menstruasi, ketika kadar estrogen turun, kemampuan spasial pada perempuan terpengaruh. Hal yang sama juga terjadi pada laki-laki ketika kadar hormon testosteron meningkat.
"Kami menyimpulkan bahwa kinerja spasial sensitif terhadap fluktuasi hormonal selama siklus menstruasi. Aspek kemampuan spasial yang berbeda berkaitan dengan hormon atau kombinasi hormon yang berbeda," kata Dr Markus Hausmann dalam studi yang terbit di jurnal Behavioral Neuroscience.
Penelitian ini berpendapat bahwa begitu ada hormon laki-laki di dalam tubuh, kemampuan spasial meningkat dan ketika ada hormon perempuan, maka bisa menurunkannya.
Dr Hausmann dan timnya tidak dapat menjelaskan mengapa hormon mempunyai efek seperti itu. Namun beberapa ahli yakin ada penjelasan terkait evolusi pada manusia.
"Ribuan tahun yang lalu, laki-lakilah yang pergi berburu dan perempuanlah yang tinggal di rumah dan mendidik anak-anak. Hasilnya, keterampilan seperti menilai jarak dan membuat peta mental bisa saja berkembang pada laki-laki," papar peneliti.
Perempuan Unggul Dalam Memberi Arahan dan Koordinasi
Meski secara umum kemampuan spasial lebih rendah, tapi Psikolog Prof Adrian Furnham, dari University College London, mengatakan bahwa perempuan unggul memberikan arahan dan koordinasi dengan berbagai organ yang dimiliki.
Oleh karena itu, pekerjaan yang memerlukan kecerdasan spasial tingkat tinggi seperti insinyur, arsitek, dan pilot maskapai penerbangan, hanya mempekerjakan sedikit perempuan.
Sebab, secara umum, perempuan melakukan pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan tata ruang tingkat tinggi. Menurut peneliti, ini menjadi keunggulan mereka yang tidak unggul dalam laki-laki.
Pakar bahasa tubuh dan komunikasi sekaligus penulis asal Australia, Allan dan Barbara Pease mengatakan bahwa perempuan dikenal memiliki kemampuan multitasking.
Perempuan dapat membaca koran, mengobrol, dan menyiapkan makan malam untuk anak-anak pada saat yang sama.
Hal ni berkaitan dengan belahan kiri dan kanan otak yang dihubungkan oleh seikat serabut saraf bernama corpus callosum. 'Kabel' ini memungkinkan kedua sisi otak berkomunikasi dan bertukar informasi.
Ahli saraf telah memastikan bahwa otak wanita memiliki corpus callosum yang lebih tebal dibandingkan otak pria. Ini berarti wanita memiliki sekitar 30 persen lebih banyak koneksi antara belahan otak kiri dan kanan.
"Ini berarti otaknya dapat mengatasi beberapa hal yang tidak berhubungan sekaligus," kata Barbara Pease dalam express.co.uk.
(faz/nwy)